Mempelajari kitab Yesaya – Kata-kata yang diulang dan tema utama dalam Yesaya

Mengerti tema utama dari kitab Yesaya

Sekarang kita telah melihat pada bagian yang berbeda dalam Yesaya, Anda mungkin memperhatikan beberapa kata yang sering digunakan oleh Yesaya.  Banyak dari kata-kata ini juga sering muncul dalam kitab Mazmur.  Kedua buku tersebut memiliki kosakata yang sangat mirip.  Kata-kata yang diulang-ulang dapat membantu kita melihat tema-tema utama dalam kitab Yesaya.  Banyak dari tema ini tumpang tindih dan terhubung satu sama lain.  Saat kita memperhatikan kata-kata ini dan memperhatikan tema yang berulang, itu akan membantu kita untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang Yesaya saat kita mempelajarinya.  Di bawah ini adalah beberapa kata berulang yang digunakan Yesaya dalam bukunya.  Dengan banyak tema ini, saya akan menghubungkannya dengan kisah menyeluruh dari Alkitab dan bagaimana itu berlaku dalam kehidupan kita saat ini.  

Apa yang harus dilakukan: 

  • Saat kita mempelajari sebuah buku dari Alkitab, akan sangat membantu bagi kita untuk membacanya lebih dari sekali, bahkan 3 atau 4 atau 5 kali.  Ini membantu kita melihat gambaran besar dari kitab tersebut serta hubungannya dengan seluruh Alkitab. 
  • Saat Anda membaca kitab Yesaya lagi, pilih sejumlah kata yang berulang di bawah ini untuk diperhatikan.  Anda bahkan mungkin ingin mewarnai kata-kata ini dalam Alkitab Anda untuk membantu melihat hubungan dan tema yang berulang di seluruh kitab Suci.

Kudus

Dalam Pasal 6, Yesaya memiliki perjumpaan yang penuh kuasa dengan Allah yang hidup yang mengubah hidupnya selamanya.  Dia melihat Tuhan di Bait Suci, tinggi dan terangkat.  Dan di sana dia mendengar makhluk hidup berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam.”  Bahkan Yesaya, orang yang paling benar di Israel, mengakui keberdosaannya di hadapan kekudusan yang luar biasa.  Tapi saat Yesaya hancur karena dosanya, Tuhan mengampuni dan menyucikan dia.  Dan di sepanjang sisa kitab ini, Yesaya tidak bisa berhenti berbicara tentang Tuhan yang kudus yang luar biasa ini.  Dia menggunakan frase unik ini – Yang Mahakudus, Allah Israel – 30 kali dalam buku ini, frase yang hanya digunakan 6 kali di sisa Perjanjian Lama.  Di sepanjang kitabnya, Yesaya menantang individu dan bangsa untuk bertobat dan berserah kepada Tuhan yang suci ini.  Yesaya juga menantang kita untuk berbalik dari dosa kita dan hidup dalam kekudusan, karena hamba Tuhan harus menjadi kudus seperti Dia yang kudus (1 Petrus 1:14-16).  Kekudusan juga bisa berarti terpisah dan unik.  Yesaya sering menyatakan bahwa tidak ada yang seperti Tuhan kita.  Dia benar-benar berbeda dari dewa lain di dunia ini.  Sangat berbeda dengan berhala yang disembah.  Dia sangat berbeda dari raja dan penguasa di dunia ini.  Dia berdiri sendiri sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa yang kudus, kudus, dan kudus.  

Ayat kunci: 1: 4, 6: 1-7, 11: 9, 29:23, 30: 11-12, 35: 8, 41:16, 56: 7, 57:15, 62:12 

Tinggi / ditinggikan / sombong dan rendah hati / hancur / menyesal 

Beberapa dari kata-kata yang paling sering digunakan Yesaya dalam bukunya berhubungan dengan kesombongan dan dimuliakan.  Tuhan itu tinggi dan ditinggikan.  Tetapi waktu manusia mencoba untuk meninggikan dirinya di tempat Tuhan, itu merusak.  Ini adalah kesombongan dan kearogansian.  Di sepanjang kitab Yesaya, kita melihat individu dan bangsa berusaha meninggikan diri mereka sendiri.  Contoh utama dari kesombongan dalam Yesaya ditemukan dalam uraiannya tentang Raja Babel di bab 14.   Dia menunjukkan sikap Setan dengan mencoba meninggikan dirinya sendiri di atas Yang Mahatinggi (14:11-14).  Itu adalah sikap yang sama yang ditunjukkan oleh Adam dan Hawa ketika mereka memberontak melawan Tuhan di Taman Eden.  Mereka berusaha untuk meninggikan diri mereka sendiri di tempat Tuhan.  Kebalikan dari kesombongan adalah kerendahan hati.  Dan Yesaya menjelaskan contoh utama dari kerendahan hati dalam pasal 53 – Hamba yang Menderita, Yesus – yang merendahkan diri-Nya untuk menyerahkan nyawa-Nya bagi yang bersalah.  Yesaya terus memanggil kita untuk mengikuti teladan Yesus – untuk merendahkan diri dan tunduk kepada Tuhan.  Penting bagi kita sebagai manusia untuk bertobat dari kesombongan kita, berjalan dalam kerendahan hati dan menerima tanggung jawab kita untuk menjadi hamba Tuhan di dunia ini.  Mereka yang meninggikan diri akan direndahkan, tetapi mereka yang merendahkan diri akan ditinggikan (Yakobus 4:10, 1 Petrus 5:6).  

Ayat kunci: 2: 9-21, 5: 13-16, 6: 1-3, 10: 12-18, 10:33, 12: 4-6, 13:11, 14: 11-14, 16: 6, 52:13, 57:15, 66:2 

Kemuliaan 

Terkait erat dengan tema kesombongan adalah kemuliaan.  Ketika kita berusaha untuk meninggikan diri kita sendiri di tempat Tuhan dan memuliakan diri kita sendiri, itu adalah kesombongan.  Kemuliaan Tuhan terhubung dengan kehadiran-Nya dan kepenuhan siapa Dia.  Kemuliaan-Nya terletak di Gunung Sinai (Keluaran 24: 16-17).  Kemuliaan-Nya memenuhi Kemah suci (Keluaran 40:34) dan Bait Suci (1 Raja-raja 8:10-11).  Yesus penuh dengan kemuliaan Tuhan, representasi sempurna tentang siapa Tuhan itu (Yohanes 1:14, Ibrani 1:3).  Sekarang, sebagai Bait Allah yang baru, Dia ingin memenuhi kita dengan kemuliaan-Nya (Kisah Para Rasul 2:1-4).  Tetapi manusia telah menukar kemuliaan Tuhan dengan kebohongan dalam menyembah hal-hal selain Tuhan (Roma 1:23).  Inilah yang membuat penyembahan berhala begitu merusak.  Yesaya berkata bahwa Tuhan tidak akan memberikan kemuliaan-Nya kepada berhala (42:8).  Tuhan ingin memenuhi kita dengan kemuliaan-Nya sehingga kita dapat menyatakan-Nya kepada dunia dan menjadi terang bagi bangsa-bangsa.  Ketika orang melihat hidup kita, mereka seharusnya bisa melihat Yesus.  Tapi Tuhan hanya bisa mencurahkan kemuliaan-Nya ke dalam bejana yang rusak.  Hanya orang yang telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan berjalan dengan kerendahan hati yang dapat dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan. 

Ayat kunci: 4: 2-5, 6: 1-3, 11:10, 14:18, 40: 5, 42: 8, 43: 6-7, 58: 8, 60: 1-2, 62: 2  , 66: 18-19 

Pemberontakan

Kesombongan menghasilkan pemberontakan.  Sejak awal, Adam dan Hawa diciptakan untuk menjadi wakil hamba Tuhan di dunia ini, tetapi mereka memberontak melawan Dia. Mereka berusaha untuk meninggikan diri mereka sendiri di tempat Tuhan dan menjadi tuan di dunia ini.  Kisah Israel mengulangi kisah Adam dan Hawa – diangkat sebagai hamba Tuhan, mereka memberontak melawan Dia dan pergi ke pengasingan.  Yesaya menggambarkan kisah pemberontakan ini di seluruh bukunya.  Sama seperti kitab Kejadian dimulai dengan pemberontakan, Yesaya memulai bukunya dengan pemberontakan.  Tapi sebanyak Tuhan menghadapi Israel karena pemberontakan mereka dalam buku ini, Dia juga berbicara tentang harapan.  Jika Israel si pemberontak hanya mau bertobat, berbalik dari dosa mereka dan kembali kepada-Nya, Dia akan mengampuni mereka dengan limpahnya.  Inti dari keselamatan bukan hanya berdoa dan percaya bahwa Yesus mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita.  Keselamatan berarti bahwa kita telah menghentikan pemberontakan kita melawan Tuhan, mengakui Dia sebagai Tuhan dan Raja kita, dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Pemberontakan berakhir di pengasingan, jadi selagi Anda mempelajari tema di Yesaya kenali hubungan dengan gambaran dari pengasingan seperti Babel, padang gurun dan hutan belantara.

Ayat kunci:  1:2-5, 1:18-20, 30:1, 30:9, 31:6, 44:21-23, 48:8, 55:6-7, 57:3-8, 65:2-7

Hamba 

Sejak awal, Tuhan menciptakan Adam dan Hawa untuk menjadi hamba-Nya.  Kemudian Dia memanggil Israel untuk menjadi hamba-Nya dan terang bagi bangsa-bangsa.  Tapi baik Adam dan Israel memberontak melawan Tuhan.  Kitab Yesaya berbicara tentang bagaimana Tuhan menebus hamba-Nya yang memberontak menjadi hamba-Nya yang taat.  Kita juga membaca tentang sosok yang disebut Hamba Tuhan.  Terkadang kita melihat bahwa Hamba itu adalah Israel (48:8-9).  Tetapi kemudian kita melihat bahwa Tuhan akan menggunakan Hamba untuk menebus Israel (49:5-6).  Jadi, Hamba itu sama-sama seperti Israel, tetapi berbeda dari Israel.  Dalam pasal 53, Yesaya menjelaskan bagaimana Hamba ini menanggung kesalahan orang-orang dan memberikan nyawa-Nya bagi mereka.  Melalui pengorbanan-Nya orang-orang ditebus untuk menjadi umat Allah di dunia ini.  Sebagian dari sisa kitab Yesaya setelah pasal 53, kita tidak lagi membaca tentang Hamba (tunggal), kita membaca tentang Hamba (jamak).  

Melalui Perjanjian Baru kita melihat bahwa Hamba ini adalah Yesus.  Dia adalah Israel sempurna.  Ketika Israel gagal menjadi hamba Tuhan, Yesus berhasil menjadi Hamba yang sempurna.  Dan melalui kematian dan kebangkitan-Nya Dia memulihkan kita untuk menjadi hamba Tuhan di dunia ini. 

Ayat kunci: 41: 8-9, 42: 1-4, 42: 18-20, 49: 1-7, 50: 4-7, 52: 13-53: 12, 54:17, 65: 12-15  

Roh 

Roh Tuhan sering muncul dalam Yesaya.  Dia bahkan menggunakan istilah khusus ‘Roh Kudus’ dua kali (pasal 63), yang hanya muncul satu kali dalam Perjanjian Lama.  Untuk dapat menjadi hamba Tuhan yang efektif, untuk dapat mewakili Dia dengan baik di dunia ini, kita membutuhkan Roh Kudus-Nya dalam hidup kita.  Inilah sebabnya mengapa hamba Tuhan perlu merendahkan diri dan bertobat dari kesombongan dan pemberontakan mereka dan berserah kepada-Nya.  Bagi mereka yang patah hati dan jiwa yang menyesal, Dia mengisi mereka dengan Roh-Nya.  Roh Tuhan berdiam di dalam diri mereka.  Kata Ibrani untuk Roh adalah ‘ruwach’ (Strongs 7307) yang juga dapat diterjemahkan sebagai angin atau nafas.  Bagi mereka yang telah berserah diri kepada Tuhan, nafas-Nya memberdayakan mereka dan memberi hidup.  Bagi mereka yang memberontak melawan Tuhan, nafas-Nya menghanguskan mereka. 

Ayat kunci: 11: 1-4, 30: 1, 32:15, 42: 1, 44: 3, 48:16, 57: 13-16, 59:21, 61: 1-3, 63: 10-14  

Dengarkan & taat (shema) 

Hamba yang baik akan mendengarkan dan mentaati tuannya.  Yesaya sering menggunakan kata Ibrani ‘shema’ (Strongs 8085).  Artinya lebih dari sekedar mendengarkan seseorang, itu berarti Anda akan melakukan apa yang mereka katakan.  Inilah mengapa ‘shema’ diterjemahkan dalam Perjanjian Lama sebagai ‘mendengarkan’ atau ‘taat.’  Kata Ibrani ini juga merupakan nama doa yang didoakan orang Yahudi setiap hari yang disebut Shema.  Itu berasal dari Ulangan 6:4-5, di mana Israel dipanggil untuk ‘shema’ Tuhan dan mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan mereka.  Doa ini mencerminkan panggilan Israel untuk menjadi hamba Allah yang taat di dunia ini.  Mereka dipanggil untuk mencintai dan menaati-Nya.  Yesus bahkan mengatakan bahwa ada hubungan langsung antara mengasihi-Nya dan menaati-Nya (Yohanes 14:15-21).  Dia berkata bahwa tidak setiap orang yang memanggil Dia “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam kerajaan surga, tetapi hanya mereka yang mendengarkan dan menaati Bapa (Matius 7:21). Yesus juga menyatakan bahwa mereka yang hanya mendengar ajaran-Nya tetapi tidak melakukannya adalah bodoh dan rumah mereka akan runtuh (Matius 7:24-27) Sepanjang Yesaya, Tuhan menebus hamba-hamba-Nya yang memberontak menjadi hamba-Nya yang taat. Hamba yang hanya mendengar tetapi tidak menurut pada tuannya adalah hamba yang tidak berguna. Yesus menunjukkan  bahwa Dia adalah Hamba Allah yang sempurna melalui ‘shema’ – dengan mendengarkan dan menaati Bapa. Kita melihat ketaatan Yesus yang sempurna ditunjukkan dalam bagian Hamba yang Menderita di pasal 53. Dan dengan Roh Yesus di dalam hidup kita, Dia ingin  memberdayakan kita untuk ‘shema’ Tuhan. 

Ayat kunci: 1:19, 30: 9, 30:21, 34: 1, 40:28, 42: 18-20, 46:12, 49: 1, 50: 4,  55: 2-3 

Menebus 

Tuhan ingin menebus hamba-hamba-Nya yang memberontak. Dia melakukan ini melalui kematian dan kebangkitan Yesus di kayu salib. Kata Ibrani untuk penebusan adalah ‘gaal’ (Strongs 1350).  Itu adalah kata kunci untuk kitab Rut, di mana Boaz menebus Rut.  Ini digunakan dalam Keluaran untuk menggambarkan Tuhan yang menebus Israel dari perbudakan di Mesir.  Kata ini digunakan untuk membeli seorang budak.  Kita telah dibeli dengan harga yang mahal, darah Kristus Sendiri (1 Korintus 6:20, 7:23, 1 Petrus 1:18-19, Wahyu 5:9).  Tapi sekarang kita adalah milik-Nya.  Kita harus menjadi hamba-Nya di dunia ini.  Seperti dalam kisah Israel di Mesir atau kisah Rut, kita tidak berdaya untuk menyelamatkan dan menebus diri kita sendiri.  Kita membutuhkan Penebus.  Tuhan dalam kasih karunia, belas kasihan, kebaikan dan kuasa-Nya telah menebus kita dari kuasa kegelapan untuk menjadi anak-anak dan hamba-Nya di dunia ini.  

Ayat kunci: 41:14, 43: 1, 44: 6, 44: 22-24, 52: 3, 52: 9, 54: 5-8, 62:12

Israel / Yakub

Yesaya menggunakan nama Israel dalam beberapa cara yang berbeda.  Dia menggunakannya untuk menggambarkan suku utara Israel selain Yehuda.  Namun belakangan dia juga menggunakan Israel untuk menggambarkan orang-orang Yehuda dan Yerusalem lama setelah kerajaan utara Israel ditaklukkan oleh Asyur.  Yesaya juga menggunakan gelar Israel untuk merujuk pada Hamba Tuhan yang akan menebus baik Israel (rakyat) maupun bangsa-bangsa (49:1-7).  Ini merupakan bagian dari gelar favorit Yesaya untuk Tuhan – Yang Mahakudus Allah Israel.  Israel sering disebutkan di seluruh Perjanjian Lama, tetapi penggunaan Yakub oleh Yesaya lebih unik.  Dia merujuk pada Yakub 42 kali, lebih dari buku manapun di Perjanjian Lama selain Kejadian.  Kisah Yakub adalah salah satu kisah individu terbesar tentang transformasi, penebusan, dan keselamatan dalam Perjanjian Lama, hanya dapat disaingi oleh kisah Paulus dalam Perjanjian Baru. Arti dari nama Yakub berarti ‘mencengkeram tumit’ atau ‘penipu’, dan bagian awal hidupnya ditandai dengan keserakahan, penipuan, dan kepentingan pribadi. Tidak ada yang mengagumkan atau terpuji tentang karakter Yakub.  Kehidupan awal Yakub ditandai oleh dosa dan pemberontakan yang sama yang ditunjukkan oleh Adam dan Hawa sejak awal dan yang telah berdampak keseluruh umat manusia.  Tetapi melalui pengalamannya dengan Tuhan di Sungai Jabok, nama Yakub diubah menjadi Israel dan dia menjadi orang yang berbeda (Kejadian 32:24-32).  Yesaya menggunakan cerita ini untuk mendemonstrasikan tujuan Tuhan untuk menebus dan mengubah hamba-hamba-Nya yang memberontak (Yakub) menjadi hamba-hamba-Nya yang taat (Israel).  Tuhan telah menebus Yakub karena melalui Israel Dia dapat menunjukkan kemuliaan-Nya (44:23).  Kisah ini juga menunjukkan anugerah dan belas kasihan Tuhan karena Yakub sama sekali tidak layak menerima keselamatan.

Ayat kunci: 1: 3-4, 5: 1-7, 19: 24-25, 27: 2-6, 41: 8-16, 43: 1-4, 44: 1-6, 44: 21-23  , 46: 3-4, 48: 1-8, 48:20, 49: 1-7 

Keselamatan

Keselamatan adalah kata kunci untuk kitab Yesaya.  Nama Yesaya bahkan berarti “keselamatan Yahweh.”  Keseluruhan kitab ini adalah tentang bagaimana Tuhan menebus atau menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang memberontak menjadi hamba-Nya yang taat.  Kata kunci yang digunakan Yesaya adalah ‘yasha’ (Stong 3467) dan ‘yashuwah’ (Strong 3444).  Yesus sebenarnya dinamai menurut Yosua (atau Yeshua) yang berarti “Yahweh menyelamatkan.”  Kapanpun Anda melihat kata ‘keselamatan’ dalam Yesaya, pikirkan tentang Yesus.  Kita tidak berdaya untuk menyelamatkan diri kita sendiri.  Kita membutuhkan ‘Yasha’ atau Juruselamat.  Yesaya menggambarkan Tuhan sebagai Juruselamat kita, sebuah gambaran yang Perjanjian Baru anggap sebagai Yesus.  “Yashuwah” tidak hanya berarti menyelamatkan dari musuh tetapi juga kemenangan atas musuh. Tuhan tidak hanya ingin menyelamatkan kita dari kekuatan kegelapan – dari musuh setan, dosa dan maut. Dia ingin memberi kita kekuatan untuk menang atas kekuatan kegelapan. Dia ingin menggunakan kita untuk membawa kemenangan atau keselamatan-Nya ke dunia ini. 

Ayat kunci: 12: 2-3, 25: 9, 30:15, 43: 11-13, 45: 20-22, 52 : 7-10, 59: 1, 59: 16-17 

Sukacita 

Apa yang terjadi ketika yang tidak berdaya dibebaskan? Ketika budak dibebaskan? Ketika yang tertindas diselamatkan? Ketika para tawanan dibebaskan dari penjara? Responsnya adalah kegembiraan.  Kitab Yesaya penuh dengan sukacita, orang-orang tebusan bersukacita atas keselamatan mereka. Kita telah diselamatkan dari kuasa kegelapan, musuh-musuh Setan, dosa dan maut. Tanggapan yang tepat bagi hamba-hamba Tuhan adalah dengan bersukacita dan bersyukur kepada-Nya.  Seperti  manusia diubahkan oleh keselamatan Tuhan, kita juga melihat Ciptaan bersukacita saat hidup baru masuk ke dunia ini membawa pemulihan dan penyembuhan.

Ayat kunci: 12: 3-6, 25 : 9, 29:19, 35: 1-10, 49:13, 52: 8-9, 54: 1, 61: 7-10 

Bangsa-bangsa 

Yesaya memiliki fokus khusus pada bangsa-bangsa.  Dia menantang kita untuk tidak menaruh kepercayaan kita pada bangsa-bangsa atau takut pada mereka.  Dia menunjukkan bahwa Tuhan lebih besar dan lebih kuat daripada bangsa atau kerajaan mana pun dan bahwa kita harus menaruh kepercayaan kita kepada-Nya.  Tetapi kita tidak hanya melihat pertentangan Tuhan terhadap negara-negara pemberontak, kita juga melihat kasih-Nya yang besar kepada bangsa-bangsa.  Tuhan ingin menjadikan Israel terang bagi bangsa-bangsa, membawa keselamatan-Nya bagi semua bangsa (42:6).  Tuhan menyebut Bait-Nya sebagai rumah doa bagi semua bangsa (56:7).  Yesaya juga sering berbicara tentang daerah pantai atau pulau, yang diterjemahkan dari kata Ibrani yang sama – ‘iyin’ (Strongs 339).  Yesaya menggunakan kata Ibrani ini lebih dari kitab Perjanjian Lama lainnya, dan itu berbicara tentang negeri yang jauh dari Israel.  Tuhan adalah Raja atas semua bangsa di bumi, bukan hanya Israel, dan keselamatan-Nya adalah untuk segala bangsa. 

 Ayat kunci: 2: 2-6, 19:25, 24: 1-6, 25: 6-8, 40: 15-17, 49: 6, 52:10, 56: 7

Terang 

Sejak awal Alkitab, kita melihat Tuhan senang membawa terang ke dalam kegelapan.  Di mana ada kematian, ketidakteraturan dan kekacauan, Dia ingin membawa hidup-Nya yang berkelimpahan.  Tuhan itu terang, di dalam Dia tidak ada kegelapan sama sekali (1 Yohanes 1:5).  Tuhan ingin kita tinggal bersama-Nya dan menjadi anak-anak terang (Efesus 5:8).  Ketika Adam dan Hawa berdosa, mereka merasa malu dan berusaha bersembunyi dari Tuhan.  Ketika kita berdosa, kita ingin tinggal dalam kegelapan dan menyembunyikan diri kita sendiri.  Ini memisahkan kita dari sumber kehidupan yang hanya ditemukan di dalam Tuhan.  Akibatnya, kita berkontribusi pada kematian dan kehancuran di dunia ini.  Melalui Yesaya, Tuhan terus memanggil umat-Nya untuk bertobat dan kembali kepada-Nya, untuk berjalan dalam terang dan dipulihkan sebagai anak-anak terang.  Tuhan menunjuk Israel untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, untuk mencerminkan kemuliaan-Nya bagi bangsa-bangsa (42:6).  Menjadi umat Allah bukanlah berkat yang harus kita simpan untuk diri kita sendiri.  Kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.  Yesaya tidak hanya berbicara tentang berkat menjadi anak-anak Tuhan di dunia ini tetapi juga tanggung jawab kita untuk menjadi terang dan membawa Injil ini ke bangsa-bangsa. Sama seperti Yesus adalah terang dunia (Yohanes 8:12), Dia juga menyebut kita terang dunia (Matius 5: 14-16).  Kita harus seperti Yerusalem, kota di atas bukit yang dapat dilihat dari kejauhan.  Yesus menantang kita untuk tidak menyembunyikan terang kita, tetapi membiarkannya bersinar di hadapan manusia sehingga mereka juga akan memuliakan Tuhan.  

Ayat-ayat kunci: 2: 5, 5:20, 9: 2, 42: 6, 49: 6, 58: 8-10, 60: 1-3, 60: 19-20 

Gunung 

Pegunungan sering digambarkan dalam Perjanjian Lama sebagai  tempat spiritual atau tempat tinggal para dewa.  Pegunungan juga merupakan tempat orang mencari perlindungan.  Pegunungan itu besar, tak tergoyahkan, tak berubah, kuno, kekal, agung, tinggi dan terangkat – semua kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan Tuhan. Dibandingkan dengan manusia, gunung mungkin terlihat sangat besar dan kuat.  Tetapi tidak peduli betapa megahnya gunung-gunung itu, mereka tidak seberapa dibandingkan dengan Tuhan yang hidup.  Dia memegang gunung di tangan-Nya dan meletakkannya rendah (40:12, 40:4).  Gunung juga bisa menjadi simbol kebanggaan manusia.  Dalam kesombongannya, manusia mencoba meninggikan dirinya sendiri dan menggantikan Tuhan Yang Maha tinggi.  Atau dia membangun bentengnya di tempat tinggi dan berpikir bahwa tidak ada yang bisa mengalahkannya.  Pegunungan juga bisa menjadi simbol kerajaan.  Yesaya sering berbicara tentang gunung suci Allah dan menggambarkan suatu hari ketika kerajaan-Nya akan memenuhi bumi (11:9).  

Ayat kunci: 2: 1-3, 2: 12-14, 11: 9, 25: 6-10, 27:13, 40: 9, 52: 7, 56: 7, 57:13, 65:25 

Yerusalem /  Sion

Yesaya menggabungkan gambar gunung suci Tuhan dengan Gunung Sion dan Yerusalem (66:20).  Yerusalem adalah kota yang dibangun di atas bukit, dengan Bait yang dibangun di atas Gunung Sion.  Di dalam Alkitab, gambaran Bait Tuhan, kota Tuhan, umat Tuhan dan gunung Tuhan seringkali tumpang tindih dan saling berhubungan.  Ketika Yesus berbicara tentang kita sebagai terang dunia dan kemudian menggunakan gambaran tentang bagaimana sebuah kota di atas bukit tidak dapat disembunyikan, Dia sedang berbicara tentang Yerusalem.  Yerusalem, sebagai ibu kota Israel, akan menjadi kota terang yang mencerminkan kemuliaan Tuhan bagi bangsa-bangsa.  Itu seharusnya menjadi kota yang penuh dengan keadilan, kebenaran dan kesetiaan.  Sayangnya, kota itu menjadi tempat dosa dan pemberontakan.  Akibatnya, orang-orang tersebut diasingkan ke Babel.  Sebagian besar bagian kedua dari Yesaya (pasal 40-66) adalah dorongan kepada orang-orang bahwa Tuhan akan membawa mereka keluar dari Babel dan kembali ke Yerusalem.  Tetapi banyak deskripsi Yesaya tentang Yerusalem lebih mulia dan indah daripada kota mana pun di dunia ini.  Yesaya memiliki penglihatan tentang Yerusalem Baru yang dibicarakan Yohanes dalam Wahyu 21:2.  Bagi mereka yang telah berserah diri kepada Kristus, kita sekarang telah datang ke Yerusalem Baru (Ibrani 12: 22-24).  Nama Sion muncul lebih banyak di Yesaya daripada buku lain di Alkitab. Sion adalah tempat di mana Tuhan memerintah sebagai Raja.  Itu adalah tempat di mana umat-Nya hidup dalam penyerahan dan ketaatan kepada-Nya.  Sion adalah tempat yang mencerminkan karakter Raja Agung, tempat yang penuh keadilan, kebenaran dan kesetiaan. 

Ayat kunci: 1: 21-27, 2: 1-3, 4: 3-5, 24:23, 27:13, 28:16, 31: 4-5, 33: 14-22, 52: 7-9, 66: 18-21

Raja / Kerajaan

Kita membaca tentang banyak raja dalam Yesaya.  Beberapa adalah raja Yehuda atau Israel, beberapa adalah raja dari bangsa lain.  Banyak dari raja-raja ini bergumul dengan nafsu akan kekuasaan dan kemuliaan, berusaha meninggikan diri mereka sendiri dan membawa ketidakadilan yang besar di dunia ini.  Tapi Yesaya berbicara tentang Tuhan sebagai Raja yang Agung.  Dia memanggil semua umat manusia untuk bertobat, menghentikan pemberontakan mereka dan tunduk kepada Raja alam semesta yang agung ini.  Di zaman Perjanjian Lama, raja dipandang memiliki hubungan ilahi.  Mereka mewakili para dewa.  Tetapi raja-raja duniawi dalam Yesaya gagal mewakili Tuhan di dunia ini.  Jadi, Yesaya berbicara tentang Raja yang sempurna di masa depan, yang akan memerintah dalam kebenaran, menegakkan keadilan dan membawa perdamaian.  Dia akan mewakili Tuhan dengan sempurna kepada orang-orang.  Dia akan mendirikan kerajaan yang kekal.  Nubuat Yesaya tentang Raja yang sempurna digenapi dalam Yesus Kristus, atau Yesus sang Mesias – Raja dunia yang sejati.  Dan sekarang Yesus ingin bekerja sama dengan kita, hamba-Nya, untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini. 

Ayat kunci: 6: 1-5, 9: 6-7, 16: 5, 24: 21-23, 33: 17-22, pasal 36 & 37, 43:15, 44: 6, 49: 7, 52:  15 

Kebenaran, keadilan & kesetiaan 

Ketika kerajaan Allah didirikan, itu akan mencerminkan karakter Raja.  3 kata yang sering muncul bersama dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan aspek Kerajaan Allah – kebenaran (tsadaqah – Strongs 6666), keadilan (mishpat – Strongs 4941), dan kesetiaan (emuwnah – Strongs 530).  Ketika Kerajaan Allah datang, kita akan melihat peningkatan dalam 3 sifat ini.  Kebenaran menggambarkan seseorang dalam hubungan yang benar dengan Allah yang menunjukkan ini melalui perilaku perjanjian yang sesuai.  Keadilan menentang hal-hal di dunia ini yang membawa kematian dan kehancuran.  Keadilan adalah tentang membuat hal-hal benar. Keadilan adalah bekerja sama dengan Allah untuk membawa kebenaran di dunia ini seperti yang Dia rancang sejak awal.  Kesetiaan adalah sikap yang tepat untuk para pelayan – mereka setia kepada tuannya apapun tantangan yang mereka hadapi.  Kesetiaan berarti bahwa kita setia dalam semua hubungan kita – pertama-tama dengan Tuhan, dan yang kedua dalam semua hubungan kita dengan orang lain.  Tuhan juga ingin kita setia dalam hubungan kita dengan Ciptaan-Nya.  Israel dan Yerusalem seharusnya menjadi terang bagi bangsa-bangsa, mencerminkan kemuliaan Tuhan bagi bangsa-bangsa.  Karena itu, Yerusalem seharusnya menjadi kota yang penuh dengan kebenaran, keadilan, dan kesetiaan – semua aspek sifat dan karakter Allah.  Namun, itu telah menjadi kota yang penuh dengan penyembahan berhala, kekerasan dan kejahatan – kebalikan dari karakter Tuhan.  Itu telah menjadi seperti Babilon – lambang pemberontakan melawan Tuhan.  Tapi Yesaya berbicara tentang bagaimana Tuhan bekerja untuk membangun Yerusalem Baru di dunia ini, memajukan Kerajaan-Nya di antara bangsa-bangsa di bumi dan menegakkan kembali kebenaran, keadilan dan kesetiaan melalui kehidupan para hamba-Nya yang taat.  

Ayat kunci: 1: 21-27, 5: 7, 11: 1-5, 16: 5, 28: 16-17, 30:18, 32: 16-18, 33: 5-6, 51: 1-8  , 56: 1, 58: 8, 62: 1-2 

Damai (shalom) 

Kata Ibrani untuk perdamaian adalah ‘shalom’, dan ini juga merupakan kata yang sering digunakan untuk menggambarkan Kerajaan Allah.  Ketika Kerajaan Allah datang, kita akan melihat peningkatan shalom.  Shalom tidak hanya berarti tidak adanya kekerasan.  Ini menggambarkan keutuhan dalam hubungan. Ketika ada shalom yang sempurna, semua hubungan kita dipulihkan dan sehat.  Ketika Adam dan Hawa memberontak melawan Tuhan, bukan hanya hubungan mereka dengan Tuhan yang rusak.  Hubungan mereka satu dengan yang lain pun rusak. Bahkan sejak saat itu, terlihat kurangnya shalom hubungan antara manusia dengan manusia, keduanya secara pribadi dan juga dalam kelompok orang dan bangsa.  Hubungan Adam dan Hawa dengan Penciptaan juga putus.  Dan terakhir, hubungan dalam diri sendiri pun rusak. Setelah pemberontakan mereka, ada kekurangan shalom di hati mereka.  Kita membutuhkan Juruselamat, Penyembuh untuk datang dan memulihkan hati kita dan membawa shalom.  Ketika kita berserah kepada Yesus sebagai Raja, kita bisa mengalami pengampunan dan pemulihan-Nya, mengalami shalom-Nya di dalam hati kita.  Saat shalom memasuki hati manusia, kita akan melihat shalom memasuki dunia ini.  Melalui Yesus, kita melihat shalom-Nya memulihkan semua hubungan yang telah rusak: antara manusia dan Tuhan, antara manusia dan manusia, antara manusia dan Ciptaan, dan antara manusia dengan dirinya sendiri.  

Ayat kunci: 9: 6-7, 26: 3, 26:12, 27: 5, 32: 17-18, 48:18, 53: 5, 54:13, 55:12, 57: 19-21 

Kekuatan, Kuasa

Kekuatan dan kuasa adalah tema yang berulang dalam Yesaya.  Orang-orang, raja, dan bangsa terus-menerus berusaha untuk menjadi kuat atau membanggakan kekuasaan mereka.  Dalam Yesaya, kita melihat Yehuda diintimidasi oleh kekuatan Asyur, tergoda untuk percaya pada Mesir atau berhala mereka untuk pembebasan.  Raja Asyur membual tentang kekuasaannya dan tidak ada yang bisa berdiri di hadapannya.  Tetapi Yesaya menyatakan bahwa hanya Tuhan yang Maha Kuasa.  Dia memegang bangsa di tangannya.  Dia mengukur pegunungan.  Yesaya menggambarkan Dia sebagai pejuang yang perkasa.  Dia menyatakan bahwa Tuhan sendiri adalah Raja yang perkasa yang di hadapannya tidak ada yang bisa berdiri.  Dia memiliki semua kekuatan dan kekuasaan.  Dia sendiri yang harus ditakuti.  Karena kuasa-Nya yang besar dikombinasikan dengan kebaikan-Nya, Tuhan dapat dipercaya.  Dia sendiri yang mampu membebaskan kita dari musuh.  Sebagai hamba Tuhan, kita memiliki akses ke kuasa yang besar ini (Efesus 1:19).  Yesaya berkata bahwa mereka yang menanti-nantikan Tuhan akan memperbaharui kekuatan mereka, mereka akan berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak menjadi lelah (40: 29-31). Tuhan telah memberi kita tanggung jawab yang luar biasa untuk memajukan Kerajaan-Nya. Kita akan membutuhkan akses ke kuasa-Nya yang luar biasa untuk memenuhi mandat ini, untuk mengalahkan musuh dan menjadikan semua bangsa murid. 

Ayat kunci: 1:24, 11: 2, 12: 2, 27: 1, 30:15, 40: 29-31, 42:13, 49: 5, 49:26, 63: 1

Tuhan Bala Tentara Sorga

Dalam bahas Ibrani, Yesaya menggunakan  gelar ‘Tuhan Bala Tentara sorga’ 62 kali dalam bukunya. (Tetapi dalam Alkitab bahasa Indonesia, gelar ini sering diterjemahkan sebagai ‘Tuhan semesta alam’).  Hanya kitab Yehezkiel yang lebih sering menggunakannya.  Tuhan bala tentara sorga adalah gelar kunci yang digunakan Yesaya untuk menggambarkan Allah bersama dengan gelar Yang Mahakudus Allah Israel.  Kata Ibrani untuk bala tentara adalah ‘tsaba’ (Strongs 6635) dan dapat diterjemahkan sebagai bala tentara.  Dalam konteks Yesaya, kita melihat banyak bangsa, raja dan kekaisaran bangkit dengan pasukan mereka, mengancam untuk menaklukkan dan menghancurkan siapa saja yang menentang mereka.  Negara-negara ini menggunakan rasa takut untuk mengintimidasi dan memaksa orang lain, membawa mereka di bawah kendali mereka.  Seringkali kita melihat raja-raja Israel tergoda untuk bersekutu dengan berbagai bangsa karena kekuatan mereka.  Tapi Tuhan adalah Penguasa tentara surga.  Dia lebih besar dan lebih kuat dari semua kerajaan di dunia ini.  Tidak ada kerajaan yang memiliki pasukan yang bahkan bisa mendekati Tuhan Penguasa tentara sorga.  Jika Tuhan di pihak kita, siapa yang dapat melawan kita? (Roma 8:31)  Lebih besar Tuhan penguasa tentara sorga yang tinggal di dalam saya daripada musuh yang saya hadapi di dunia ini (1 Yohanes 4:4).  Dengan pewahyuan ini, itu membantu kita mengatasi rasa takut dan menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan. 

Ayat kunci: 2:12, 5:16, 6: 3-5, 8:13, 9: 7, 24: 21-23, 25: 6, 28: 5-6, 31: 4-5, 37:16, 44: 6, 54: 5 

Rasa Takut 

Dengan banyaknya kerajaan yang kuat dan jahat di Yesaya, kita melihat banyak orang bergumul dengan rasa takut.  Raja Ahaz takut pada Aram dan Israel.  Hizkia takut pada Raja Sanherib.  Bangsa-bangsa takut dengan bangsa adikuasa seperti Asyur dan Babilonia.  Tapi Yesaya mengatakan bahwa solusi dari rasa takut adalah takut akan Tuhan (8: 12-13).  Saat kita takut akan Tuhan, kita tidak akan dikendalikan oleh rasa takut di dunia ini.  Takut akan Tuhan berarti kita memiliki rasa kagum dan hormat yang dalam kepada Tuhan.  Kita memperlakukan Dia sebagai Raja dan Tuhan.  Kita ingin menyembah dan melayani Tuhan saja.  Kita dikendalikan oleh keinginan-Nya.  Kita memperhatikan tentang pendapat-Nya.  Hidup kita diatur ulang di sekitar prioritas-Nya.  Kita mengasihi apa yang Tuhan kasihi dan kita membenci apa yang Tuhan benci.  Kita bertekad untuk melaksanakan kehendak-Nya di dunia ini.  Takut akan Tuhan terhubung dengan memiliki pewahyuan tentang kekudusan Allah yang luar biasa.  Sebagai hamba Tuhan, kita tidak perlu takut pada apa yang ditakuti dunia.  Kita dipenuhi dengan kuasa dan hadirat Tuhan Yang Mahakuasa.  Dia bersama kita dalam setiap situasi.  Dia akan membantu kita untuk mengatasi dan membawa keselamatan-Nya atau kemenangan-Nya ke dunia ini.  Dia tidak memberi kita roh ketakutan, tetapi roh kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Timotius 1:7). Tetapi bagi orang jahat yang telah meneror orang lain di dunia ini, mereka akan mengalami ketakutan dan teror saat menghadapi penghakiman Tuhan.  

Ayat kunci: 2: 19-21, 8: 12-13, 11: 2-3, 12: 2, 33: 6, 40: 9, 41: 10-14, 43: 1-5, 51: 12-13, 66: 2 

Kepercayaan

Di sepanjang kitab Yesaya, kita melihat individu dan bangsa bergumul untuk mempercayai Tuhan karena rasa takut.  Mereka melihat negara-negara kuat seperti Asyur dan Babel, jadi mereka menaruh kepercayaan mereka pada bangsa lain, atau berhala mereka atau diri mereka sendiri untuk keselamatan.  Ketika kita menyerah pada rasa takut, kita tidak dapat mempercayai Tuhan.  Dalam pasal 7, Ahaz takut pada Aram dan Israel, jadi dia mencoba untuk mempercayai Asyur untuk keselamatan.  Kemudian, di pasal 36, putranya Hizkia takut pada Asyur dan tergoda untuk menaruh kepercayaannya di Mesir untuk keselamatan.  Kisah Ahaz adalah kisah kegagalan raja mempercayai Tuhan.  Tapi kisah Hizkia adalah kisah sukses mempercayai Tuhan.  Hizkia merendahkan dirinya, berseru kepada Tuhan, dan menaruh kepercayaannya kepada-Nya.  Hasilnya, dia melihat keselamatan luar biasa dari Tuhan.  Yesaya menggambarkan Tuhan sebagai yang luar biasa dan berkuasa.  Dia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.  Tidak hanya Dia maha kuasa, tetapi Dia juga baik.  Dia ramah.  Dia penyayang.  Dia peduli pada kita.  Segala sesuatu di dunia ini akan mengecewakan dan menggagalkan kita.  Tetapi Yesaya dengan berani menyatakan bahwa Tuhan sepenuhnya layak untuk kita percayai.  Sebagai hamba Tuhan, kita perlu belajar mempercayai Tuhan.  Memahami bahwa Tuhan dapat dipercaya akan menginspirasi kita untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya.  

Ayat kunci: 10:20, 12:2, 26:3-4, 30:12-15, 31:1-3, 36:4-9, 42:17, 50:10 

Berhala / Gambar

Penyembahan berhala tersebar luas di antara  bangsa di Perjanjian Lama.  Sangatlah umum bagi orang-orang untuk membuat patung atau perwakilan dewa mereka dari kayu, logam, atau batu dan menempatkannya di kuil.  Bagaimanapun, Israel dipanggil untuk menjadi bangsa suci atau bangsa yang berbeda dan unik dari bangsa lain.  Mereka secara khusus diperintahkan untuk tidak membuat berhala dan patung Allah (Keluaran 20:1-6).  Ini adalah konsep radikal ribuan tahun yang lalu.  Namun, Israel gagal untuk menaati perintah-perintah ini dan terus berbalik menyembah berhala.  Tuhan melarang pembuatan berhala karena Dia telah menempatkan gambar-Nya atau menggunakan kata lain, berhala-Nya, di dunia ini – manusia.  Sejak awal, Tuhan menciptakan pria dan wanita menurut gambar-Nya (Kejadian 1:26-27).  Dan Tuhan menempatkan gambar-Nya yang hidup di Bait Suci-Nya yang agung – yaitu Ciptaan-Nya.  Sebagai gambar Tuhan, kita dipanggil untuk mewakili Tuhan bagi Ciptaan, untuk dipenuhi dengan kemuliaan dan Roh dari Tuhan yang hidup.  Saat kita berserah diri kepada Tuhan dan menyembah Dia, kita menjadi lebih seperti Dia.  Kita menjadi cerminan Tuhan yang lebih baik untuk Ciptaan, membawa terang dan kehidupan ke dalam dunia ini. Bagaimana pun ketika kita menyembah berhala, kita akan jadi seperti mereka (Maz 115:4-8). Kita akan menjadi buta dan tuli dan membawa kegelapan dan kehancuran kepada ciptaan Allah. Yesaya terus menerus menentang kebodohan dari penyembahan berhala (44:9-20). Yesaya menegur Israel karena mereka sudah menaruh kepercayaan mereka kepada berhala yang tidak mampu menyelamatkan mereka. Yesaya menantang mereka untuk mempercayai Allah yang hidup, Tuhan maha kuasa pencipta langit dan bumi. Saat mereka berserah kepada Tuhan, mereka mampu memenuhi peran mereka sebagai gambaran Allah di dunia ini dan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa.

Ayat kunci : 2:6-22, 10:10-11, 21:9, 30:20-22, 31:6-7, 40:18-20, 42:8, 42:17, 44:9-20, 45:20, 48:5

Surga dan Bumi

Kata umum dari Perjanjian Lama yang juga sering digunakan Yesaya adalah ‘eretz’ (Strongs 776).  Ini dapat diterjemahkan sebagai ‘bumi’ atau ‘tanah.’  Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa bumi adalah milik Tuhan (Keluaran 19:5, Mazmur 24:1) tetapi Ia telah mempercayakannya kepada manusia untuk memerintah atas nama-Nya (Mazmur 115:16).  Manusia seharusnya hidup dalam penundukan diri kepada Tuhan, bekerja bersama dengan Tuhan untuk membuat kehendak dan kerinduan-Nya menjadi kenyataan di dunia ini (Matius 6:10).  Tapi sejak pemberontakan Adam dan Hawa, manusia hidup dalam pemberontakan melawan Tuhan.  Pemberontakan manusia telah mengakibatkan bumi tercemar oleh penghuninya (Yesaya 24:5).  Saat manusia bertobat, berbalik dari pemberontakan-Nya dan sekali lagi memenuhi tanggung jawabnya untuk menjadi hamba Tuhan di dunia ini, kita akan melihat penyembuhan dan pemulihan dari Ciptaan (Roma 8:18-21).  Yesaya juga berbicara tentang surga, sering kali bersama-sama ketika dia berbicara tentang bumi.  Sejak awal kitab Yesaya berbicara tentang surga dan bumi (1:2) dan itu membentuk tema kunci untuk kitab tersebut.  Surga adalah tempat Tuhan memerintah, tempat kehendak-Nya yang sempurna terjadi.  Saat kita mendoakan doa-Nya Tuhan agar kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di surga, kita membawa langit dan bumi bersama.  Dalam pandangan dunia Yahudi, Bait Suci adalah tempat di mana surga dan bumi bersatu. Tapi sekarang kita adalah Bait Suci Allah yang baru (2 Korintus 6:16, Efesus 2:21).  Melalui kehidupan para hamba-Nya yang tunduk, kita melihat Tuhan menyatukan surga dan bumi bersama.  Ini akan mencapai puncaknya dalam penglihatan terakhir yang dibicarakan oleh Yesaya dan diulangi dalam Wahyu 21:1-5 tentang langit baru dan bumi baru.  Visi ini adalah pernikahan terakhir antara langit dan bumi, di mana Tuhan akan sepenuhnya membersihkan, memperbarui, dan memulihkan dunia ini (Yesaya 11:9, Habakuk 2:14). 

Ayat kunci: 11: 9, 24: 1-6, 40: 21-28, 42: 4-5, 45: 8-12, 52:10, 54: 5, 55: 9-11, 57:13, 6516  -17, 66: 1, 66: 2 

Mengandung, melahirkan, lahir, anak 

Yesaya menggunakan gambaran persalinan dan kelahiran untuk menggambarkan keselamatan di dunia ini.  Melalui pemberontakan Adam dan Hawa, umat manusia berada di bawah kuasa kematian.  Kami membutuhkan kehidupan baru atau kelahiran baru.  Yesus berbicara tentang ini dalam percakapannya dengan Nikodemus, mengatakan bahwa kita harus dilahirkan kembali (Yohanes 3:3-8).  Kelahiran baru ini hanya mungkin jika kita berserah diri kepada Tuhan dan Dia memenuhi kita dengan Roh Kudus-Nya.  Setelah kebangkitan-Nya, dalam gambar yang dihubungkan dengan nafas kehidupan Allah ke dalam Adam (Kejadian 2:7), Yesus menghembuskan napas ke atas para murid (Yohanes 20:22).  Gambar ini diulangi pada hari Pentakosta ketika para murid berkumpul di ruang atas dan mendengar suara angin yang bertiup kencang (Kisah Para Rasul 2: 2).  Ini adalah Tuhan sekali lagi menghembuskan hidup baru ke dalam putra dan putri Adam yang mengisi mereka dengan Roh-Nya dan menyebabkan mereka dilahirkan kembali. Sekarang sebagai hamba-Nya yang dipenuhi Roh, Tuhan ingin kita bermitra dengan-Nya dalam membawa hidup baru-Nya ke dunia ini.  Paulus menggambarkan pemuridan sebagai gambaran sakit bersalin, itu adalah proses yang menyakitkan untuk membawa hidup baru ke dunia ini (Galatia 4:19).  Yesaya juga menyatakan bahwa tidak mungkin bagi kita untuk membawa keselamatan ke dunia ini selain dari Tuhan dan Roh-Nya (26:17-18).  Semua usaha manusiawi kita yang dilakukan selain dari Roh hanya akan melahirkan sekam dan berantakan (33:11).  Seperti yang dikatakan Yohanes, selain Yesus kita tidak dapat melakukan apa – apa (Yohanes 15:5).  Hanya yang lahir dari Roh yang bisa menghasilkan hidup baru dari Roh (Roma 8:1-17).  Anak-anak juga merupakan tema umum dalam Yesaya.  Anak-anak Yesaya sendiri adalah tanda-tanda ke Israel (8:18).  Yesaya berbicara tentang kelahiran Immanuel (7:14), nubuat yang akan digunakan Matius untuk berbicara tentang Yesus (Matius 1:23).  Gambar anak lain yang digunakan Yesaya untuk berbicara tentang Yesus ditemukan dalam 9:6-7, Dia yang akan disebut Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.  

Ayat kunci: 7:14, 9: 6, 26: 17-18, 33:11, 42:14, 45:10, 46: 3, 49:15, 54: 1, 66: 7-9

Taman Eden dan gambar ciptaan – taman, hutan, pohon, bunga, penanaman 

Berhubungan dengan visi langit baru dan bumi baru, Yesaya menggunakan banyak gambaran dari Eden dalam bukunya.  Kita membaca tentang hutan, taman, pepohonan, dan bunga.  Kita membaca tentang menanam, menabur, mengolah dan memanen.  Kita membaca tentang berbagai jenis burung dan hewan.  Dia menggunakan lebih dari 160 kata Ibrani yang berbeda untuk menggambarkan gambar-gambar dari Eden ini.  Sekitar seperempat dari kata-kata itu hampir secara eksklusif ditemukan dalam kitab Yesaya atau hanya ditemukan dalam Yesaya.  Dia secara khusus mengidentifikasi 14 jenis pohon.  Dia menggunakan 10 kata Ibrani yang berbeda hanya untuk sapi dan lembu.  Yesaya tampaknya terpesona dengan Ciptaan Tuhan yang indah, terus berpikir kembali ke Eden.  Ini sesuai dengan visi langit dan bumi baru, di mana Tuhan ingin memulihkan bumi, bukan menghancurkannya.  Bumi adalah milik Tuhan dan segala isinya (Mazmur 24:1), tetapi Ia telah mempercayakannya kepada manusia untuk melayani atas nama-Nya (Mazmur 115:16).  Saat kita berserah diri kepada Tuhan dan diubahkan oleh-Nya, kita dapat dikembalikan ke peran dan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada Adam dan Hawa pada awalnya.  Paulus, juga menggunakan gambar dari Eden, mengatakan bahwa mereka yang ada di dalam Kristus sekarang adalah ciptaan baru (2 Korintus 5:17).  Melalui pertobatan dan kepercayaan pada pengorbanan Yesus di kayu Salib, kita disembuhkan dan dipulihkan, mampu mengalami syalom yang sama yang hadir dalam Penciptaan sebelum pemberontakan Adam dan Hawa.  Dan Tuhan dapat menggunakan kita sebagai manusia ciptaan baru untuk membawa hidup baru-Nya ke dunia yang rusak ini.  

Ayat kunci: 1: 3, 1:11, 5: 1-10, 11: 1, 11: 6-8, 34: 11-15, 40: 6-8, 41: 17-20, 51: 3, 53  : 2, 55: 10-13, 61: 3, 65:25 

Air, sungai, aliran 

Gambar lain dari Eden yang sering digunakan Yesaya adalah gambar air dan sungai.  Dalam Kejadian, empat sungai mengalir dari Eden, atau dari gunung suci Tuhan, untuk membawa kehidupan dan berkat (Kejadian 2:10-14).  Pemberontakan manusia membawa kematian, menghancurkan ciptaan yang indah dan menghasilkan hutan belantara dan gurun.  Tetapi Yesaya mengatakan bahwa ketika manusia bertobat dan kembali kepada Tuhan, Dia akan membawa aliran di padang gurun (35:1-8).  Dia akan mengubah gurun menjadi taman sekali lagi (41:17-19, 43:19-21, 51:3).  Yerusalem Baru digambarkan sebagai tempat yang terus menerus disirami oleh Tuhan (27:2-6).  Air melambangkan kehidupan baru yang Tuhan ingin bawa ke dalam dunia ini.  Air dapat dihubungkan dengan keselamatan atau kemenangan Tuhan (12:3, 45:8).  Saat kita melihat keselamatan Tuhan datang ke dunia ini, kita melihat hidup baru.  Air juga bisa melambangkan Roh Kudus (44:3-5).  Roh Tuhan adalah kunci keselamatan.  Roh-Nya adalah kunci kehidupan baru di dunia ini, kemampuan untuk mengubah gurun yang tandus menjadi taman yang subur.

Tuhan ingin memenuhi kita dengan air hidup-Nya (Yohanes 4:7-14, 7:37-38).  Air hidup adalah satu-satunya hal yang benar-benar dapat memuaskan dahaga rohani kita di dunia ini (55:1-2,  58:11, 65:13). Dan seperti gambar Bait Suci dalam Yehezkiel 47, Tuhan tidak ingin kita menyimpan air hidup itu untuk diri kita sendiri.  Dia ingin air hidup itu mengalir keluar dari hidup kita dan membawa kehidupan, kesembuhan, berkat dan keselamatan bagi semua orang di sekitar kita (32:1-2).  

Ayat kunci: 1:30, 11: 9, 12: 3, 32: 1-2, 35: 1-8, 41: 17-18, 43: 19-21, 44: 3-4, 49: 8-10, 55: 1-2, 58:11 

Hutan belantara, padang gurun 

Berbeda dengan taman dan sungai, Yesaya juga sering berbicara tentang Hutan belantara dan padang gurun.  Gambar-gambar ini terhubung dengan pemberontakan.  Adam dan Hawa diasingkan dari Taman Eden ke padang gurun karena pemberontakan mereka (Kejadian 3:22-24).  Setelah diselamatkan dari Mesir, orang Israel memberontak melawan Tuhan dan terpaksa mengembara di padang gurun selama 40 tahun (Bilangan 14:20-25).  Ketika orang-orang berdosa dan memberontak terhadap Tuhan, mereka mengubah ciptaan Tuhan menjadi hutan belantara dan padang gurun.  Itu menjadi hancur, sunyi, tempat pembinasaan.  Hutan belantara melambangkan tidak adanya shalom atau kedamaian.  Itu melambangkan tidak adanya hidup Tuhan yang berkelimpahan.  Tuhan menciptakan kita untuk tinggal di Yerusalem Baru, tempat hidup dan berkelimpahan. Yerusalem Baru terhubung dengan Taman Eden.  Namun, karena pemberontakannya, manusia tinggal di luar di padang gurun.  Tapi Tuhan ingin kita pulang.  Jadi, dalam belas kasihan-Nya yang besar Dia mengirimkan seorang utusan, sebuah suara memanggil di padang gurun untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan (40:3).  Ini adalah ayat yang sama yang Yesus kutip sehubungan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis, saat ia berjalan melalui padang gurun menantang orang untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan (Matius 3:3).  Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Raja, untuk Raja Yesus, menantang orang-orang untuk menghentikan dosa dan pemberontakan mereka dan hidup dalam ketundukan kepada Tuhan. Ketika kita bertobat, Tuhan membawa aliran air hidup-Nya untuk menyegarkan dan mengubah tidak hanya hidup kita tetapi juga Ciptaan itu sendiri.  Perhatikan juga kata-kata lain dari Yesaya yang sering dihubungkan dengan padang gurun dan hutan belantara dan mencerminkan tidak adanya syalom: ditinggalkan, kering, layu, reruntuhan, kehancuran, sunyi, tawanan, kegelapan, dijarah, kematian.

Ayat kunci: 27:10-11, 32:1-3, 32:14-17, 35:1-10, 40:3-5, 41:17-19, 43:19-21, 51:3, 64:10-11 

%d blogger menyukai ini: