Kitab Yesaya sering menggunakan dua istilah untuk menggambarkan Yesus. Salah satunya adalah Raja yang benar dan sempurna. Semua raja lain di dunia ini gagal membawa perdamaian. Semua raja Israel telah gagal menegakkan keadilan dan kebenaran. Namun Yesus adalah Raja yang sempurna, Dia adalah Mesias yang dijanjikan yang telah kita tunggu-tunggu dan Dia sedang membangun Kerajaan-Nya yang baik di dunia ini.
Istilah kedua yang digunakan Yesaya untuk menggambarkan Yesus adalah Hamba yang Menderita. Kitab Yesaya terkenal dengan 4 Lagu Hamba yang berbicara tentang sosok misterius yang disebut Hamba. Terkadang, Hamba ini adalah Israel. Israel, seperti Adam dan Hawa, diangkat menjadi hamba Tuhan di dunia ini. Tapi seperti Adam dan Hawa, mereka memberontak dan juga membutuhkan keselamatan seperti bangsa lain. Yesus kemudian datang sebagai Adam yang sempurna dan Israel yang sempurna untuk memenuhi tanggung jawab manusia menjadi hamba Tuhan. Ketika Adam dan Israel gagal menjadi hamba Tuhan, Yesus berhasil. Dan Yesus sebagai Hamba Tuhan yang sempurna menyerahkan hidup-Nya untuk menebus hamba-hamba Tuhan yang memberontak dan mengembalikan mereka kembali kepada Tuhan dan tanggung jawab mereka.
Pada zaman Yesaya, orang-orang bertanya-tanya siapakah Raja yang sempurna ini atau siapa Hamba ini. Mungkinkah ini merujuk pada Raja Hizkia? Mungkin dia sedang berbicara tentang Mesias masa depan, raja yang dijanjikan di masa depan yang akan menaklukkan musuh Israel? Mungkinkah Yesaya sedang berbicara tentang bangsa Israel? Tetapi baru setelah kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus para rasul menyadari bahwa Yesaya ternyata telah berbicara tentang Yesus.
Beberapa ayat-ayat ini mungkin memiliki penggenapan ganda yang relevan terjadi pada zaman Yesaya dan juga penggenapan di masa depan yang berhubungan dengan Yesus. Salah satunya adalah kelahiran anak yang disebut Immanuel di Yesaya 7:14. Kemungkinan besar ada seorang anak yang lahir di zaman Yesaya yang menjadi tanda bagi Raja Ahaz bahwa 2 raja yang dia takuti – raja Aram dan raja Israel – akan dikalahkan. Kitab Matius juga merujuk pada ayat ini sebagai penggenapan dari kelahiran Yesus (Matius 1:23). Mari kita lihat bagian berbeda dalam Yesaya yang tampaknya merujuk pada Yesus:
Yang harus dilakukan:
- Ketika anda mempelajari ayat-ayat ini, tanyakan pada diri anda sendiri bagaimana ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan anda. Kita memiliki Roh Yesus yang tinggal di dalam hati kita, dan Dia ingin mewujudkan hidup-Nya melalui kita (Galatia 2:20)
- Apa yang kita pelajari tentang Kerajaan Allah dari ayat-ayat ini? Mari kita meminta wahyu atas visi Tuhan untuk dunia ini dan peran apa yang harus dilakukan gereja dalam membangun Kerajaan-Nya di antara bangsa-bangsa, dalam mewujudkan kehendak-Nya menjadi kenyataan di bumi (Matius 6:10).
4: 2-6 – Tunas Tuhan sering kali merupakan istilah yang digunakan merujuk pada Mesias. Yeremia merujuk pada Tunas yang datang dari Daud (Yeremia 23: 5-6, 33: 14-15). Tuhan merujuk pada Tunas sebagai Hamba-Nya (Zakharia 3:8), gambaran yang sering digunakan Yesaya untuk berbicara tentang Yesus. Tunas ini akan membangun Bait Suci (Zakharia 6: 12-13). Paulus menyebut orang percaya sebagai Bait Allah baru yang dibangun oleh Yesus (1 Korintus 3: 16-17, 2 Korintus 6:16, Efesus 2: 20-22). Dalam Yesaya 4, Yesus adalah kunci transformasi Sion, membentuk kita menjadi Yerusalem Baru. Dialah yang membuat kita suci.
7:14 – Tuhan akan memberikan tanda kepada Raja Ahaz bahwa Dia akan membebaskan dia dari raja-raja Aram dan Israel. Tanda tersebut adalah kelahiran anak yang disebut Immanuel. Matius menyatakan bahwa ayat ini digenapi dalam kelahiran Yesus (Matius 1:23). Yesus adalah pemenuhan Imanuel yang berarti ‘Tuhan beserta kita.’ Tuhan yang tinggal bersama manusia adalah gambaran dari awal Alkitab dengan Adam dan Hawa di Taman Eden (Kejadian 3:8) tetapi hilang karena pemberontakan mereka. Tetapi penglihatan tentang Tuhan yang tinggal bersama manusia muncul lagi di akhir Alkitab dalam kitab Wahyu (21: 3-4). Yesus adalah Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14). Dia adalah kepenuhan Tuhan sendiri yang tinggal di antara kita (Kolose 1:19). Dan sekarang melalui Roh Kudus, Yesus tinggal di dalam hati kita (Yohanes 15: 4-5). Dia telah memulihkan kita kembali pada peran kita untuk membawa Kerajaan-Nya ke dunia ini, untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, dan Dia akan selalu bersama kita (Matius 28: 18-20). Injil Matius dimulai dengan kelahiran Immanuel, dan diakhiri dengan janji Imanuel saat kita bermitra dengan Tuhan untuk memenuhi Amanat Agung.
8: 14-15 – Dalam konteks orisinil, ayat ini tampaknya itu tidak menrujuk pada Yesus. Tetapi Paulus (Roma 9:33) dan Petrus (1 Petrus 2:8) menggunakan ayat ini untuk merujuk pada Yesus. Matius dan Lukas tampaknya juga menyinggung ayat ini (Matius 21:44, Lukas 20:18). Nanti, dalam pasal 28:16, Yesaya akan berbicara tentang batu penjuru berharga yang akan diletakkan di Sion, yang juga disebut oleh para penulis Perjanjian Baru telah digenapi oleh Yesus. Bagi mereka yang berserah diri kepada Yesus, Dia menjadi tempat perlindungan bagi kita. Tetapi bagi mereka yang tidak berserah diri kepada Yesus dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya, Dia seperti batu sandungan untuk jatuh. Kata-kata ini diucapkan kepada orang-orang di Yerusalem, orang-orang religius yang mengira mereka melayani Tuhan tetapi hati mereka jauh dari-Nya. Salib Kristus merupakan seteru/penentang bagi kita (1 Korintus 1:18, 1:23, Filipi 3:18). Paulus bahkan menyebut Salib sebagai batu sandungan bagi kita (Galatia 5:11). Salib menentang kesombongan keegoisan dan keinginan daging kita. Kita tersandung di kayu Salib karena kita menolak untuk datang kepada Tuhan dengan ketentuan-Nya. Kita menuntut agar Dia datang kepada kita dengan persyaratan dan kita melayani-Nya sesuai keinginan kita. Kita ingin hidup berkelimpahan yang ditawarkan Yesus, tetapi kita ingin terus menjadi tuan atas hidup kami sendiri. Namun, Yesus berkata jika kita ingin menjadi murid-Nya kita harus menyangkal diri kita sendiri, memikul salib kita dan mengikuti Dia (Matius 16: 24-25). Seperti yang ditekankan Yesaya di sepanjang bukunya Tuhan sedang mencari hamba-hamba yang hancur dan rendah hati, orang-orang yang telah bertobat dari pemberontakan mereka, kembali kepada-Nya dan berserah diri kepada ketuhanan-Nya. Daripada mengeraskan hati mereka dalam pemberontakan dan dihancurkan oleh batu sandungan yaitu Kristus, mereka telah merendahkan dan menghancurkan diri mereka sendiri melalui pertobatan dan penyerahan.
9:1-5 – Matius mengutip ayat yang ini sebagai ayat yang telah digenapi oleh Yesus (Matius 4: 15-16). Yesus menghabiskan sebagian besar hidup dan pelayanan-Nya di Galilea. Yesus adalah Terang dunia (Yohanes 1: 4-9, 8:12, 9:5). Dialah yang membawa terang ke dalam kegelapan. Dialah yang memenuhi panggilan Israel untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Yesaya 42:6, 49:6). Galilea disebut sebagai Galilea non yahudi atau Galilea dari bangsa-bangsa, tempat yang dipandang rendah, tempat petani dan nelayan. Ini adalah gambaran kesederhanaan dan kerendahan hati. Yesaya berkata bahwa Tuhan tinggal dengan yang rendah hati (Yesaya 57:15). Melalui keselamatan yang Yesus bawa orang-orang akan bersukacita, para tawanan akan dibebaskan.
9: 6-7 – Mengikuti ayat-ayat sebelumnya, Yesaya berbicara tentang seorang anak istimewa yang akan lahir. Pemerintahan akan bertumpu pada pundak-Nya. Dan namanya istimewa, Dia akan disebut Penasihat yang Agung, Allah yang Maha Kuasa, Bapa yang Kekal, Pangeran Damai. Bersama dengan Immanuel, Yesaya menggunakan gambar anak-anak ini untuk berbicara tentang Yesus. Dunia memandang raja-raja bangga yang memerintah melalui kekuatan dan kekuasaan. Tuhan datang kepada kita dengan kerendahan hati, sebagai seorang anak. Dia tidak memerintah seperti raja-raja dunia memerintah. Melalui pelayanan Yesus, kita melihat Kerajaan-Nya maju dan bertumbuh – tidak akan ada akhir untuk pemerintahan-Nya terus diperbanyak. Ini selaras dengan gambaran dalam penglihatan Daniel tentang batu hidup yang menghancurkan kerajaan dunia ini dan kemudian tumbuh menjadi gunung yang besar yang memenuhi seluruh bumi (Daniel 2: 34-35, 2: 44-45). Kerajaan Yesus akan menjadi satu kerajaan damai, adil dan benar.
11: 1-5 – Selaras dengan gambar Tunas dari Yesaya 4:2, sebuah tunas atau keturunan akan datang dari Isai, ayah Raja Daud. Tunggul Isai adalah gambar bani Israel dinasti Daud yang sedang ditebang. Setelahnya, Babel akan menaklukkan Yerusalem dan membawa orang-orang ke pengasingan. Sama seperti tunggul yang tampak menjadi ujung pohon seperti itulah dinasti Daud telah berakhir. Tapi Yesaya berkata bahwa Tuhan akan membawa hidup baru dari tunggul Isai, keturunan Daud di masa depan. Dia akan menjadi Raja yang sempurna yang telah dinantikan Israel. Penggenapan dari penglihatan ini adalah Yesus, Dia adalah Tunas yang berasal dari tunggul Isai. Yesus sebagai Tunas akan menghasilkan buah karena Dia dipenuhi dengan Roh Tuhan. Ini adalah refleksi dari Yohanes 15 dimana Yesus disebut sebagai pokok anggur yang benar dan kita adalah rantingnya. Kita harus tinggal di dalam Dia jika kita ingin menghasilkan banyak buah dan buah yang akan bertahan lama. Selain daripada-Nya, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita perlu dipenuhi dengan Roh Tuhan agar berbuah, amanat yang kembali ke Adam dan Hawa (Kejadian 1:28). Yesus berbuah karena Dia dipenuhi dengan Roh Yahweh, Roh kebijaksanaan, pengertian, nasihat dan kekuatan. Dia peduli pada yang rendah hati, yang hancur, yang miskin dan yang membutuhkan dan melalui hidup-Nya Dia menegakkan kebenaran dan kesetiaan di dunia. Melalui Yesuslah kita melihat ciptaan baru yang dijelaskan dalam Yesaya 11: 6-9, penggenapan visi Allah agar bumi dipenuhi dengan pengetahuan tentang Tuhan seperti air menutupi laut.
11:10 – Sesuai dengan Tunas Yesaya 4: 2 dan tunggul dan akar di Yesaya 11: 1, akar Isai adalah metafora lain yang digunakan untuk merujuk pada Mesias. Mesias akan menjadi keturunan Daud, dan juga dari ayah Daud, Isai. Dalam Wahyu, Yesus disebut sebagai tunas Daud (Wahyu 5: 5, 22:16). Ayat sebelumnya merujuk pada visi yang kuat dari gunung suci Tuhan (kerajaan-Nya) memenuhi seluruh bumi dengan pengetahuan tentang Tuhan seperti air menutupi laut. Penggenapan visi Kerajaan ini hanya mungkin melalui Yesus. Dia adalah kunci keselamatan dan ciptaan baru. Pada hari-hari itu, bangsa-bangsa akan mencari dan bertanya kepada Yesus dan menaruh kepercayaan mereka kepada-Nya. Dia akan menjadi panji bagi bangsa-bangsa dan di dalam Dia mereka akan menemukan damai sejahtera dan mengalami kemuliaan Tuhan. Visi ini selaras dengan visi bangsa-bangsa yang berkumpul di gunung suci Tuhan dalam Yesaya 2: 1-5 dan juga Amanat Agung yang Yesus berikan kepada kita di gunung di Galilea – “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. ” (Matius 28: 18-20)
16:5 – Di tengah nubuatan Moab, ada nubuatan tentang Mesias. Konteks dari ayat ini adalah bahwa Moab dalam kesusahan, diserang oleh bangsa yang kuat dan mereka mencari Yerusalem untuk perlindungan dan keselamatan. Di bagian inilah Yesaya berbicara tentang Mesias, Raja yang sempurna yang akan mencerminkan atribut Kerajaan Allah – kasih setia, kesetiaan, keadilan dan kebenaran. Tidak ada raja Israel yang pernah memenuhi penglihatan ini dengan sempurna. Hanya Yesus sebagai Raja dan Mesias sejati yang memenuhi visi ini. Seperti Babilonia, Moab juga digambarkan sebagai contoh kesombongan dan arogansi (16: 6), kesombongan yang sama yang ditunjukkan oleh Adam dan Hawa yang lazim di antara seluruh umat manusia. Dalam bagian ini, kita dapat melihat bahwa undangan Tuhan untuk menemukan perlindungan di dalam Dia tersedia untuk semua bangsa jika mereka mau bertobat dari kesombongan mereka dan berserah diri kepada Yesus sang Mesias.
19:20 – Di tengah nubuat melawan Mesir, Yesaya berbicara tentang Tuhan yang mengirimkan Juruselamat dan “Sang Juara” ke Mesir. Gambar ini terhubung dengan kitab Hakim-hakim ketika orang Israel akan berseru kepada Tuhan dan Dia akan mengirim mereka kepada seorang penyelamat untuk menyelamatkan mereka. Juruselamat yang dibicarakan Yesaya tidak hanya akan mengubah Mesir tetapi juga Asyur – 2 musuh terbesar Israel dari sejarah mereka pada saat itu, di utara dan di selatan. Berbicara tentang Mesir dan Asyur bersama-sama seperti ini memberi kita gambaran tentang bangsa-bangsa – mereka yang tidak menyembah atau mengenal Yahweh dan seringkali menentang Israel. Tetapi melalui pelayanan Juruselamat ini, Dia akan menebus Mesir dan Asyur. Mereka akan diberkati dan dipulihkan ke peran dan tanggung jawab mereka untuk menyembah Tuhan dan menjadi berkat bagi dunia. Dalam ayat 25, Yesaya menggunakan gambaran yang kuat untuk menggambarkan Mesir (umat-Ku) dan Asyur (karya tangan-Ku), gelar yang sebelumnya hanya digunakan untuk Israel. Dan Tuhan menempatkan Mesir dan Asyur berdampingan dengan Israel – baik dalam hal hak istimewa menjadi umat Tuhan tetapi juga tanggung jawab untuk mewakili Tuhan di dunia ini. Ini menjadi ayat yang mengejutkan di zaman Yesaya. Bagaimana bisa Tuhan mengampuni, menebus, dan memulihkan negara-negara jahat seperti itu? Bagaimana bisa Tuhan mengatakan Dia mencintai bangsa-bangsa ini sama seperti Israel dan memberi mereka hak istimewa dan tanggung jawab yang sama yang Dia berikan kepada Israel? Karena Dia adalah Tuhan segala bangsa. Dialah yang mencintai musuh-musuh-Nya. Dan jika kita jujur, seperti Israel, kita semua telah memberontak melawan Tuhan dan pantas mendapatkan hukuman. Kemurahan hati yang sama yang Tuhan berikan kepada kita, Dia ingin menjangkau semua bangsa melalui kita. Hanya ada satu Pahlawan atau Juara yang mampu mengubah bangsa-bangsa di dunia, mendamaikan mereka dengan Tuhan dan satu sama lain dan memulihkan mereka untuk menjadi wakil Tuhan di dunia ini. Hanya ada satu Juruselamat yang bisa mempersatukan bekas musuh Mesir, Asyur dan Israel untuk menyembah Tuhan dan menjadi berkat di bumi. Dan Juruselamat itu adalah Yesus – Raja segala bangsa (Mazmur 2). Yesus adalah harapan bagi semua bangsa yang belum terjangkau, yang terpisah dari-Nya dan hidup dalam pertentangan dengan-Nya hari ini.
28:16 – Konteks dari ayat ini adalah Yerusalem tergoda untuk percaya pada kekuatan mereka sendiri atau kepercayaan dalam aliansi dengan Mesir. Tuhan berkata bahwa Dia sedang meletakkan batu penjuru yang mahal di Sion dan mereka yang percaya padanya tidak akan diganggu. Baik Paulus (Roma 9:33, 10:11) dan Petrus (1 Petrus 2: 6) menyatakan bahwa batu penjuru yang berharga ini adalah Kristus. Yesus adalah kunci untuk mengubah Yerusalem lama yang jahat dan korup menjadi Yerusalem Baru yang suci dan murni. Berbeda dengan gambaran kematian pada ayat sebelumnya, Batu Penjuru ini akan menghasilkan kehidupan. Gambar lain yang dihubungkan oleh penulis Perjanjian Baru dengan gambar batu penjuru ini berasal dari Mazmur 118: 22, “Batu yang ditolak oleh para pembuatnya telah menjadi batu penjuru utama.” Yesus ditolak oleh para pemimpin Yahudi, tetapi Dia menjadi batu penjuru untuk Bait Suci-Nya yang baru – gereja, mereka yang percaya kepada-Nya untuk keselamatan (Efesus 2: 19-22). Yesus adalah batu penjuru baik untuk gereja maupun untuk Yerusalem Baru. Kita perlu membangun hidup kita di atas batu penjuru ini. Karakter dan perilaku kita harus sejalan dengan Batu Penjuru. Ketika ini terjadi, kita akan menghasilkan komunitas yang mencerminkan keadilan dan kebenaran Tuhan. Kata Ibrani untuk percaya (aman) adalah kata yang sama yang digunakan untuk menggambarkan iman Abraham dalam Kejadian 15: 6 – Dia percaya (aman) kepada Tuhan dan Dia menganggapnya sebagai kebenaran. Ayat ini mengatakan bahwa batu penjuru yang berharga ini ditempatkan di Sion. Yesus adalah inti dari visi Sion, Yerusalem Baru, tempat di mana Tuhan memerintah sebagai Raja. Dia adalah fondasi kota Tuhan. Semuanya dibangun di atas Yesus dan bergantung pada-Nya. Mereka yang menaruh kepercayaan mereka kepada Yesus, berserah diri kepada-Nya dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya akan mengalami keamanan sejati dan kedamaian sempurna yang datang dengan berdiam di kota Tuhan.
30: 19-22 – Di sini Yesaya menyebut Tuhan sebagai Guru yang tidak akan lagi menyembunyikan diri-Nya. Mata orang-orang akan melihat Guru mereka. Yesus adalah wahyu yang sempurna tentang siapa Tuhan itu. Ketika kita melihat Yesus, kita melihat Tuhan (Yohanes 14: 7-9). Pada Perjanjian Lama, Tuhan memberikan ajaran-Nya melalui Hukum dan para Nabi. Tetapi di dalam Yesus, Dia adalah Firman Tuhan (Yohanes 1: 1). Yohanes berkata lagi bahwa matanya telah melihat dan tangannya telah menyentuh Firman Kehidupan (1 Yohanes 1: 1-3). Yesus adalah penggenapan dari ajaran Tuhan (Matius 5: 17-18). Ketika hidup kita mencerminkan Yesus, kita memenuhi Hukum Taurat. Kami memenuhi ajaran Tuhan tentang apa artinya menjadi manusia seutuhnya – menjadi hamba Tuhan di dunia ini. Sepanjang pelayanan Yesus di Galilea Dia dikenal sebagai seorang rabi atau seorang guru. Seringkali Injil mengatakan bahwa orang banyak heran dengan ajaran Yesus (Matius 7: 28-29). Dia mengajar dengan otoritas dan tidak seperti ahli Taurat dan guru lainnya. Yesus juga menjelaskan bagaimana Dia akan mengirimkan Roh Kebenaran untuk menyertai kita, untuk membimbing kita dan mengajar kita (Yohanes 14: 16-17, 14: 23-26, 16: 7-15). Dia mengacu pada Roh Kudus yang akan menggenapi kata-kata Yesaya dengan berbicara kepada hati dan roh kita, “Inilah jalannya, berjalanlah di dalamnya.”
40: 3-5 – Keempat Injil mengatakan bahwa ayat ini merujuk pada Yohanes Pembaptis (Matius 3: 3, Markus 1: 2-3, Lukas 3: 4-6, Yohanes 1:23). Dialah yang mempersiapkan jalan bagi Yesus dan memanggil orang untuk bertobat karena kerajaan Allah sudah dekat. Saat orang-orang menanggapi panggilan pertobatan, kemuliaan Tuhan akan diungkapkan dan mereka akan melihatnya. Yohanes menulis bahwa Yesus adalah Firman yang menjadi manusia dan mereka melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan Allah sendiri (Yohanes 1:14). Yesus adalah penggenapan ayat ini dalam Yesaya. Dia mengungkapkan kemuliaan Tuhan, kepenuhan dan representasi yang tepat dari siapa Tuhan (Kolose 1: 15-19). Ketika kita melihat Yesus, kita melihat Tuhan (Yohanes 14: 9). Yesus adalah kemuliaan Tuhan yang dinyatakan. Inilah yang dikatakan oleh penulis Ibrani, bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan representasi yang tepat dari sifat-Nya (Ibrani 1: 3).
42:1-7 – Ini adalah yang pertama dari 4 “Lagu Hamba” yang terkenal di Yesaya. Mereka masing-masing berbicara tentang Hamba Tuhan sempurna yang akan memenuhi panggilan Israel untuk mewakili Tuhan bagi bangsa-bangsa, menjadi Hamba Tuhan yang mau mendengarkan dan menaati-Nya, Hamba yang akan menyerahkan nyawa-Nya untuk Israel dan bangsa-bangsa sehingga mereka dapat ditebus menjadi hamba Tuhan di dunia ini. Yesus adalah Dia yang memenuhi peran Hamba Tuhan yang sempurna. Dia yang disenangi Allah mengingatkan kita akan baptisan dan transfigurasi Yesus di mana Allah menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya (Matius 3:17, 17: 5). Yesus adalah pribadi yang membawa keadilan sejati ke dunia ini, sesuatu yang dipanggil untuk dilakukan oleh Israel tetapi gagal. Keadilan tidak selalu membawa hukuman melainkan membuat segalanya menjadi benar di dunia ini, memulihkan dunia seperti yang dikehendaki Tuhan semula. Yesus telah ditetapkan oleh Tuhan untuk menjadi perjanjian dengan orang-orang. Yesus sebagai Manusia Sempurna adalah Sang Pendamai yang mendamaikan manusia dengan Allah (1 Timotius 2: 4). Israel telah dipanggil Tuhan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa tetapi gagal. Yesus memenuhi panggilan Israel, mewakili kemuliaan Tuhan bagi bangsa-bangsa dan memanggil kita untuk memenuhi Amanat Agung dengan membawa kabar baik ini kepada bangsa-bangsa (Matius 28: 18-20). Yesus-lah yang akan membuat orang buta melihat. Nanti di pasal ini (42:18:20), Yesaya akan menggambarkan Israel sebagai hamba Tuhan, tapi hamba ini tuli dan buta. Israel dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan tetapi gagal. Seorang hamba yang tuli dan buta tidak berguna dan tidak dapat memenuhi panggilan mereka. Kebutaan ini bukan hanya sesuatu yang menginfeksi Israel tetapi juga semua bangsa. Semua keturunan Adam dan Hawa dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan juga. Tetapi Hamba Tuhan Yesus yang sempurna akan membawa kesembuhan bagi hamba-hamba buta lainnya sehingga mereka dapat dipulihkan pada panggilan mereka untuk mendengarkan dan menaati Tuhan. Yesus juga adalah Dia yang membawa kebebasan sejati, membebaskan para tahanan, sesuatu yang akan diulangi oleh Yesaya dalam bagian terkenal dari bab 61. Keselamatan Tuhan berarti bahwa kita telah dipindahkan dari Kerajaan Kegelapan ke Kerajaan Yesus (Kolose 1: 13). Sebelumnya kita diperbudak oleh kuasa Setan, dosa dan kematian. Mereka memerintah atas kami seperti Firaun yang memerintah Israel di Mesir. Tetapi saat kita bertobat dan kembali kepada Tuhan, kita dipindahkan ke kerajaan terang, kerajaan Allah. Kita dipindahkan dari Babilon ke Sion, Yerusalem Baru tempat kita tinggal dalam penyerahan kepada Raja – Raja Yesus.
49:1-7 – Ini adalah lagu ke-2 dari empat “Lagu Hamba”. Ini dimulai dengan menunjukkan diri untuk berbicara kepada Israel Hamba Allah. Israel telah dipanggil untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat ke Israel, mereka harus bisa melihat Tuhan. Tapi mereka gagal dalam mandat ini. Bukannya menjadi terang bagi bangsa-bangsa, Israel memberontak dan membutuhkan keselamatan seperti bangsa-bangsa lain. Tapi Hamba dalam pasal 49 ini tampaknya berbeda dari Israel. Tuhan telah menunjuk Hamba ini untuk membawa Yakub kembali kepada-Nya, untuk memulihkan Israel. Tuhan akan menggunakan Hamba ini untuk menyelamatkan Israel. Jadi, kita melihat bahwa Hamba itu adalah Israel dan berbeda dari Israel. Amanat ini dipenuhi oleh Yesus. Yesus adalah orang Israel yang sempurna. Dia adalah contoh sempurna dari semua panggilan Israel. Dia memenuhi Hukum Taurat. Dia hidup dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa. Dia mewakili Tuhan dengan sempurna dalam hidup-Nya – perkataan-Nya, tindakan-Nya, pikiran-Nya, perilaku-Nya, sikap-Nya. Ketika kita melihat Yesus, kita melihat Bapa (Yohanes 14: 9). Tapi untuk menyelamatkan Israel merupakan visi yang terlalu kecil bagi Yesus. Yesus telah ditunjuk menjadi Juruselamat segala bangsa karena Tuhan adalah Tuhan segala bangsa. Kita melihat di sini bahwa Yesus adalah terang sejati bangsa-bangsa dan bahwa melalui Dia keselamatan Allah akan mencapai ujung bumi.
50:4-10 – Ini adalah “Lagu Hamba” ke-3 yang digenapi oleh Yesus. Dia mendemonstrasikan sikap seorang hamba yang sempurna – taat, setia, tekun. Dia bersedia menanggung kesulitan dan menderita untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepadanya. Tetapi Dia tahu bahwa walaupun Dia akan mengalami penghinaan di dunia ini dari orang-orang, Dia akan dibenarkan oleh Tuhan. Ayat ini menggambarkan penderitaan dan penyaliban Yesus. Dia dipukul dan diludahi (Matius 26:67). Dia mengalami penghinaan. Tetapi melalui kebangkitan-Nya, Yesus dibenarkan sebagai yang benar-benar benar. Dia diberi nama di atas semua nama lainnya, bahwa dalam nama Yesus setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku bahwa Dia adalah Tuhan (Filipi 2: 9-11). Di ayat 10 dikatakan bahwa mereka yang berjalan dalam kegelapan harus mendengarkan suara Hamba. Yesus adalah Tuhan, dan kita harus percaya dan mengandalkan Dia untuk keselamatan. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Dia menebus para tahanan yang terperangkap dalam kegelapan dan memulihkan mereka menjadi seperti Dia – hamba Tuhan di dunia ini.
51:16 – Ayat ini muncul di antara Lagu Hamba ke-3 dan ke-4. Pada awalnya ayat ini mungkin merujuk pada orang Israel yang kembali dari pengasingan di Babilonia. Tetapi ayat tersebut mengatakan bahwa hamba ini akan menyatakan kepada Sion, “Kamu adalah umat-Ku”. Hal ini tidak biasa bagi Israel untuk menyatakan kepada dirinya sendiri bahwa mereka adalah umat Allah. Kemungkinan besar ayat ini merujuk pada Yesus. Seringkali dalam Yesaya sulit untuk membedakan antara hamba Yesus dan hamba Israel. Ini karena Yesaya sedang menanti hari ketika Roh Hamba Yesus akan tinggal di hati umat-Nya yang memberi kita wewenang untuk memenuhi tanggung jawab kita menjadi hamba Tuhan di dunia ini. Melalui hidup kita, Yesus akan membangun kerajaan Allah di dunia ini. Lihatlah beberapa frasa dalam ayat ini. “Aku akan memasukkan firman-Ku ke dalam mulutnya” yang berasal dari Ulangan 18:18 tentang Tuhan yang membangkitkan seorang nabi masa depan seperti Musa yang akan menyampaikan firman Tuhan kepada orang-orang. Kisah Para Rasul 3: 22-23 mengatakan bahwa ayat dari Ulangan ini adalah nubuat Mesianik tentang Yesus. Tuhan memang membangkitkan nabi-nabi lain seperti Musa yang mengucapkan firman-Nya, tetapi Yesus adalah nabi sempurna yang mengucapkan Firman Tuhan dengan sempurna. Faktanya, Yesus dikenal sebagai Firman Tuhan Yohanes (1: 1-4, 1:14). Frasa lain yang mengacu pada ‘naungan tangan Tuhan’ hanya muncul sekali dalam Alkitab di Yesaya 49: 2. Ini terdapat pada Lagu Hamba ke-2 yang berbicara tentang Yesus dan bagaimana Dia akan memulihkan Israel kembali kepada Tuhan. Di sini, di 51:16, kita melihat Hamba ini membangun langit baru dan bumi baru. Dia membawa Ciptaan baru. Dan aspek kunci dari langit baru dan bumi baru adalah manusia baru. Orang yang telah diampuni dan dikuduskan oleh Tuhan. Orang yang telah dilahirkan kembali dan sedang berjalan dalam kehidupan baru. Orang-orang ini adalah umat Allah yang sejati. Saat orang-orang ini hidup dalam ketundukan kepada Tuhan, mereka telah menjadi penghuni Sion. Sion adalah tempat Tuhan memerintah sebagai raja. Hamba Yesus adalah kunci untuk mengubah orang-orang menjadi umat Tuhan. Yesus-lah yang mengubah orang buangan dari Babilonia menjadi penduduk Sion.
52:13 – 53: 12 – Ini adalah Lagu Hamba ke-4 dan paling terkenal dalam kitab Yesaya. Ini dimulai dengan berbicara tentang bagaimana Hamba Tuhan akan ditinggikan dan dimuliakan. Ini adalah kata-kata yang disediakan khusus untuk Tuhan saja. Tapi bagaimana Hamba ini ditinggikan? Bukan dengan meninggikan diri-Nya dalam kesombongan dan meninggikan diri seperti yang coba dilakukan oleh orang-orang dan bangsa-bangsa di bumi. Hamba itu dimuliakan oleh Tuhan karena Dia telah merendahkan diri-Nya. Kita melihat ini dalam Filipi 2 di mana Yesus merendahkan diri-Nya sendiri bahkan sampai mati di kayu salib. Karena itu Tuhan meninggikan Dia ke tempat tertinggi. Dia diberi nama di atas segala nama. Jadi, dengan merendahkan diri kita diagungkan. Dan kita melihat penyaliban Yesus dijelaskan dalam pasal ini 700 tahun sebelum Dia lahir. Yesus adalah Anak Domba Allah yang tidak bersalah, yang dikorbankan untuk dosa dunia (Yohanes 1:29). Dia menanggung dosa kita di kayu Salib. Yesus benar-benar tidak bersalah, tetapi Dia dengan rela menyerahkan nyawa-Nya agar yang bersalah dapat hidup dan mengalami syalom atau damai sejahtera (53: 5). Yesus menolak cara kekerasan bahkan ketika Petrus berusaha untuk membela Dia dari tentara dengan pedang, Yesus menegurnya (Yohanes 18:10). Sebaliknya, Yesus membiarkan diri-Nya mengalami kekerasan dan ketidakadilan terburuk manusia terhadap-Nya melalui penyaliban. Dan dari Salib, Dia tidak mengutuk, mencaci atau menghakimi musuh-musuh-Nya. Sebaliknya, Dia mengampuni mereka dan menjadi perantara bagi mereka (Lukas 23:34). Bagian ini sangat mengejutkan karena sangat berlawanan dengan sikap manusia dan cara dunia beroperasi. Siapa yang mau merendahkan dirinya? Siapa yang mau menolak ketenaran, kekayaan dan kekuasaan? Siapa yang bersedia melepaskan haknya atas keadilan? Siapa yang rela menderita untuk yang bersalah? Siapa yang rela mengalami penindasan tanpa sikap benci dan dendam? Siapa yang rela menyerahkan nyawa mereka untuk orang jahat agar mereka bisa hidup? Dan siapa yang dapat melakukan itu dengan sikap cinta, rahmat dan belas kasihan terhadap orang-orang yang menindas mereka? Sikap ini tidak seperti sikap apa pun yang pernah kami lihat ditunjukkan di dunia ini. Tidak wajar jika manusia bersikap seperti ini. Tetapi sikap Tuhan adalah kebalikan dari manusia. Sikap dan perilaku ini mengejutkan kami. Ketika kita mendapatkan wahyu tentang pengorbanan Yesus di kayu Salib, itu menarik perhatian kita karena kita belum pernah melihat yang seperti ini di dunia. Inilah sebabnya mengapa para rasul, setelah mendapatkan wahyu penuh tentang apa yang terjadi di kayu salib, hanya bisa sampai pada satu kesimpulan ini – Tuhan adalah kasih (1 Yohanes 4: 8, 4:16).
61:1-3 – Yesus membaca bagian ini di sinagoga dan menyatakan, “Hari ini Kitab Suci ini telah digenapi” (Lukas 4: 16-21). Yesus adalah penggenapan dari Kitab Suci ini karena Dia adalah Hamba yang sempurna. Dia adalah manusia yang sempurna dan teladan untuk siapa kita dipanggil. Satu-satunya cara untuk menjadi hamba Tuhan yang sempurna adalah dengan dipenuhi dengan Roh Tuhan. Satu-satunya cara untuk mewakili Tuhan dengan baik adalah dengan memiliki Roh-Nya yang tinggal di dalam hati kita, mencerminkan kehidupan dan karakter-Nya kepada semua orang di sekitar kita. Melalui kehidupan Hamba ini, kabar baik diberitakan kepada yang miskin, yang patah hati disembuhkan, para tahanan dibebaskan, mereka yang berduka dihibur. Hamba ini mengubah orang-orang yang hancur ini menjadi pohon kebenaran yang akan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Ayat ini menunjukkan kepada kita seperti apa kerajaan Tuhan datang, ketika kita melihat shalom atau damai Tuhan datang ke dunia ini. Itu menyembuhkan dan memulihkan segalanya, membawa kehidupan baru atau ciptaan baru. Inilah yang Yesus lakukan melalui hidup dan pelayanan-Nya, dan apa yang Dia ingin lakukan melalui hidup kita saat Dia tinggal di dalam hati kita. Amanat dari Yesaya 61 ini tidak hanya untuk Yesus tetapi untuk semua orang yang mengaku nama Kristus, yang memiliki Roh Mesias yang diam di dalam hati mereka.