Berjalan dalam hikmat

Kunci untuk menghindari dosa

Seperti sudah kita ketahui sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk menghindari dosa dan hidup kudus (1 Petrus 1:14-16).  Ketika kita menghadapi berbagai situasi sepanjang hari, hendaklah kita bertanya pertanyaan ini kepada diri sendiri – “Apakah ini dosa?”  Pertanyaan ini adalah titik awal yang baik untuk memulai, tetapi kita akan terus-menerus bergumul dengan dosa jika hanya ini pertanyaan yang kita tanyakan kepada diri sendiri. Tuhan memanggil kita untuk tingkat yang jauh lebih tinggi – untuk menjadi seperti Yesus. Daripada bertanya kepada diri kita “Apakah ini dosa?”, seharusnya kita bertanya kepada diri kita “Apakah ini bijaksana?”

Takut akan Tuhan adalah Permulaan Hikmat

Takut akan Tuhan adalah topik menarik yang bisa kita pelajari dan pelajari lebih banyak. Itu adalah kunci untuk menolong kita hidup kudus. Itu adalah penghormatan dan penghargaan yang mendalam kepada Tuhan, memperlakukan Dia sebagai Tuan atas setiap bagian dalam kehidupan kita. Itu tercermin dalam kehidupan yang taat kepadaNya dan peduli mengenai hal-hal yang sama yang Dia pedulikan. Takut akan Tuhan berarti kita memperlakukan Tuhan dengan serius sebagai Tuan dan Raja kita.

Satu aspek dari rasa takut akan Tuhan adalah hikmat, seperti yang dijelaskan dalam Amsal:

  • Amsal 9:10-11 – Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah.

Salah satu tanda seseorang takut akan Tuhan adalah ia memiliki hikmat. Perhatikan janji itu, ketika kita berjalan dalam hikmat, kita akan mengalami hidup yang lebih lama. Jika kita memilih untuk menolak hikmat, tidaklah mengejutkan apabila kita mengalami kesulitan dan tragedi dalam hidup kita. Mengapa ini? Karena hikmat melindungi kita. Hal itu mencegah kita dari menempatkan diri kita dalam resiko atau situasi yang berbahaya. Hikmat mencegah kita dari perangkap godaan yang mengakibatkan kita jatuh dalam dosa. Daripada menghadapi situasi dan bertanya “Apakah ini dosa?”, kita perlu bertanya kepada diri sendiri “Apakah ini bijaksana?”

Yesaya berkata bahwa Yesus menjalani kehidupan yang berhikmat dan Dia bersukacita karena takut akan Tuhan:

  • Yesaya 11:1-3 – Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

Jika Yesus berjalan dalam hikmat dan bersukacita dalam takut akan Tuhan, kita harus melakukan hal yang sama karena kita dipanggil untuk berjalan sebagaimana Yesus berjalan (1 Yohanes 2:6).  Yesus tidak menempatkan Dirinya dalam perangkap pencobaan karena Dia berjalan dalam hikmat. Kita perlu melakukan hal yang sama.

Contoh Adam dan Hawa

Mari kita lihat contoh Adam dan Hawa. Tuhan memberi mereka satu larangan – jangan makan pohon pengetahuan yang baik dan jahat (Kejadian 2:17). Itu saja, hanya satu peraturan.  Jangan makan buah itu. Sekarang, bayangkan ini.  Ada sesuatu di dalam kamarmu yang sangat berbahaya dan merusak, itu dapat menghancurkan seluruh dunia dan membawa penderitaan kepada jutaan orang. Apa yang akan kamu lakukan? Mendekat kepadanya? Memeriksanya? Menelpon temanmu? Semoga saja, jika kita memilih hikmat, kita akan memastikan bahwa obyek yang berbahaya ini tidak memiliki suatu kesempatan untuk melepaskan kekuatan yang merusak dunia ini. Mungkin kita akan membangun sebuah tembok yang tinggi di sekitar rumah kita, atau membungkus seluruh rumah dengan beton, sehingga seluruh dunia menjadi aman. Kita akan menaruh benda-benda pada tempatnya untuk memastikan tidak seorang pun termasuk diri kita dapat mendekatinya.

Jadi, jika kita adalah Adam dan Hawa dan kita mendengar Tuhan berbicara mengenai sebuah pohon yang akan membunuh kita dan menghancurkan ciptaanNya, apa pilihan bijaksana yang akan dibuat?  Kita tidak akan mendekati pohon itu!  Kita akan menemukan bagian lain dari Taman Eden untuk tinggal dan bekerja dan berusaha untuk tinggal sejauh mungkin dari pohon yang berbahaya itu. Itu adalah hikmat. Tetapi apa yang dilakukan Adam dan Hawa? Mereka mendekati pohon pengetahuan yang baik dan jahat.

Hawa sendiri tidak dapat disalahkan atas apa yang terjadi. Setelah dia makan dari pohon itu, dia berbalik dan memberikan beberapa buah itu kepada Adam yang sedang bersamanya (Kejadian 3:6).  Adam bersama Hawa sepanjang waktu, diam-diam memperhatikan dan mendengar Hawa berinteraksi dengan ular. Sepertinya Adam heran apa yang akan terjadi jika Hawa makan buah itu. Dia rela mengorbankan Hawa dan melindungi dirinya, membuat dosa Adam semakin besar. Adam adalah seorang peserta yang bersedia memberontak melawan Tuhan.

Apa yang perlu kita mengerti mengenai pohon pengetahuan yang baik dan jahat adalah bahwa pohon itu menggoda. Kita mungkin menggambarkan dalam benak kita bahwa setan dan pohon yang merusak akan diperhatikan dalam penampilannya. Kita akan melihat pohon ini dan berpikir atas diri kita,  “Ini jelas merupakan pohon yang jahat. Saya lebih baik menjauh darinya.”  Tidak, seringkali hal-hal yang dinilai jahat dan merusak di dunia ini kelihatan baik dan sangat memikat.  Inilah mengapa kita tergoda oleh mereka. Waktu Hawa melihat pohon ini, dia melihat bahwa buah itu kelihatan enak untuk dimakan, menyenangkan untuk mata, dan keinginan untuk membuat seseorang bijaksana (Kejadian 3:6).

Kita terus-menerus menghadapi godaan pohon pengetahuan yang baik dan jahat dalam kehidupan kita setiap hari. Yohanes menggambarkan tiga aspek dari keinginan dunia yang mencerminkan ketiga aspek buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat:

  • 1 Yohanes 2:16 – Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Satu hal yang menarik bahwa aspek dari buah pohon itu adalah mempunyai daya pikat untuk membuat seseorang bijaksana. Adam dan Hawa berpikir mereka dapat memperoleh hikmat dengan memakan buah ini. Tetapi mereka ditipu. Kita memperoleh hikmat dengan mendengar Tuhan dan hidup dalam ketaatan denganNya.  Kita tidak pernah memperoleh hikmat dengan mengabaikan suara Tuhan dan tidak mematuhiNya.

Dosa seperti suatu arus yang kuat di sungai. Semakin jauh kamu berjalan dalam sungai, semakin kuat arus yang didapat dan semakin besar resiko kamu akan tersapu. Ini yang akan terjadi ketika kita dengan sengaja menempatkan situasi kita pada hal yang tidak sehat atau baik pada kita, kietika kita menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda. Tuhan memperingati Kain bahwa dosa sedang mengintip di pintu siap untuk menerkamnya (Kejadian 4:7). Seperti arus sungai, Yakobus berkata bahwa kita terbawa ketika kita digoda oleh hawa nafsu kita sendiri (Yakobus 1:14).  Kita perlu hidup dalam cara yang tidak menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda. Ini adalah hikmat.

Kita perlu mengerti, jika kita cukup bodoh untuk mendekati pohon pengetahuan yang baik dan jahat, siapa lagi yang akan menunggu kita disana?  Setan.  Ketika kita menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda dan mendekati pohon pengetahuan yang baik dan jahat, kita menempatkan diri kita pada posisi untuk menerima masukan dan nasihat dari musuh. Dan nasihat dari musuh selalu dirancang untuk menghancurkan kita (Yohanes 10:10). Setan akan berusaha dan membuat kita meragukan karakter Tuhan (Kejadian 3:5).  Dia akan berusaha dan membuat kita meragukan apa yang telah Tuhan katakan (Kejadian 3:4).  Dia akan mengubah, mengurangi atau menambah apa yang telah Tuhan katakan (Kejadian 3:1).  Dia dapat mengambil ayat dan memutarbalikkannya untuk digunakan bagi tujuannya. (Matius 4:6).  Setan akan berusaha dan menyakinkan kita untuk membenarkan diri kita atas dosa kita (‘Tentu kamu tidak akan mati’ – Kejadian 3:4). Nasihat setan dapat terdengar sangat masuk akal dan logis. Itulah mengapa hal itu dapat dengan mudah bagi kita untuk mendengarkannya dan membenarkan dosa kita, sampai pada titik dimana kita bahkan tidak mampu untuk melihat bahwa apa yang kita lakukan adalah dosa.

Ketika kita datang kepada pohon pengetahuan yang baik dan jahat, kita membawa diri kita di bawah pengaruh dan wewenang musuh. Tetapi, sebagai putra dan putri Tuhan dipanggil untuk mengatasi dan menghancurkan kepala musuh, bukan untuk mnedengar nasihat musuh dan diperintah olehnya:

  • Roma 16:20 – Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu.

Kita perlu jujur dengan diri kita – apakah kita mengijinkan godaan untuk memerintah atas kita? Apakah kita dengan sengaja menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda, atau apakah kita memerintah godaan dan menghindarinya? Kita dipanggil untuk memerintah musuh dan menghancurkan kepalanya, bukan untuk diperintah oleh musuh dan dihancurkan olehnya.

Jadi, kita dapat melihat bahwa area di sekitar pohon pengetahuan yang baik dan jahat adalah tempat yang berbahaya. Pohon itu sendiri kelihatan enak dan menggoda. Hanya dengan melihat pohon itu kita tergoda dan tertarik kepada pohon itu. Setan juga ada disana, memberi nasihatnya untuk menipu kita dan juga menarik kita. Jika kita dapat mengerti semua hal ini, apa hal yang paling bijaksana yang dapat kita lakukan? Tinggallah sejauh mungkin dari pohon itu!

Contoh Yesus

Yesus digambarkan sebagai Adam kedua atau Adam yang terakhir (1 Korintus 15:45, Roma 5:12-19).  Dimana Adam gagal, Yesus akan berhasil. Dia harus mengatasi godaan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Dia harus mengalahkan pohon yang menggoda dan mengalahkan umat manusia.  Setelah Dia dibaptis, Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun (Matius 4:1). Ini penting. Yesus tidak mengijinkan keinginan-keinginan dagingnya untuk memimpinNya seperti Adam dan Hawa. Dia menyerahkan diriNya kepada kepemimpinan Roh Kudus. Ayat tersebut mengatakan bahwa mereka yang dipimpin oleh Roh Tuhan adalah benar-benar anak Allah.

  • Roma 8:12–17Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Adam juga digambarkan sebagai anak Allah (Lukas 3:38) tetapi gagal.  Dia hidup berdasarkan dagingnya. Kita juga dipanggil untuk menjadi putra dan putri Allah yang hidup. Tetapi, seperti Yesus, untuk menjadi seorang anak Allah, kita harus dipimpin oleh Roh Tuhan. Ini berarti bahwa kita menjalani hidup dalam hikmat dan pengendalian diri, mematikan keinginan-keinginan daging kita. Kita menyangkal diri kita, memikul salib, dan mengikutiNya:

  • Matius 16:24 – Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
  • Galatia 2:20 – namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Dan kemana Roh memimpin Yesus? Ke padang gurun!  (Matius 4:1).  Dikatakan bahwa Roh yang memimpin Yesus ke padang gurun digoda oleh musuh. Tetapi Roh tidak membawa Yesus kepada musuh. Ingat, Tuhan tidak membawa kita ke dalam situasi yang menggoda:

  • Yakobus 1:13–15Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Pilihan-pilihan yang tidak bijaksana belum tentu dosa, tetapi mereka akan membawa kita kepada dosa. Pilihan-pilihan yang tidak bijaksana akan menempatkan kita pada tempat pencobaan. Kita menempatkan diri kita sendiri pada situasi yang menggoda karena keinginan-keinginan yang jahat di dalam hati kita. Faktanya Tuhan ingin kita berdoa agar kita mendengar tuntunan Roh KudusNya dan dijauhkan dari pencobaan. Inilah mengapa dalam doa Bapa kami, kita diinstruksikan untuk berdoa:

  • Matius 6:13 – dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.

Tuhan bukanlah yang menuntun kita ke dalam pencobaan. Faktanya Dia yang membantu kita menyediakan jalan keluar bagi kita dari pencobaan. Tetapi, untuk melakukan ini, kita harus menjadi putra dan putri Allah. Seperti Yesus, kita harus dituntun oleh Roh Tuhan:

  • 1 Korintus 10:13 – Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Jadi, bukan seperti Adam dan Hawa, Yesus tidak pergi kepada setan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Dia mengikuti Roh dan pergi ke arah lain.  Dia pergi ke padang gurun, suatu tempat yang benar-benar hampa dari hal-hal yang memuaskan keinginan-keinginan daging kita. Suatu tempat tanpa kemampuan untuk memenuhi panggilanNya untuk menjadi Mesias dan Raja. Dan Yesus ada disana berpuasa selama 40 hari dan malam. Tidak seperti Adam dan Hawa yang cepat makan, Yesus menolak untuk makan selama 40 hari. Selama melakukan hal ini, Yesus sedang terlibat dalam peperangan untuk mencapai kemenangan penuh mengatasi pencobaan-pencobaan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.  Dimana Adam dan Hawa gagal, Yesus akan menang.

Ingat, Tuhan tidak menuntun kita ke dalam pencobaan. Ayat tersebut berkata bahwa Setan datang dan menemukan Yesus (Matius 4:3).  Setan sepertinya menunggu Yesus di Yerusalem. Kota itu adalah tempat pencobaan. Itu adalah tempat dimana kita menemukan hal-hal yang memuaskan nafsu kedagingan, nafsu mata dan keangkuhan hidup. Kota itu adalah pusatnya kekuasaan yang agamawi, pendidikan dan politik. Itu merupakan tempat terbaik bagi seseorang untuk menyadari mimpi mereka menjadi Mesias – Raja orang Yahudi.

Setelah 40 hari, Setan mungkin bertanya-tanya dimana Yesus berada.  Adam pertama dengan mudah telah datang padanya dan pohon pengetahuan yang baik dan jahat.  Adam kedua menjauh darinya. Adam kedua dipimpin oleh Roh, menyangkal diriNya, mengaplikasi pengendalian diri dan berjalan dalam hikmat. Jadi, setelah 40 hari, Setan harus menemukan Yesus di padang gurun dan dalam arti membawa godaan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat bersamanya.  Ingat, ada 3 aspek buah dari pohon kehidupan yang baik dan jahat (Kejadian 3:6).  Dan Yohanes menggambarkan 3 aspek keinginan dunia ini (1 Yohanes 2:16). Dan Setan menggoda Yesus dalam 3 cara yang berbeda. Kita dapat membaca tentang itu dalam Matius 4:

  • Matius 4:3–11Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Perhatikan bahwa ayat ini menyebut Setan sebagai ‘penggoda.’  Itu adalah Setan yang menggoda kita, bukan Tuhan.  Dia menggoda Yesus dengan 3 cara yang berbeda.  Setiap kali Yesus menolak dan mengatasi pencobaan dengan mengutip Kitab Ulangan. Ini adalah kunci lain untuk mengatasi pencobaan. Sebagai tambahan utnuk dipimpin oleh Roh Tuhan, kita perlu mempelajari Firman Tuhan. Firman Tuhan berkuasa (Ibrani 4:12).  Itu adalah senjata yang dirancang untuk mengalahkan musuh (Efesus 6:17).  Jika itu penting bagi Yesus untuk belajar, mengerti dan menghafalkan Firman Tuhan, berarti itu juga penting bagi kita. Kedua hal ini adalah kunci untuk bertumbuh dalam hikmat dan mengatasi pencobaan – dipimpin oleh Roh Tuhan dan mempelajari Firman Tuhan.

Yesus akan menghadapi pencobaan lagi menjelang akhir pelayananNya. Sebagaimana Adam pertama dikalahkan di taman, Yesus kembali ke taman. Tetapi dimana Adam gagal, Yesus akan menang. Dia menghabiskan waktu dalam doa yang menyakitkan (Matius 26:36-46).  Bahkan para murid yang bersama denganNya tidak dapat menolak keinginan-keinginan daging, jatuh tertidur.  Yesus menegur mereka berkata, “Tetap berjaga dan berdoa supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh kuat, tetapi daging lemah.” Sebagaimana ada tiga aspek pohon kehidupan yang baik dan jahat, Yesus berdoa tiga kali di taman itu. Dan Dia berdoa apa yang Adam pertama seharusnya telah berdoa ribuan tahun sebelumnya  – “Bukan kehendakku yang jadi, tetapi kehendakMu yang jadi, Bapa.”

Yesus menolak pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan merangkul pohon yang kedua – yaitu salib. Salib mengatasi nafsu daging, nafsu mata, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).  Daging tidak menemukan kenyamanan di kayu salib. Mata tidak menemukan sesuatu yang menarik untuk dilihat pada salib. Dan harga diri tidak menemukan apa pun untuk dibanggakan pada salib.  Kita dipanggil untuk merangkul teladan Yesus – untuk menyangkal diri kita, memikul salib, dan mengikutiNya. Ini adalah kunci untuk mengatasi godaan dalam hidup kita. Kita perlu berbalik dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan merangkul pohon yang kedua – salib.  Tetapi ketika kita kehilangan hidup kita demi kepentingan Yesus, kita akan memperoleh kehidupan kebangkitan Yesus, yang sangat berkuasa dan dinamis daripada hidup duniawi mana pun yang kita pegang. Hikmat akan membawa kita menjauh dari pohon pertama dan menuju pohon kedua, salib, dimana kita diperkuat untuk mengatasi godaan dari pohon pertama.

Peraturan vs Hubungan

Saya sering mendengar bahwa Kekristenan adalah tentang hubungan dan bukan peraturan. Dan ini ternyata benar. Kita dipanggil untuk hidup dari hubungan kita dengan Tuhan. Tetapi kemudian saya melihat orang yang sama menempatkan diri mereka dalam situasi-situasi yang menggoda karena mereka tidak dapat menemukan ‘peraturan’ dalam Alkitab. Mereka akan berkata tidak ada peraturan atau hukum mengenai pergi ke klub-klub malam, atau menonton film tertentu, atau mendengar musik tertentu, atau pergi ke tempat-tempat tertentu. Dan ini benar. Kita membaca Alkitab dan menemukan bahwa tidak ada aturan-aturan yang bertentangan dengan hal-hal ini. Tetapi, apakah kita berusaha untuk menjalani hidup kita berdasarkan aturan-aturan, atau dari hubungan kita dengan Tuhan? Ingat, anak-anak Tuhan dipimpin oleh Roh Tuhan (Roma 8:14).  Jika kita dipimpin oleh Roh Tuhan, kita akan mendengarNya, menyerahkan hidup kita kepadaNya, mematuhiNya dan mengikutiNya. Ini berarti bahwa kita berjalan dalam hikmat.

Sebagai contoh, Adam dan Hawa mempunyai satu perintah – jangan makan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat (Kejadian 2:17).  Satu peraturan, satu perintah. Tetapi mereka mendekati pohon itu dan berdiri di sebelahnya.  Jika mereka berusaha untuk menjalani hidup mereka berdasarkan aturan-aturan, mereka akan membenarkan diri mereka. Mereka akan berkata kepada Tuhan, “Kamu tidak berkata apa-apa tentang mendekati pohon itu.” Tidak ada peraturan mengenai berdiri di sebelah pohon itu.  Tidak ada peraturan tentang menyentuh buah di atas pohon. Tidak ada peraturan tentang memetik buah dari pohon tersebut.  Apakah kamu melihat betapa mudahnya membenarkan diri kita jika kita hidup berdasarkan aturan-aturan?  Tetapi apa yang terjadi bahwa kita menempatkan diri kita dalam situasi-situasi yang bodoh dan menggoda dan kita tidak terkejut bahwa kita akhirnya melanggar peraturan.

Ketika Adam dan Hawa mendekati pohon itu, berdiri di sebelah pohon itu, menyentuhnya, dan memetik buah dari pohon tersebut, mereka sudah gagal mewakili Kristus. Ingat, Yesus berjalan dalam hikmat dan menjauh dari godaan. Adam dan Hawa menolak hikmat dan mendekati pohon itu. Yesus mentaati perintah-perintah Tuhan, tetapi Dia tidak berhenti disana. Dia hidup dari hubungan yang dalam dan pribadi dengan Bapa SurgawiNya yang memberiNya kuasa untuk dituntun oleh Roh Tuhan. Adam dan Hawa tidak menjaga keintiman dengan Tuhan, yang mengakibatkan mereka mengikuti keinginan-keiginan daging mereka dan menuju pencobaan.

Tuhan ingin kita menjalani hidup dari hubungan denganNya, bukan dari aturan. Sekarang aturan-aturan dapat membantu menuntun dan menolong kita untuk mengerti apa itu dosa. Tetapi peraturan tidak dapat memberdayakan kita untuk menjalani hiup yang kudus.  Dan peraturan tidak dapat mengubah hati kita. Hanya Roh Tuhan yang dapat melakukan hal itu.  Jika Adam dan Hawa hidup dari hubungan mereka dengan Tuhan, seperti yang Yesus lakukan, apa yang akan mereka lakukan? Mereka akan mempelajari perintah untuk tidak makan dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat, dan mereka akan mendengar Roh Tuhan untuk menjauh dari pohon itu. Hidup mereka akan ditandai oleh hikmat karena mereka telah dituntun oleh Roh Tuhan.

Jadi, ketika kita menghadapi situasi, pertanyaannya “Apakah ini dosa?” adalah suatu tempat yang baik untuk memulai, tetapi bukan suatu tempat untuk mengakhirinya. Kita perlu berhati-hati bahwa kita tidak mengambil Alkitab kita dan berkata, “Tunjukkanlah saya aturan yang berkata saya tidak dapat melakukan ini.”  Jika kita menjalani hidup dengan bertanya, “Apakah ini dosa?”, bahkan kita akan berjalan dalam dosa karena kita terus-menerus menempatkan diri kita dalam situasi-situasi yang bodoh dan menggoda.  Hukum Perjanjian Lama baik dalam membantu kita mengerti apa yang seharusnya tidak dilakukan. Tetapi hukum itu tidak terlalu baik untuk menolong kita mengerti apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagai contoh, perintah Tuhan untuk Adam dan Hawa membantu mereka mengetahui apa yang tidak dilakukan (jangan makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan buruk). Tetapi perintah tidak memberitahu mereka apa yang seharusnya mereka lakukan (menjauh dari pohon itu).

Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita ketika kita menghadapi suatu situasi, “Apakah ini bijaksana?”  Jika kita berkata Kekristenan adalah mengenai hubungan dan bukan aturan, kemudian kita perlu mendemonstrasikannya dengan bertanya kepada Roh Tuhan untuk memimpin kita dalam setiap situasi yang kita hadapi. Jika kita memilih hikmat, kita akan menemukan bahwa kita menghindari banyak kebodohan, bahaya dan situasi yang menggoda. Kita akan menghindari banyak dosa dan tragedi di dalam kehidupan kita.

Apakah saya berkata bahwa kita seharusnya tidak membaca Alkitab kita dan mempelajari perintah Tuhan? Bahwa kita seharusnya hanya mendengar Roh Tuhan dan mengabaikan Firman Tuhan yang tertulis? Sama sekali tidak! Ini akan menjadi berbahaya. Roh Tuhan tidak akan bertentangan dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan membantu kita untuk mengenal dan mengerti Roh Tuhan. Firman Tuhan dan Roh Tuhan harus berjalan bersama. Ini sangat penting bahwa sebagai umat Kristiani kita rajin membaca, belajar dan mengaplikasikan Firman Tuhan.

Yang perlu kita ingat bahwa Firman Tuhan adalah suatu tempat yang baik bagi kita untuk mulai memahami apa itu dosa dan apa yang menyenangkan Tuhan. Jika kita melihat perintah yang jelas dari Tuhan mengenai hal-hal tertentu yang menjadi dosa, kemudian itu membantu kita untuk berjalan dalam kekudusan. Tetapi Tuhan tidak ingin kita untuk berhenti hanya dengan mengetahui perintah-perintahNya. Dia ingin kita terus maju. Dia ingin kita menjadi seperti Kristus. Sebenarnya sangat mudah mematuhi peraturan tetapi memiliki kehidupan yang tidak terlihat seperti Kristus.

Tujuan Tuhan bagi hidup kita adalah bukan mengikuti sekumpulan aturan. Tujuan Tuhan adalah kita menjadi seperti Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita. Mengikuti sekumpulan aturan tidak bisa melakukan hal itu. Kita hanya dapat mencerminkan Kristus dalam semua pikiran, sikap, keputusan dan tindakan ketika kita tunduk kepada Roh Tuhan dan mengijinkanNya untuk mengubah kita dari dalam keluar.

Firman Tuhan adalah suatu tempat yang baik untuk mulai belajar tentang hikmat. Tetapi Firman Tuhan tidak memberi kita hikmat yang pasti untuk setiap situasi yang kita hadapi dalam setiap kehidupan kita setiap hari. Untuk itu kita membutuhkan Roh Tuhan untuk membantu kita mengerti dan mengaplikasikan Firman Tuhan pada setiap situasi sehingga kita dapat berjalan dalam hikmat dan mencerminkan Kristus dalam setiap situasi:

  • Yohanes 14:26 – tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. 
  • Yohanes 16:13–14Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.

Jadi, marilah kita giat untuk mempelajari Alkitab kita, tetapi tidak berhenti disana. Mari kita hidup dari hubungan kita dengan Tuhan, mendengarkan hikmat Roh Kudus sehubungan dengan setiap situasi yang kita hadapi sepanjang hari sehingga kita dapat berjalan dalam kekudusan dan menjalani hidup yang membawa kemuliaan Tuhan. Jika kita menghadapi situasi atau keputusan, janganlah berhenti dengan pertanyaan, “Apakah ini dosa?” Mencari aturan atau perintah dalam Firman Tuhan adalah suatu tempat yang bagus untuk mulai belajar, tetapi itu bukan suatu tempat yang bagus untuk mengakhiri. Sebagai anak-anak Allah, kita harus terus maju.  Standarnya sangat tinggi. Kita dipanggil untuk menjadi seperti Kristus. Marilah kita bertanya kepada diri kita, “Apa hikmat untuk situasi ini?” Mari kita mengundang Roh Kudus dan bertanya kepadaNya, “Tuhan, apa yang harus Engkau katakan mengenai situasi ini?” dan kemudian berjalan dalam ketaatan denganNya. Ketika kita melakukan hal ini, kita akan hidup dari hubungan dengan Tuhan dan kita akan berjalan dalam hikmat dan kekudusan.

Berjalan dalam hikmat

Mari kita mengambil ajaran ini dan membuatnya sangat praktis. Mari kita mengaplikasikan pada situasi sebenarnya yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Seperti apa berjalan di dalam hikmat? Bagaimana dengan pergi ke kub-klub malam? Apakah ini dosa? Belum tentu. Apakah ini bijaksana? Tentu saja tidak. Secara khusus, semua di dalam klub malam dirancang untuk membangkitkan dan memuaskan keinginan-keinginan daging. Dan keinginan-keinginan daging berlawanan dengan hal-hal dari Roh (Galatia 5:16-21, 5:24, Efesus 2:3, 2 Petrus 2:4-10, 2:17-19).  Menempatkan diri kita dalam situasi seperti ini sangat tidak bijaksana. Saya telah mendengar beberapa orang berkata bahwa mereka pergi kesana untuk melakukan pelayanan. Ini baik saja, tetapi itu akan sangat tidak bijaksana pergi ke tempat-tempat seperti itu sendirian. Secara khusus, jenis-jenis pelayanan ini seharusnya dilakukan dengan dukungan orang lain untuk dipertanggungjawabkan, keefektifan dan perlindungan.

Bagaimana dengan pergi ke tempat-tempat tertentu pada waktu tertentu?  Seperti pergi ke area lampu merah dimana ada para pelacur. Apakah itu dosa? Belum tentu . Apakah itu bijaksana? Tidak. Seperti contoh, disini di Bali, seorang pengikut Kristus seharusnya tidak mengembara di jalan di Kuta/Legian sendirian setelah gelap. Tetapi bagaimana dengan pelayanan dan penginjilan? Tentu saja bisa, tapi lagi, jangan melakukan hal ini sendirian. Pergi dengan seseorang atau dengan tim.

Bagaimana dengan memijat? Apakah ini dosa? Tidak. Tetapi, saya mengetahui banyaknya para lelaki Kristen yang telah pergi ke panti pijat di Bali untuk dipijat dan akhirnya terlibat dalam imoralitas. Lalu, apa yang menjadi hikmat? Pertama, pilih tempat dengan reputasi yang baik. Dan kedua, jangan pergi sendirian. Bawa seseorang bersamamu. Sering, kita terlibat dalam dosa ketika kita bersembunyi, sendirian dalam kegelapan. (Yohanes 3:19, 1 Korintus 4:5, Efesus 5:11).  Tuhan ingin kita hidup dalam terang, terbuka, transparan dan bertanggung jawab (1 Yohanes 1:5-7).  Lebih sulit untuk berjalan dalam kegelapan ketika kita mempunyai orang lain bersama kita yang membuat kita bertanggung jawab.

Bagaimana jika kita mendapat telpon dari seorang pacar lama laki-laki atau perempuan? Mereka ingin bertemu kita. Apakah itu dosa? Tidak. Tetapi apakah itu bijaksana? Hubungan di masa lalu mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan kita, terutama jika hubungan itu telah melibatkan imoralitas.  Kita perlu jujur dengan diri kita: Apakah motivasi kita bertemu dengan seorang pacar laki-laki atau perempuan masa lalu? Itu akan baik jika mendapat masukan dari seorang pembimbing rohani yang dewasa karena sering perasaan dan emosi kita menipu kita. Ya, rasanya sangat menyenangkan untuk diinginkan atau dikejar oleh seseorang. Tetapi bukan berarti bahwa itu benar bagi kita untuk merespon.  Jika orang ini tidak berjalan dengan Tuhan, itu adalah tanda untuk menghindari mereka. Jika orang ini telah mengalami perubahan dalam kehidupan mereka dan mengikuti Kristus, mungkin itu akan baik-baik saja untuk bertemu mereka. Tapi dengan mendapatkan nasihat dari seorang pembimbing rohani akan membantu kita untuk membuat suatu keputusan yang bijaksana.

Bagaimana dengan bertukar teks dan pesan dengan lawan jenis? Ini bisa dimulai dengan pesan-pesan yang lugu tetapi dengan cepat dapat berubah menjadi menggoda ketika kita bermain dengan emosi. Kita mengalami kegembiraan dari perasaan yang diinginkan tanpa bentuk komitmen apa pun. Tolong mengerti hal ini, seorang yang berjalan dalam hikmat dan takut akan Tuhan tidak akan menggoda orang lain. Pasangan yang menikah seharusnya berhati-hati bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain selain pasangan mereka. Perzinahan tidak terjadi secara tiba-tiba. Selalu dimulai dengan serangkaian interaksi yang ‘lugu’, seperti bertukar pesan atau percakapan yang berulang-ulang.  Pada awalnya orang yang menikah ini akan berpikir, “Tidak ada yang salah dengan ini. Ini bukan dosa. Alkitab tidak berkata saya tidak dapat melakukan ini.”  Tapi seperti pesannya, percakapan dan interaksi menjadi lebih sering dan lebih intim, akhirnya mereka menuju perzinahan.  Pilihan-pilihan kita yang tidak bijaksana dapat membawa kita pada jalan yang akhirnya mengakibatkan dosa. Kita perlu hidup dengan cara dimana kita menghentikan diri kita dari bergerak ke jalan yang menuju dosa sama sekali. Kita perlu bijaksana dengan percakapan kita, pesan kita dan bagaimana kita berinteraksi dengan lawan jenis. Kita perlu memiliki rasa takut akan Tuhan dan menghentikan komunikasi yang bodoh dengan lawan jenis karena itu membawa kita kepada dosa.

Melanjutkan dengan tema hubungan dan imoralitas, saya telah menasihatkan banyak anak muda. Sering, dalam kencan, mereka bertanya-tanya bagaimana mereka terlibat secara fisik tetapi menghindari dosa.  Banyak anak muda berpikir bahwa selama mereka tidak terlibat hubungan seksual, mereka tidak berdosa. Perjanjian Baru tidak hanya menyebutkan imoralitas sebagai dosa, tapi juga berbicara mengenai sesuatu yang disebut ‘aselgeia’ (Strongs 766).  Bahasa Yunani ‘aselgeia’ diterjemahkan sebagai ‘nafsu birahi’ dalam Alkitab Inggris.  ‘Aselgeia’ dalam Alkitab diterjemahkan sebagai hawa nafsu, tetapi ada kata bahasa Yunani yang lain (epithumia) yang sering digunakan sebagai hawa nafsu.  ‘Aslegeia’ terdaftar beberapa kali sebagai dosa dalam Perjanjian Baru (Markus 7:22, Roma 13:13, 2 Korintus 12:21, Galatia 5:19, Efesus 4:19, 1 Petrus 4:3, 2 Petrus 2:2). ‘Aselgeia’ adalah melakukan sesuatu yang membangkitkan keinginan seksual di antara kita. Ini termasuk perilaku-perilaku seperti mencium, mencumbu, atau menyentuh alat kelamin seseorang.  ‘Aselgeia’ merusak.  Itu tidak menyehatkan bagi kita untuk membangkitkan keinginan-keinginan seksual dalam diri kita dengan seseorang yang tidak memiliki komitmen perjanjian dengan kita, contoh pernikahan.  ‘Aselgeia’ sering membawa orang ke tingkat berikutnya yang menyebabkan imoralitas.

‘Aselgeia’ terhubung dengan roh dunia ini (1 Yohanes 2:16). Kita sering melihat itu digunakan dalam periklanan karena para pengiklan mengetahui ‘penjualan seks’. Kita sering melihat para lelaki dan perempuan berpakaian dan berpose dalam cara yang sensual dalam iklan. Sering musik video dari tempat seperti Amerika diisi dengan ‘aselgeia’. Mereka dirancang untuk membangkitkan kesenangan seksual di antara orang-orang. Kita perlu berhati-hati dengan apa yang kita tonton. Ingat prinsip rohani ini:  sampah masuk—sampah keluar.

Jadi, kita perlu menggunakan hikmat untuk menghindari ‘aselgeia’.  Untuk pasangan yang berkencan, nasihat saya untuk mereka adalah menghindari situasi-situasi atau tingkah laku yang dapat menuntun kepada ‘aselgeia’.  Anak muda bertanya, “Seberapa dekat saya mencapai garis tanpa melewatinya?”  Apa yang mereka tanyakan adalah bagaimana mereka terlibat secara fisik dengan teman laki-laki/teman perempuan mereka dan tidak berdosa. Pertanyaan ini membuktikan kekurangan hikmat. Seperti ketika mereka bertanya, “Seberapa dekat saya diijinkan pada pohon pengetahuan yang baik dan jahat?” Jika kita berkomitmen kepada hikmat, kita akan berusaha dan tetap berada pada garis sejauh yang kita bisa dan tidak menempatkan diri kita sendiri dalam situasi yang menggoda atau bodoh.  Pasangan yang berkencan seharusnya berusaha dan menghindari sendirian bersama di dalam kamar atau tempat dimana mereka mungkin tergoda untuk terlibat dalam ‘aselgeia’ atau imoralitas. Ingat, kita dipanggil untuk menjadi seperti Kristus, dan kita tidak dapat membayangkan Yesus pernah terlibat ‘aselgeia’ dengan seorang wanita. Jika tingkah laku ini tidak pantas untuk Yesus, itu juga tidak pantas untuk kita.

Hikmat untuk tidak sendirian dengan seseorang yang berlainan jenis kelamin yang bukan pasangan kita membantu kita semua. Hikmat ini akan melindungi banyak orang dari membuat kesalahan yang besar selama bertahun-tahun. Meskipun hikmat ini berlaku untuk semua yang mengikuti Kristus, terutama berlaku untuk para gembala dan para pemimpin rohani lainnya. Banyak para pemimpin telah jatuh dalam imoralitas karena mereka mengabaikan hikmat ini. Tapi juga, ketika kita menasihati orang yang hancur dan bermasalah, ada suatu resiko bahwa mereka dapat membuat beberapa tuduhan yang memalukan. Jika kita menolak untuk sendirian dengan lawan jenis, sangat sulit bagi seseorang untuk memalsukan cerita untuk menghina kita.  Atau memeras kita. Pasangan suami isteri pernah berusaha untuk memeras guru Kristen yang terkenal Ravi Zaccharias dengan mengatakan dia  berselingkuh dengan wanita tersebut. Meskipun dia tidak melakukan kesalahan moral, Ravi Zaccharias kemudian mengakui bahwa komunikasi secara pribadi dengan wanita itu tidak bijaksana. (untuk informasi lebih lanjut mengenai situasi Ravi Zaccharias, dapat anda lihat pada tautan di bawah ini)

https://www.christianitytoday.com/news/2017/december/ravi-zacharias-sexting-extortion-lawsuit-doctorate-bio-rzim.html

Bagaimana dengan film atau acara TV?  Apakah dosa menonton acara-acara ini? Belum tentu. Tapi ini adalah tempat yang penting bagi kita untuk mendengar Roh Tuhan dan mendapat hikmat dan nasihatNya. Ingat, kita ingin menjadi anak-anak Allah yang dituntun oleh Roh Tuhan, bukan oleh keinginan-keinginan daging (Galatia 5:16-17).  Menonton TV mungkin tidak berdosa, tetapi menonton 6-8 jam atau lebih setiap harinya tidak bijaksana. Kita juga perlu peka terhadap apa yang kita tonton, terutama jika membangkitkan keinginan-keinginan seksual dalam diri kita. Film horor seharusnya juga dihindari karena mereka memuliakan rasa takut, kejahatan dan kekuatan musuh.  Prinsip rohani adalah jika kita menaruh sampah ke dalam kehidupan kita melalui apa yang kita tonton dan kita dengar, kita tidak terkejut jika sampah keluar dalam kehidupan kita. Sampah masuk – sampah keluar. Alkitab memanggil kita untuk bercermin pada hal-hal yang baik, murni, suci dan benar (Filipi 4:8).  Jadi, jangan melihat pada aturan-aturan tentang film dan acara apa yang ditonton. Lihat pada Tuhan, berinteraksi denganNya, dan dapatkan masukanNya. Dengarkan suaraNya. Cari hikmat – Apa nasihat Tuhan secara khusus untukmu mengenai apa yang perlu ditonton dan tidak.

Sangat penting bahwa kita belajar untuk mendengar suara Tuhan dan memperoleh nasihatNya bagi kita jika kita ingin berjalan dalam hikmat. Dan kita tidak dapat membandingkan hikmat Tuhan bagi kita dengan hikmatNya bagi orang lain. Sebagai contoh, minum alkohol. Apakah itu dosa? Tidak. Mabuk adalah dosa karena itu merusak (Roma 13:13, Galatia 5:21, Efesus 5:18, 1 Petrus 4:3).  Tapi minum alkohol belum tentu dosa. Tapi, bagaimana jika nasihat Tuhan untukmu untuk tidak pernah minum alkohol lagi? Kamu lihat, kita ingin hidup dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan berdasarkan aturan. Dan ketika kita hidup dari hubungan kita dengan Tuhan, standarnya menjadi lebih tinggi daripada jika kita hanya mengikuti aturan.  Ingat, Tuhan tidak tertarik menciptakan seseorang yang hanya mengikuti aturan. Tuhan ingin menciptakan seseorang yang akan mencerminkanNya dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Jadi, nasihat Tuhan untuk beberapa dari kita mungkin untuk tidak minum alkohol lagi. Mengapa? Mungkin alkohol adalah area yang lemah bagi kita. Kita telah berjuang dengan dosa kemabukan. Kita perlu terbuka dan jujur mengenai kelemahan dan area dosa masa lalu. Dimana kita telah jatuh? Apa area-area yang membuat kita tergoda? Kita perlu terbuka pada Tuhan dan mendapat nasihat dan hikmatNya pada area-area ini dalam kehidupan kita sehingga kita tidak menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda.

Sehubungan dengan tidak minum alkohol, mungkin Tuhan ingin kita terlibat dalam melayani orang-orang yang telah berjuang dengan kemabukan.  Jika kita terus-menerus minum alkohol di sekitar orang-orang ini atau mengundang mereka untuk minum alkohol dengan kita, kita bisa meletakkan batu sandungan di hadapan mereka (1 Korintus 8:7-13, Roma 14:13-23). Ketika kita melakukan ini, kita tidak berjalan menurut hukum kasih, yaitu hukum Perjanijian Baru. Kamu lihat, kita bisa berkata bahwa kita bebas dari hukum Perjanjian Lama, atau bebas dari aturan-aturan.  Tetapi orang percaya Perjanjian Baru sekarang terikat dengan suatu hukum baru – hukum kasih (Yohanes 13:34, 15:12-17, Roma 13:8-10, Galatia 5:13-14, Yakobus 2:8).  Dan standar untuk memenuhi hukum mengasihi orang lain jauh lebih tinggi daripada hanya mengikuti aturan. Sekali Paulus berkata bahwa dia tidak akan makan daging lagi jika itu berarti mematuhi hukum kasih dan tidak menempatkan batu sandungan di hadapan saudara-saudaranya (1 Korintus 8:13).

Tuhan ingin membagi hikmat dengan kita untuk setiap area kehidupan kita, tidak hanya area pencobaan atau dosa. Sebagai contoh, saya terbiasa menaruh banyak gula dalam kopi saya. Lalu, suatu hari, saya merasa Tuhan memberitahu saya untuk berhenti melakukan ini. Mengapa? Kedua orang tua saya telah menderita diabetes, yang berarti bahwa saya beresiko tinggi terkena diabetes juga. Saya merasa Tuhan berkata bahwa saya perlu menurunkan gula yang saya makan dan minum. Ini adalah hikmat bagi saya.  Itu berasal dari hubungan saya denganNya.

Sekarang, apa yang akan terjadi jika saya mengabaikan hikmat Tuhan bagi hidup saya? Kemungkinan saya mengembangkan diabetes.  Ketika sesuatu seperti itu terjadi, kita bisa tergoda untuk berdoa, “Tuhan, bagaimana Engkau bisa mengijinkan ini terjadi pada saya?”  Respon Tuhan adalah, “Mengapa kamu tidak mendengarkan hikmat saya? Kamu bisa menghindari ini.”  Kamu lihat, jika kita belajar untuk mendengar suara Tuhan dan mendapat hikmatNya, kita akan menghindari banyak kesalahan, rasa sakit, dan penderitaan dalam kehidupan kita. Lucu bagaimana sesuatu yang buruk terjadi pada kita karena kita mengabaikan hikmat Tuhan dan kemudian kita berlari pada Tuhan dan berkata, “Tolong selamatkan saya! Tolong bantu saya! Tolong sembuhkan saya! Tolong keluarkan saya dari situasi ini!”  Daripada menjadi orang yang terus menerus berseru pada Tuhan untuk membantu kita keluar dari masalah-masalah yang kita ciptakan, mari belajar untuk mengaplikasikan hikmat Tuhan sehingga kita bisa menghindari masalah dari awalnya.

Jadi, mengurangi gula adalah hikmat Tuhan bagi saya. Dengan berolahraga lebih lagi adalah hikmat Tuhan bagi saya. Hikmat Tuhan khusus bagi saya, bagi hidup saya, bagi kelemahan-kelemahan saya, bagi keadaan-keadaan saya, bagi panggilan saya. Saya tidak dapat mengambil hikmat Tuhan bagi saya dan mengaplikasikannya pada setiap orang lainnya.  Hanya karena hikmat Tuhan bagi saya adalah berhenti menaruh gula dalam kopi saya tidak berarti bahwa seharusnya saya memaksa setiap orang untuk melakukan hal yang sama. Hanya karena Tuhan memberitahu saya untuk tidak menonton TV atau film tidak berarti saya mengharapkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Hanya karena Tuhan memberitahu saya untuk tidak minum alkohol tidak berarti bahwa saya berkata bahwa orang lain harus melakukan hal yang sama. Kita tidak membandingkan hikmat Tuhan bagi hidup kita dengan hikmatNya bagi orang lain. Hikmat Tuhan tepat bagi hidup kita dan itu sangat cocok dengan panggilan Tuhan atas hidup kita. Hikmat Tuhan bagi hidup kita belum tentu sangat cocok dengan kehidupan orang lain, terutama jika kelemahan, kekuatan, sejarah, keadaan, budaya dan panggilan mereka berbeda dengan kita.

Sehingga, kita tidak dapat membandingkan hikmat Tuhan bagi hidup kita dengan orang lain. Jika kita tergoda untuk membandingkan perjalanan kita dengan Tuhan dengan orang lain, Tuhan akan berkata pada kita, “Apakah itu untukmu?  Jangan terlalu peduli tentang mereka.  Kamu mengikuti Saya!” (Yohanes 21:22) Ingat, mereka yang dipimpin oleh Roh Tuhan adalah anak-anak Allah (Roma 8:14).  Ketika kita secara terus-menerus membandingkan hidup kita dengan orang lain, kita berada di bawah pengaruh orang lain. Standar hidup kita adalah Tuhan sendiri, bukan orang lain. Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, kita merendahkan standar kita dan kita tidak diubahkan. Ketika kita membandingkan diri kita dengan Tuhan, itu meninggikan standar kita dan mengubah kita menjadi seperti Kristus.

Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang kuat yang hanya dipengaruhi olehNya dan bukan oleh hal-hal dari dunia ini. Tuhan sedang mencari orang Kristen yang kuat yang akan mempengaruhi orang lain, yang akan mengubah bangsa-bangsa, yang akan membawa KerajaanNya. Kita dapat melakukan ini jika kita belajar berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain dan hidup dalam ketaatan padaNya. Jika kita dapat tinggal dalam hubungan denganNya dalam ketaatan pada apa yang Dia katakan pada kita, kita akan berjalan dalam hikmat, mencerminkan karakterNya bagi orang lain, dan menghindari dosa. Kita akan lebih mengalami kehidupan Tuhan yang berlimpah dan menjadi berkat bagi orang lain.

Sebelumnya, saya mendiskusikan banyak contoh praktis yang berbeda dengan mengaplikasikan hikmat pada hidup kita.  Tapi ini hanya beberapa contoh saja.  Ini bukan daftar yang lengkap.  Setiap hari kita menghadapi situasi yang beragam dan tantangan yang membutuhkan hikmat Tuhan. Jadi, mari kita membuka telinga pada Roh Tuhan sehingga kita tahu bagaimana merespon dengan hikmat setiap situasi yang kita hadapi dalam zaman kita.

Memperoleh hikmat

Bagaimana kita memperoleh hikmat?  Hikmat dari atas (Yakobus 3:17) datang dari Tuhan. Yakobus berkata jika kita minta kepada Tuhan tanpa ragu, Dia akan memberi kita hikmat yang kita perlukan:

  • Yakobus 1:5–8Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.

Tetapi kita harus tahu bahwa Tuhan hanya akan memberikan hikmat kepada mereka yang memiliki keinginan untuk mengaplikasikannya. Kita perlu memiliki hati yang berkeinginan untuk mentaatiNya. Berkeinginan untuk mentaati Tuhan adalah suatu aspek takut akan Tuhan yang adalah permulaan hikmat:

  • Amsal 9:10 – Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

Jadi, jika kita tidak takut akan Tuhan dan tidak memiliki suatu keinginan untuk mentaatiNya, Dia tidak akan memberikan kita hikmat yang kita minta. Yakobus berkata bahwa Tuhan akan memberikan kita hikmat dengan murah hati dan tanpa mencela. Banyak orang berpendidikan hari ini hanya akan mengeluarkan pengetahuan mereka jika kamu memberi mereka uang atau membeli buku mereka.  Bukan Tuhan. Jika kamu memiliki hati untuk mengaplikasikan hikmatNya dan bertanya kepadaNya tentang hal itu, Tuhan akan memberikan kamu hikmat dengan murah hati tanpa biaya.

Kita harus memiliki keinginan untuk mengaplikasikan hikmat yang Tuhan berikan pada kita. Kita tidak dapat berdoa, “Bapa, janganlah membawa saya ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah saya dari yang jahat” jika kita tidak memiliki keinginan untuk menghindari cobaan (Matius 6:13).  Ketika kita berdoa doa ini, kita tidak dapat menempatkan tanggung jawab pada Tuhan untuk menjaga kita dari cobaan. Ingat, doa Bapa kami bukan hanya suatu doa yang kita doakan, itu adalah suatu doa yang kita aplikasikan dan hidupi dalam kehidupan kita. Kita perlu bekerja sama dengan Tuhan. Kita perlu mulai dengan benci kepada dosa dan berkeinginan untuk menghindari dosa.  Doa Bapa kami tidak memaksa Tuhan untuk membawa kita dari pencobaan jika kita masih memiliki keinginan untuk godaan dan dosa. Jika kita masih mengasihi dosa kita dan menolak hikmat, kita tidak dapat menyalahkan Tuhan bahwa Dia gagal untuk tidak membawa kita ke dalam pencobaan. Tuhan membutuhkan kerjasama kita. Dia bersedia untuk membantu kita dengan kuasaNya yang besar (2 Korintus 4:7, Efesus 1:19) untuk menghindari cobaan, tapi kita perlu memiliki keinginan untuk menghindari cobaan.

Yakobus berkata bahwa kita harus meminta hikmat tanpa ragu. Kata dalam bahasa Yunani untuk ragu adalah ‘diakrino’ yang juga bisa berarti menilai atau membedakan. Dalam pikiran kita, kita boleh mencoba dan mengevaluasi atau menilai hikmat Tuhan. Kita hanya akan mentaati Tuhan jika kita mengerti perintah dan hikmatNya bagi hidup kita. Ini adalah rasionalisme, dan menempatkan kita pada mahkota kehidupan kita yang dinilai oleh apa yang kita pikir baik atau buruk, benar atau salah, membantu atau tidak membantu. Itu berakar pada pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Kita harus memiliki hati yang pertama-tama mentaati Tuhan dan mengaplikasikan hikmatNya. Kita perlu belajar untuk mempercayai Tuhan, pendapatNya, nasihatNya dan hikmatNya. Jika tidak, kita akan menjadi orang yang bimbang dan kita tidak akan stabil dalam segala jalan kita.

Kita perlu mengerti bahwa membutuhkan usaha yang besar untuk memperoleh hikmat. Hikmat tidak melayang pada kita saat kita tidur di malam hari. Amsal menggambarkan bagaimana kita harus berusaha untuk memperoleh hikmat:

  • Amsal 2:1–6Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Jadi, kita lihat bahwa kita perlu membuat telinga kita peka pada hikmat, mencenderungkan hati kita pada pengertian, berseru untuk pembedaan roh, mengangkat suara kita untuk pengertian. Kita perlu mencari hikmat seperti seseorang mencari harta tersembunyi. Ini membutuhkan usaha yang besar! Kita perlu rajin mencari ayat-ayat untuk hikmat Tuhan. Kita perlu menghabiskan waktu dalam doa mencari Tuhan untuk hikmatNya. Kita perlu mendengarkan orang yang dewasa rohani dan pengajaran mereka untuk memperoleh hikmat.  Saya telah melihat orang berkata bahwa mereka ingin menghindari dosa dalam kehidupan mereka. Mereka berkata sedikit doa kepada Tuhan dan kemudian mereka pasti tidak melakukan apa pun untuk memperoleh hikmat yang mereka butuhkan untuk menghindari cobaan yang membawa mereka ke dalam dosa! Memperoleh hikmat membutuhkan usaha! Hanya pada saat itu kita dapat mendapatkan rasa takut akan Tuhan dan menemukan pengetahuan Tuhan.

Amsal 2 terus menggambarkan keuntungan-keuntungan yang kita terima jika kita memperoleh hikmat ini:

  • Amsal 2:7–22Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap; yang bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat, yang berliku-liku jalannya dan yang sesat perilakunya; supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya; sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, jalannya menuju ke arwah-arwah. Segala orang yang datang kepadanya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan. Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.

Jika kita membaca ayat-ayat ini, kita melihat banyak keuntungan yang kita dapat dari hikmat:

  • Tuhan akan menjadi perisai bagi kita
  • Tuhan akan memelihara jalan kita
  • Kita akan membedakan kebenaran, keadilan, kewajaran dan setiap perbuatan baik
  • Kita akan dibebaskan dari jalan yang jahat dan orang yang berbicara hal-hal yang sesat, yang meninggalkan jalan kebenaran, yang berjalan dalam kegelapan, yang bersukacita dalam melakukan kejahatan, yang bergembira dalam kesesatan kejahatan, yang jalannya bengkok, yang licik dalam jalan mereka
  • Kita akan dibebaskan dari perzinahan/wanita immoral yang merayu dengan kata-katanya
  • Kita akan berjalan dalam jalan orang-orang yang baik dan menjaga jalan orang benar
  • Kita akan tinggal di negeri itu

Semua keuntungan ini tersedia bagi kita, tapi kita perlu mengerahkan upaya dan bekerja untuk memperoleh hikmat.

Kesimpulan

Saya biasa berpikir bahwa para lelaki dan wanita Tuhan yang luar biasa yang saya kagumi memiliki urapan rohani atas mereka untuk berjalan dalam kekudusan. Mereka memiliki urapan yang membuat mereka tahan terhadap godaan dan dosa. Tapi, ketika saya semakin dewasa, saya mulai menyadari bahwa orang-orang ini belajar sejak lama untuk tidak menempatkan diri mereka dalam situasi yang menggoda dan bodoh. Mereka belajar sejak lama untuk mendengar tuntunan Roh Kudus dan berjalan dalam hikmat. Ketika mereka berjalan dalam hikmat, mereka bertumbuh dalam kekudusan.

Ada berkat yang luar biasa yang terjadi ketika kita memilih hikmat. Baca Amsal ini:

  • Amsal 3:13–18Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.

Ingat, ada dua pohon di dalam taman. Apakah kamu tahu apa yang akan terjadi jika Adam dan Hawa memilih hikmat? Mereka akan menghindari pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan mereka akan menemukan pohon yang kedua – pohon kehidupan. Yesus menolak pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan memilih pohon kehidupan. Pohon kehidupan adalah salib. Dan kita juga dipanggil untuk mengikuti jejak Yesus dan merangkul pohon kehidupan:

  • Matius 16:24–26Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Ketika kita kehilangan hidup kita demi kepentingan Yesus, kita akan menemukan hidup. Ketika kita memilih hikmat, kita akan menemukan pohon kehidupan. Waktu kita melakukan ini, kita akan berjalan seperti Yesus:

  • 1 Yohanes 2:6Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Ketika kita berjalan dalam hikmat, hidup kita akan seperti Yesus. Yesus tidak menempatkan diriNya dalam situasi yang menggoda. TelingaNya selalu mendengar suara Bapa Surgawi dan hidup dalam ketaatan denganNya. Kita harus mengikuti teladan Yesus, mendengar suara Bapa dan berjalan dalam hikmat.

Jadi, kesimpulannya, mari kita belajar dari contoh Adam dan Hawa. Mereka menolak hikmat dan mendekati pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Ini menempatkan mereka dalam bahaya dan situasi yang menggoda yang mengakibatkan mereka memberontak melawan Allah yang hidup. Kita perlu belajar dari teladan Yesus, yang menjalani hidupNya dengan tunduk pada Roh Tuhan dan tidak menempatkan diriNya dalam situasi yang menggoda. Bertanya, “Apakah ini dosa?” adalah suatu tempat yang baik untuk memulai, tapi bukan tempat yang baik untuk mengakhiri. Kita harus belajar lebih lanjut dengan menanyakan pertanyaan, “Apakah ini bijaksana?”.  Kita tidak dipanggil untuk mematuhi aturan, kita dipanggil untuk menjadi seperti Kristus. Kita tidak akan mencapai tujuan Tuhan atas hidup kita untuk menjadi seperti Kristus jika kita hanya berfokus berusaha mematuhi aturan.

Mari kita mengambil waktu untuk mendengarkan Roh Tuhan dan memperoleh hikmatNya untuk situasi-situasi khusus dalam hidup kita. Ingat, mereka yang dipimpin oleh roh Tuhan adalah anak-anak Allah. Dan kita tidak dapat membandingkan hikmat Tuhan bagi hidup kita dengan hidup orang lain. Hikmat Tuhan khusus bagi hidup, keadaan, dan kelemahan kita. Yakobus berkata bahwa kita dapat bertanya kepada Tuhan untuk hikmat, tetapi Dia tidak akan memberikan kita hikmat jika kita tidak memiliki keinginan untuk mentaatiNya. Kita harus memiliki hati yang berkeinginan untuk menghindari godaan dan mendengar dan mentaati Tuhan. Dan kita harus berusaha untuk memperoleh hikmat. Itu tidak hanya melayang atas kita.  Kita harus berseru untuk itu dan mencari hikmat seperti seorang yang mencari emas atau perak. Jika kita dapat melakukan ini, kita akan memperoleh hikmat dari atas – dari Tuhan sendiri. Kita akan menghindari dosa dan juga banyak masalah lain. Dan kita akan diperlengkapi untuk mewakili Kristus di dunia ini dan membawa KerajaanNya.

Aplikasi

Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat (Amsal 9:10-11).  Mari kita berseru kepada Tuhan untuk rasa takut akan Tuhan yang lebih besar yang akan membantu kita untuk berjalan dalam hikmat dan kekudusan.

Belajar dari contoh Adam dan Hawa, mari kita menjadi seseorang yang menjauh dari godaan dan hal-hal yang akan menghancurkan kita.  Mari kita jangan mendekat pada pohon pengetahuan yang baik dan jahat.

Mereka yang dipimpin oleh Roh Tuhan adalah anak-anak Allah (Roma 8:14).  Mari kita belajar untuk hidup dengan tunduk pada Roh Tuhan dan dipimpin olehNya, bukan oleh keinginan-keinginan daging kita. Mari kita mengembangkan hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Keintiman kita dengan Tuhan adalah kunci untuk dipimpin oleh Roh Tuhan.

Ketika Yesus menggunakan ayat untuk mengalahkan musuh saat Dia tergoda, mari kita menjadi seseorang yang rajin mempelajari Firman Tuhan. Mari kita belajar untuk membaca dan mengaplikasikan Firman Tuhan. Ingat, Firman Tuhan adalah senjata yang ampuh yang dapat mengalahkan musuh ketika kita tergoda (Efesus 6:17).  Mari kita bertanya kepada Roh Tuhan untuk memberikan kita pewahyuan tentang ayat-ayat sehingga kita dapat mengerti Firman Tuhan lebih lagi dan mengijinkan hidup kita diubahkan olehNya.

Yesus menolak pohon pertama, pohon pengetahuan yang baik dan jahat, dan merangkul pohon kedua – salib. Hikmat akan menuntun kita kepada salib. Kita perlu belajar untuk menyangkal diri kita, memikul salib, dan mengikutiNya (Matius 16:24).  Salib memperkuat kita untuk mengatasi godaan dari pohon pertama.

Apakah kita mencoba dan hidup berdasarkan aturan-aturan? Apakah kita bersalah membenarkan diri kita dan menempatkan diri kita dalam situasi yang menggoda karena kita tidak dapat menemukan ‘aturan’ dalam Alkitab?  Aturan dan perintah Tuhan adalah suatu tempat yang baik untuk memulai, tapi kita tidak dapat berhenti disana. Mari kita bertobat dengan hanya berusaha hidup sesuai dengan aturan.  Mari kita bergerak lebih jauh. Mari kita belajar hidup dari hubungan kita dengan Tuhan, membuka telinga kita untuk mendengar suaraNya, dan berjalan dalam ketaatan denganNya. Mari kita mendapat masukan dan nasihat dari Tuhan tentang setiap situasi yang kita hadapi pada hari itu.

Pertanyaannya “Apakah ini dosa?” adalah suatu tempat yang baik untuk memulai, tapi mari kita tidak berhenti disana. Dengan setiap situasi yang kita hadapi, mari kita belajar menanyakan pertanyaan, “Apakah ini bijaksana?”.

Tujuan Tuhan bagi hidup kita bukan untuk mematuhi peraturan. TujuanNya bagi kita adalah menjadi seperti Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita – pikiran kita, karakter kita, sikap kita, keputusan kita, tindakan kita, tingkah laku kita. Mematuhi peraturan tidak akan pernah berhasil dalam membuat kita seperti Kristus. Jika kita bertingkah laku seperti Kristus, kita akan berjalan secara alami dalam hikmat. Mari kita bertanya kepada Roh Tuhan untuk terus menyesuaikan setiap aspek kehidupan kita pada Tuhan.

Mari kita bersama-sama dengan Roh Tuhan dan memperoleh hikmatNya bagi kehidupan kita.  Apa hal-hal praktis yang perlu kita lakukan atau hindari? Dimulai dari area kelemahan kita dan cobaan. Apakah ada tempat-tempat, hal-hal atau orang yang harus kita hindari? Apakah Tuhan bertanya kepada kita untuk memberi batasan dalam kehidupan kita? Apakah Tuhan bertanya kepada kita untuk meletakkan hal-hal tertentu dan tidak pernah melakukannya lagi? Ketika kita mendengar Roh Tuhan, kita akan menerima suatu rencana bijaksana bagi hidup kita yang sangat khusus bagi hidup kita, dengan memperhitungkan kelemahan kita dan hal-hal yang Tuhan panggil untuk kita. Dan mari kita tidak membandingkan rencana bijaksana kita dengan orang lain. Ketika Yesus berkata kepada Petrus, “Apakah itu untukmu? Kamu ikuti saya!”

Kita secara khusus perlu berhati-hati terhadap godaan kita sehubungan dengan bagaimana kita berhubungan dengan orang yang berlawanan jenis. Kita perlu kejam dengan tingkah laku yang tidak bijaksana yang membawa kita kepada ‘aselgeia’ dan imoralitas.

Berjalan dalam hikmat melibatkan berjalan dalam terang dan menjalani kehidupan yang transparan. Jika kita tergoda ketika kita sendirian, mari kita berusaha untuk bersama dengan orang atau mengundang orang ketika kita pergi ke tempat-tempat tertentu atau melakukan hal-hal tertentu.

Apakah ada area bijaksana yang Tuhan katakan kepada kita tentang hal itu yang belum tentu dosa? Mengurangi asupan gula kita? Makan lebih sehat? Berolahraga lebih lagi? Menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial? Mari kita belajar mendengar suara Tuhan tentang hal-hal praktis dalam kehidupan kita sehingga kita dapat mengalami kehidupanNya yang berkelimpahan dan menghindari masalah-masalah potensial di masa depan.

Mari kita belajar bertanya kepada Tuhan untuk hikmat tanpa ragu (Yakobus 1:5-8). Tuhan ingin memberikan kita hikmat secara melimpah. Tetapi mari kita memiliki hati yang cenderung untuk mengaplikasikan hikmat yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan hanya akan mengungkapkan hikmatNya kepada mereka yang berjalan dalam ketaatan denganNya.

Membutuhkan usaha untuk memperoleh hikmat. Mari kita belajar untuk menjalani hidup yang rajin untuk mencari dan memperoleh hikmat. Pelajari Firman Tuhan. Habiskan waktu dalam doa. Baca buku atau dengarkan pengajaran oleh pria dan wanita beriman yang telah menerima hikmat dari Tuhan.

 

 

%d blogger menyukai ini: