Kesembuhan Zakheus

Apa yang terjadi ketika Yesus bertemu dengan seorang pengkhianat?

Ada suatu cerita singkat dalam Injil Lukas mengenai Yesus bertemu dengan pemungut cukai yang  bernama Zakheus. Meskipun cerita ini hanya 10 ayat panjangnya, ada banyak yang bisa kita pelajari jika kita mengerti sedikit mengenai latar belakang sejarah dan konteks. Melalui cerita ini kita bisa mendapatkan pewahyuan yang besar tentang kasih yang tak bersyarat, penerimaan, pertobatan, kesembuhan, pemulihan, keselamatan dan betapa luar biasanya Tuhan kita. Marilah kita mulai dengan membaca cerita ini:

  • Lukas 19:1–10 – Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. 4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” 6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. 7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” 9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Apa itu pemungut cukai?

Kita perlu  memulai dengan mengerti siapa itu Zakheus. Disebutkan bahwa dia adalah seorang kepala pemungut cukai. Pada abad pertama, orang-orang Yahudi diperintah oleh Kerajaan Roma. Orang-orang Yahudi memandang rendah orang-orang Roma dan kebencian mereka sering muncul dalam kekerasan dan pemberontakan selama zaman Yesus. Orang-orang Roma akan mempekerjakan  penduduk Yahudi lokal untuk mengumpulkan pajak untuk mereka dari orang-orang sebangsanya yang Yahudi. Ini berarti bahwa pemungut-pemungut cukai sering dipandang sebagai pengkhianat karena mereka bekerja dengan musuh. Mereka sering dikenal karena ketamakan, ketidakjujuran dan tidak bermoral. Sejak pemungut-pemungut cukai bekerja untuk orang-orang kafir dan sering menghabiskan waktu bersama mereka, mereka juga dianggap najis.  Jadi orang-orang Yahudi akan menghindari makan dengan pemungut-pemungut cukai karena takut bahwa mereka juga akan menjadi najis.  Tetapi ketika kita membaca mengenai Yesus di dalam Injil, kita melihat Dia melakukan yang sebaliknya. Yesus sering menghabiskan waktu dengan pendosa-pendosa ini dan orang-orang yang tidak diinginkan, meskipun ini menyebabkan orang-orang Farisi dan yang lainnya menggerutu tentang hal itu. (Matius 11:19, Markus 2:15-17, Lukas 5:29-32, 7:34-35, 15:1-2).

Ini menarik bahwa Yesus memilih salah satu dari pengkhianat-pengkhianat ini, Matius, untuk menjadi salah satu dari kedua belas muridNya (Matius 9:9).  Yesus juga memilih Simon orang Zelot untuk menjadi salah satu muridNya (Matius 10:4).  Orang-orang Zelot dikenal karena kebencian dan kekerasan mereka terhadap orang-orang Roma dan terhadap siapa saja yang bekerjasama dengan orang-orang Roma. Kemungkinan di masa lau Simon telah membunuh orang-orang Roma. Itu pasti pengalaman yang canggung baik bagi Matius dan Simon untuk menjadi bagian dari kelompok yang sama ketika mereka mengikuti Yesus.

Lukas berkata bahwa Zakheus adalah seorang pemungut cukai yang kaya.  Cara para pemungut cukai menghasilkan uang dengan mengumpulkan lebih banyak uang dari orang-orang daripada sekedar pajak.  Mereka akan memberikan uang pajak kepada orang-orang Romawi tetapi tetap menyimpan tambahannya untuk mereka sendiri.  Korupsi dan ketamakan dapat dengan mudah memanipulasi sistem ini untuk membuat seorang pemungut cukai sangat kaya. Karena Zakheus kaya, dia suka mengambil banyak uang tambahan dari orang-orang. Jadi  tidak hanya dia dianggap sebagai seorang pengkhianat, orang-orang juga melihatnya sebagai seorang pencuri. Dia menggunakan uang mereka untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah. Ini berarti Zakheus dipandang rendah dan ditolak oleh orang-orang Yahudi.

Mengapa Zakheus menjadi seorang pemungut cukai?

Mengapa Zakheus memilih profesi yang akan mengakibatkan penolakan dan pengasingan? Saya rasa tidak banyak anak laki-laki yang tumbuh dengan impian untuk menjadi seorang pemungut cukai. Kemungkinan besar orang-orang yang menindas orang lain hari ini adalah korban di masa lalu. Walaupun ini tidak membenarkan tingkah laku mereka, ini membantu kita untuk mengerti hal tersebut. Itu juga menunjukkan kepada kita perlunya pengampunan sehingga kita tidak membiarkan ketidakadilan yang telah dilangsungkan terhadap kita di masa lalu mengakibatkan kita menjadi orang-orang yang menyakiti dan menindas orang lain masa kini. Para korban  yang tidak menyelesaikan rasa sakit mereka sering berlanjut dan menjadi orang-orang yang mengorbankan orang lain. Ketika kita bertemu dengan orang-orang yang sulit, itu sangat penting untuk mengerti dan memahami sejarah mereka. Ini membantu kita  untuk dipakai oleh Tuhan untuk menjadi sumber penyembuhan potensial dalam hidup mereka, bukan sumber  penghakiman.

Lukas mengatakan bahwa Zakheus pendek.  Satu hal yang saya perhatikan dalam sifat manusia, di seluruh dunia, dalam berbagai macam kebudayaan, bahwa kita suka mengejek orang-orang yang berbeda atau tidak normal. Saya rasa banyak dari kita bisa memikirkan masa lalu ketika kita diejek. Mungkin kita  mendengar orang-orang mengucapkan kata-kata ini terhadap kita – “Kamu terlalu pendek, terlalu tinggi, terlalu gemuk, terlalu kurus.  Kamu tidak cukup pintar, tidak cukup cantik, tidak cukup baik, dan lain-lain.”  Suatu hal yang sering saya dengar di Indonesia – anak-anak dibandingkan dengan saudara mereka. Para orang tua atau kerabat akan mengatakan hal-hal seperti “Kakak laki-lakimu yang paling pintar” atau “Adik perempuanmu yang paling cantik”.  Kata-kata lain sangat merusak – “Kamu jelek.  Kamu bodoh. Kamu tidak berharga. Kamu tidak berguna. Tidak ada seorangpun yang ingin bersamamu. Tidak seorangpun  yang mengasihimu.”  Kata-kata ini mencoba dan menghubungkan penampilan kita atau prestasi kita dengan nilai kita. Ketika itu terjadi, itu  memiliki dampak buruk pada identitas kita. Susah bagi kita untuk memandang diri kita sendiri sebagai putera dan puteri Allah yang hidup, yang sangat dikasihi dan dengan nilai yang tak terbatas.

Ketika kata-kata negatif ini diucapkan atas hidup kita, terutama saat kita masih muda, kita menerimanya ke dalam hati kita dan bisa menjadi ikatan di dalam kehidupan kita.  Kata-kata ini sangat berkuasa saat mereka diucapkan oleh orang-orang yang memiliki wewenang atau mereka yang kita kagumi, seperti orang tua, kerabat, para pemimpin, para gembala, para guru, dan lain-lain.  Kita percaya kata-kata ini dan kata-kata ini menjadi kutuk atas hidup kita ketika kita menyerahkan hidup kita kepadanya.  Hal tersebut menghasilkan konsekuensi yang merusak. Ketika kita memperlakukan orang-orang seolah mereka tidak ada nilainya, kita mungkin mempengaruhi mereka pada jalan yang akan membawa mereka menjadi seorang pencuri, seorang pemabuk, seorang pecandu narkoba, seorang penjahat, seorang pelacur, atau seorang pengkhianat. Beberapa jalan bahkan bisa menyebabkan orang-orang ini bunuh diri.

Mungkin Zakheus diejek karena pendek saat masih muda. Mungkin, pada titik tertentu dalam hidupnya, dia membuat suatu keputusan. Karena orang-orang terus mengkomunikasikan kata-kata yang menekankan bahwa dia tidak berharga, kemudian dia percaya bahwa dia tidak berharga. Dia berpikir tidak seorang pun akan mengasihinya atau ingin bersamanya, jadi dia membuat suatu pilihan untuk menjadi pemungut cukai.  Dia masih akan merasa kesepian  dan ditolak, tetapi setidaknya dengan  menjadi seorang pemungut cukai berarti dia akan menjadi kaya dan kesepian. Apalagi, hal itu mungkin merupakan suatu kesempatan untuk membalas dendam – dia dapat mengambil uang dari mereka yang telah menyakitinya.

Kekuatan lidah

Kita dapat melihat dari contoh ini bahwa perkataan kita berkuasa.  Perkataan kita dapat menciptakan kehidupan atau kematian. Alkitab menegaskan hal ini:

  • Amsal 18:21 – Hidup dan mati dikuasai lidah

Kata-kata kita memiliki kuasa untuk melepaskan takdir di dalam kehidupan orang-orang – suatu takdir  yang menuntun kepada kehidupan atau kehancuran. Sebagai orang-orang Kristen, kita perlu berhati-hati terhadap kata-kata yang kita ucapkan. Yesus bahkan berkata bahwa kita akan dihakimi untuk setiap kata ceroboh yang kita ucapkan:

  • Matius 12:35–37 – Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. 36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”

Sama Seperti Yesus yang mengucapkan kata-kata yang membawa kehidupan, kita sebagai wakil Kristus harus juga melakukan hal yang sama. Sebagai tubuh Kristus, mulut kita adalah mulut Kristus dan seharusnya hanya mengucapkan kata-kata yang memberi kehidupan juga. Kita perlu mengucapkan kata-kata yang memperlakukan orang seolah-olah nilainya tak terbatas. Bagi kita yang bergumul dengan kata-kata kita, kita dapat merenungkan ayat-ayat berikut ini:

  • Mazmur 19:15 – Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.
  • Mazmur 141:3 – Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!
  • Roma 14:19 – Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
  • Efesus 4:29 – Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
  • Kolose 3:8 – Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
  • 1 Tesalonika 5:11 – Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
  • Yakobus 1:26 – Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
  • Yakobus 3:5–12 – Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. 7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, 8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. 9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. 11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? 12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Yesus membawa kehidupan, tetapi musuh menghancurkannya. Kita perlu jujur dengan diri kita sendiri sehubungan dengan lidah kita – apakah ini alat Tuhan untuk membawa kehidupan kepada orang lain atau alat musuh untuk membawa kematian kepada orang lain?

Zakheus putus asa untuk kesembuhan

Suatu hari Zakheus mendengar bahwa Yesus datang ke kota. Dia mungkin tidak mengetahui banyak tentang Yesus kecuali bahwa Dia sangat populer dengan orang-orang.  Kemungkinan dia mendengar tentang berbagai mujizat yang telah dilakukanNya. Yesus adalah seorang guru, tetapi Dia berperilaku berbeda dari guru lainnya. Biasanya dia akan menghindari para guru agama karena mereka hanya menghakimi dan menghukumnya. Dia mempunyai pikiran ada sesuatu yang berbeda tentang Yesus sehingga dia ingin melihatNya.

Sering di dalam Injil, ketika ada cerita tentang para pemungut cukai,  mereka muncul di antara cerita-cerita mengenai Yesus yang menyembuhkan orang-orang. Sebelum cerita Zakheus ini, Yesus menyembuhkan seorang yang buta (Lukas 18:35-43).  Sebelum Yesus memanggil Matius di dalam Injil Matius (9:9), Dia menyembuhkan seorang yang lumpuh (Matius 9:1-8) dan kemudian setelah wanita dengan masalah pendarahan (Matius 9:18-22).  Ketika kita berpikir tentang kesembuhan dan penyakit, kita sering hanya berpikir tentang penyakit fisik. Tetapi keinginan Yesus jauh lebih besar daripada hanya menyembuhkan tubuh kita saja. Dia juga ingin menyembuhkan kita secara sosial dan relasional.  Dia ingin menyembuhkan penolakan kita, kesepian kita, rasa tak berharga kita.

Bagi banyak orang di dunia, mungkin mereka sehat secara fisik tetapi mereka putus asa untuk jenis kesembuhan ini. Mereka rindu untuk seseorang yang ingin bersama mereka. Untuk seseorang yang menjangkau mereka. Memperlakukan mereka secara berharga. Untuk mendengarkan mereka. Untuk menghargai mereka. Untuk membuat mereka merasa dibutuhkan. Untuk membuat mereka merasa diterima. Untuk menarik mereka keluar dari kelompok dan membawa mereka ke dalam kelompok. Untuk membuat mereka merasa dicintai. Yesus ingin membawa kesembuhan ini dan pemulihan bagi mereka. Dan sekarang, karena kita adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12:27), Dia ingin membawa kesembuhan ini kepada orang lain melalui hidup kita. Ini adalah suatu bagian dari misi kita, untuk bergabung bersama Yesus dalam mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10).

Respon Zakheus terhadap Yesus

Zakheus merindukan untuk melihat Yesus, jadi dia terus maju. Pada abad pertama, orang-orang kaya tidak berlari. Biasanya budak yang akan berlari.  Berlari adalah hal yang tidak pantas. Pertama-tama, pada masa itu mereka akan memakai jubah yang menjulur sampai ke bawah lutut. Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk berlari. Satu-satunya cara untuk berlari dengan menarik jubahmu ke atas yang akan menunjukkan kaki dan pahamu. Hal itu akan sangat memalukan. Dan mungkin, dengan menjadi orang kaya,  Zakheus mengenakan banyak jubah. Kemungkinan mereka terbuat dari bahan  yang mahal seperti sutra. Bahkan dia mungkin memakai banyak perhiasan. Semuanya ini akan  membuat sangat sulit dan sangat memalukan bagi Zakheus untuk berlari. Tetapi kerinduannya untuk melihat Yesus  jauh lebih dari sekedar pemikiran untuk melindungi citranya.

Jadi Zakheus berlari mendahului dan menemukan sebuah pohon yang bisa dia panjat sehingga dia bisa melihat orang-orang. Tidak hanya jubah dan perhiasan yang mahal yang tidak sesuai untuk berlari, mereka juga tidak sesuai untuk memanjat pohon! Tetapi Zakheus sangat putus asa sehingga dia memanjat pohon. Bisakah kamu membayangkan adegannya?  Orang yang pendek, pemungut cukai yang kaya, memakai jubah dan perhiasan yang mahal, kemungkinan sedikit kelebihan berat badan sehubungan dengan diet yang beraneka ragam dan sedikit berolahraga, berwajah kemerahan, berkeringat, dan terengah-engah karena dia baru selesai berlari.  Ini akan menjadi pemandangan yang sangat lucu. Yesus pernah berkata kamu tidak menemukan orang kaya dengan pakaian yang bagus di padang gurun (Matius 11:7-8).  Kamu juga tidak akan menemukan mereka di atas pohon!

Zakheus tahu bahwa dia tidak layak untuk bertemu dengan Yesus. Dia tahu bahwa dia adalah seorang pendosa dan bahwa dia tidak layak untuk datang ke dalam hadirat Yesus. Dia berharap bahwa dia hanya bisa melihat Yesus dalam kejauhan. Zakheus menyadari kemiskinan rohaninya di hadapan Tuhan, dan Injil sering mencatat bahwa Yesus merespon hal ini. Yesus berkata berbahagialah orang yang miskin  di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga dan berbahagialah orang yang berdukacita,   karena mereka akan dihibur (Matius 5:3-4).  Dia juga berbicara perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14), memuji pemungut cukai atas penyesalan dan menegur orang Farisi atas pembenaran dirinya. Ini adalah sikap yang sama dengan anak yang hilang saat dia kembali kepada ayahnya (Lukas 15:11-24).  Ketika kita mengenali kemiskinan rohani kita, bahwa kita tidak layak menerima segala sesuatu dari Tuhan dan datang kepadaNya seperti apa adanya, Tuhan merespon dengan anugerah yang luar biasa dan belas kasihan. Dan kita bisa melihat bahwa Zakheus akan mengalami anugerah yang luar biasa dalam waktu yang singkat.

Respon Yesus terhadap Zakheus

Jadi kita lihat Zakheus adalah orang yang tidak populer menurut cerita ini. Setiap orang membencinya, menolaknya, dan tidak ingin bersamanya. Kemudian kita melihat Yesus adalah orang yang sangat populer menurut cerita ini. Ratusan orang telah datang untuk melihatNya dan berkerumun mengelilingiNya.   Mereka semua ingin mendekatiNya. Jadi orang yang sangat populer di dalam cerita ini berhenti di pohon dan melihat  ke orang yang paling tidak populer di dalam cerita ini. Apa respon Yesus?

Menarik melihat apa yang Yesus tidak lakukan. Dia tidak berhenti dan tertawa terhadap Zakheus. Penampilan Zakheus akan terlihat sangat konyol di atas pohon dengan jubahnya yang mahal.  Yesus bisa saja menunjuk kepadanya, tertawa dan berkata, “Apakah ada yang melihat sesuatu yang sangat lucu di seluruh  Israel? Ha ha ha ha!”  Tetapi Yesus tidak mempermalukan Zakheus. Atau Yesus, menjadi guru, yang bisa saja menunjuk dan menggunakannya sebagai titik pengajaran – “Jangan menjadi seperti pemungut cukai yang jahat ini atau kamu juga akan mengalami penghakiman Tuhan!”  Guru-guru orang Yahudi sering menghukum para pemungut cukai. Saya yakin Zakheus telah mendengar penghukuman ini berulang kali. Tetapi Yesus bahkan tidak menghukumnya.

Respon Yesus radikal. Orang yang paling populer dalam cerita ini melihat kepada orang yang paling tidak populer dan berkata, ‘Zakheus, cepat dan turun, karena hari ini Saya harus tinggal di rumahmu.’  Dari semua orang yang bisa dipilih oleh Yesus, Dia memilih Zakheus! Berapa banyak orang yang akan melakukan ini? Berapa banyak para pemimpin yang akan melakukan ini? Dapatkah kamu membayangkan respon orang banyak?  “Apa?  Zakheus?  Dia adalah seorang pemungut cukai, seorang pengkhianat, seorang pencuri!”  Orang-orang menggerutu tentang hal ini. Berapa banyak dari kita  akan terpengaruh oleh pendapat orang-orang?  Berapa banyak dari kita yang mau menolak Zakheus untuk melindungi reputasi kita dengan orang-orang? Bukan Yesus. Yesus hanya terpengaruh oleh pendapat BapaNya di sorga, bahkan jika itu mengorbankan popularitasNya dengan orang-orang. Inilah artinya takut akan Tuhan dan bukan manusia (Amsal 29:25, Yohanes 12:42-43).

Yesus memanggil Zakheus dengan nama, sehingga membuktikan bahwa dia adalah seorang nabi. Yesus sering membuktikan kemampuan sebagai seorang nabi. Tetapi Dia tidak akan bersikap seperti yang orang-orang harapkan seorang nabi untuk berperilaku. Orang-orang berpikir bahwa seorang nabi pasti tahu bahwa ini adalah seorang pemungut cukai dan tidak akan pernah bergaul dengan dia.  Kejadian yang serupa terjadi di dalam rumah Simon orang Farisi pada jamuan makan ketika wanita yang tidak bermoral mencuci kaki Yesus dengan rambutnya (Lukas 7:36-50).  Simon berpikir bahwa jika Yesus benar-benar seorang nabi, dia akan mengetahui wanita seperti apa yang sedang mencuci kakiNya. Kemudian Yesus membuktikan bahwa Dia adalah seorang nabi dengan memberitahu Simon apa yang sedang dia pikirkan dan Dia mengetahui siapa wanita ini. Cerita tentang wanita ini serupa dengan cerita Zakheus – Yesus menjangkau mereka yang tertolak (seorang pemungut cukai dan seorang wanita yang tidak bermoral) dan mengubah hidup mereka melalui anugerah dan belas kasihan dan orang-orang yang berpikir bahwa mereka benar melihat ini dan menggerutu.

Yesus ingin tinggal di antara kita

Itulah cinta dan penerimaan Yesus, keinginanNya untuk bersama Zakheus yang membawa kesembuhan ke dalam hidupnya dari semua penolakan masa lalunya.  Berapa banyak dari kita yang mengalami ini dalam kehidupan kita? Ini seperti kembali ke sekolah dan menjadi salah satu anak yang tidak populer sehingga tidak seorang pun mau bersamanya. Tetapi anak yang paling populer di sekolah, anak yang dipandang oleh setiap orang, anak yang setiap orang ingin bersamanya,  datang dan mencari kita dan ingin bersama dengan kita. Seperti itulah Yesus – Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10).  Tidak ada yang lebih besar dan lebih mengagumkan daripada Yesus, dan Dia bersukacita dalam mencari mereka yang tertolak dan sendirian. Yesus ingin memiliki hubungan dengan kita. Dia ingin bersama kita, makan dengan kita, hidup dengan kita. Kenyataannya, Dia ingin tinggal di dalam kita!

  • Yohanes 14:23 – Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
  • Yohanes 15:4–5 – Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
  • 2 Korintus 6:16 – Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
  • Efesus 3:17 – sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.
  • Wahyu 3:20 – Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Yesus mengundang Dirinya sendiri ke rumah Zakheus yang menunjukkan keinginanNya untuk memiliki hubungan dengan pemungut cukai yang tertolak. Menjadi seorang tamu di rumah yang termasuk persekutuan meja atau makan bersama.  Membawa seseorang ke mejamu berarti  kamu menyambut mereka sebagai keluarga. Ini menarik bahwa Yesus sering menggambarkan Kerajaan Allah sebagai perjamuan dimana setiap orang disambut terlepas dari ras mereka, jenis kelamin atau masa lalu (Matius 8:11-12, 22:1-14, Lukas 13:29-30, 14:16-24, 22:28-30, Wahyu 19:7-9).  Bagian dari kabar gembira adalah selalu ada ruang di meja Tuhan untuk kita. Undangan ini terbuka untuk setiap orang dan, seperti Zakheus, kita tidak melakukan apa-apa untuk mendapatkannya.  Undangan ini diberikan kepada kita oleh kasih karunia. Tetapi menerima undangan ini memerlukan respon hati dari kita – bahwa kita menyerahkan hidup kita kepada Raja perjamuan, kepada Yesus, Tuhan kita.

Salah satu alasan orang Farisi tidak mau makan dengan para pemungut cukai bahwa mereka khawatir menjadi terkontaminasi atau tercemar. Mungkin  ada barang-barang najis di rumah atau makanannya belum disiapkan dengan cara yang halal. Yesus tidak menghindari yang najis. Dia tidak khawatir mengenai kontaminasi. Kenyataannya Dia membersihkan, menyucikan dan menyembuhkan mereka yang najis – para penderita penyakit kusta, wanita dengan masalah pendarahan, para pelacur, dan para pemungut cukai. Dia menantang orang-orang Farisi bahwa yang  mencemari kita bukan yang apa yang ada di luar, tetapi apa yang ada di dalam hati kita (Markus 7:14-23). Kunci untuk menerima undangan  Yesus untuk duduk di mejaNya adalah respon kita dan kondisi hati kita.

Zakheus menerima kesembuhan/pemulihan/keselamatan

Bagaimana respon Zakheus terhadap kasih karunia Yesus?  Dia berlari lagi. Sebelumnya, dia berlari dengan harapan dia akan melihat Yesus. Kali ini dia berlari dengan sukacita yang besar! Sekali lagi, pemungut cukai yang kaya dalam jubah yang mahal dan perhiasan segera menuruni pohon, menarik jubahnya dan berlari menuju Yesus.  Sekali lagi dia terlihat sangat tidak pantas dan memalukan. Tetapi Zakheus tidak peduli seperti apa tampangnya atau apa yang orang-orang pikirkan tentangnya. Yesus – Orang yang Zakheus rindukan untuk ketemu, Orang yang dia tidak layak bersamaNya, Orang yang setiap orang ingin bergaul bersama, Orang ini ingin bergaual bersama Zakheus.

Disini kita melihat respon dan kondisi hati Zakheus. Pertama-tama, dia memanggil Yesus  ‘Tuhan’.  Dia merespon Yesus sebagai Raja. Kemudian dia bertobat – dia menolak kehidupan lamanya dan menerima kehidupan barunya dan masa depan yang Yesus miliki untuknya. Bagian dari pertobatan berarti membuat benar hal-hal yang tidak adil yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita melihat janji Zakheus untuk membayar kembali semua yang telah dia tipu. Ini adalah bagian yang berarti menghasilkan buah pertobatan yang Yohanes Pembaptis bicarakan. Seharusnya orang-orang mampu melihat buah atau bukti dari pertobatan di dalam kehidupan kita:

  • Matius 3:8–10 – Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 10 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.

Menarik untuk melihat hubungan dengan ayat ini, bagaimana kita telah membaca tentang seorang pendosa yang berada di atas pohon yang bertobat dan menghasilkan buah pertobatan. Sebagai hasilnya dia disambut oleh Jesus. Tetapi orang-orang Farisi tidak menghasilkan buah pertobatan, dan akibatnya mereka seperti pohon yang ditebang dan dilemparkan ke dalam api.

Zakheus menghasilkan suatu respon yang berlebihan terhadap anugerah Yesus yang luar biasa. Pertama-tama dia berkata dia akan memberikan setengah dari yang dia miliki. Yesus tidak pernah memintanya untuk melakukan ini. Inilah pemberian cinta Zakheus kepada Yesus. Dan persyaratan normal dari hukum Perjanjian Lama dalam hal menipu orang lain adalah membayar kembali uang ditambah 20% (Imamat 6:5, Bilangan 5:7).  Tetapi Zakheus menyatakan bahwa dia akan membayar kembali empat kali apa yang telah diambilnya.  Respon Zakheus yang berlebihan sama dengan wanita yang mencuci kaki Yesus di rumah Simon dengan minyak yang berlebihan. Baik Zakheus dan wanita tersebut mencerminkan pernyataan Yesus bahwa ‘mereka yang banyak diampuni, banyak mengasihi’ (Lukas 7:47).

Lalu Yesus menyatakan bahwa keselamatan telah datang ke rumah Zakheus. Nama Yesus dalam bahasa Ibrani artinya ‘Yeshua’, yang berarti ‘Yahweh adalah keselamatan.’  Jadi ketika Yesus datang ke rumah Zakheus, keselamatan telah datang. Keselamatan berarti lebih dari sekedar mendapatkan tiket ke surga. Keselamatan berarti kita bisa mengalami surga di dunia. Ini meliputi kesembuhan, kehidupan baru, dan perubahan. Keselamatan mencakup mengalahkan kuasa kegelapan dan kerja iblis. Kita bisa melihat bagaimana Yesus menghubungkan keselamatan dengan kesembuhan dalam perjumpaan yang lain dimana orang-orang mengeluh mengenai diriNya menjadi pemungut cukai:

  • Matius 9:11–13 – Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Yesus melihat diriNya sendiri sebagai seorang dokter, yang membawa kesembuhan dan pemulihan dan keselamatan kepada kehidupan orang-orang di dunia ini. Yesus tidak dapat melakukan pekerjaan ini jika Dia terus-menerus mengurung diriNya dari orang-orang yang membutuhkan kesembuhan ini. Seorang dokter tidak baik jika dia menghindari bertemu orang-orang sakit. Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan atau memulihkan yang hilang (Lukas 19:10).  Kita melihat kesembuhan ini dalam kehidupan Zakheus. Sebelumnya dia hancur dan hilang. Tetapi sekarang dia telah menjadi ciptaan baru, kehidupan lamanya telah berlalu  (2 Korintus 5:17).  Dia telah disembuhkan dan dipulihkan oleh Yesus. Dia tidak akan lagi mengambil nyawa orang lain, tetapi sekarang dia bisa dipakai oleh Tuhan untuk membawa kesembuhan, kehidupan baru dan keselamatan bagi orang lain.

Zakheus menjadi anak Abraham yang sejati

Yesus menyatakan bahwa Zakheus adalah anak Abraham. Kita sebelumnya membaca bahwa Yohanes Pembaptis menegur orang-orang Farisi dengan mengatakan bahwa mereka adalah anak Abraham tetapi mereka tidak menghasilkan buah dari Abraham. Mereka menaruh iman mereka dengan menjadi keturunan Abraham, dan mereka pikir inilah yang membuat mereka benar dengan Tuhan. Tetapi apa yang membuat kita benar dengan Tuhan adalah memiliki iman yang sama dengan yang Abraham miliki. Ketika kita memiliki iman yang sama seperti yang Abraham miliki, kita akan menghasilkan buah yang sama yang Abraham hasilkan.   Orang-orang  yang memiliki iman Abraham adalah anak-anak Allah yang sejati:

  • Galatia 3:7 – Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.
  • Roma 2:28-29 – Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. 29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
  • Roma 4:12 – dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.
  • Roma 4:16 – Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua,

Iman Abraham melibatkan kasih Tuhan, mempercayai Tuhan, dan menaati Tuhan. Iman Abraham berarti dia memperlakukan Tuhan sebagai Tuan dan Raja.  Iman Abraham akan menghasilkan buah atau bukti  dalam kehidupan kita. Orang-orang akan bisa melihatnya.  Iman ini akan berdampak  pada orang lain, seperti Yakobus berkata:

  • Yakobus 2:26 – Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Kita dapat melihat iman Abraham bekerja dalam kehidupan Zakheus – dia menghasilkan buah dan kehidupan baru. Dia memperlakukan Yesus sebgai Tuhan. Dia mulai mencerminkan karakter Tuhan. Pengkhianat ini telah menjadi anak Abraham yang sejati.

Kesimpulan

Banyak yang bisa kita pelajari dari cerita Zakheus.  Selagi kita mendapat pengertian apa artinya  menjadi seorang pemungut cukai di Yudea 2000 tahun yang lalu, kita mendapat pewahyuan yang lebih besar tentang betapa radikalnya Yesus. Kita melihat kasih yang tak bersyarat, belas kasihan, penerimaan dari orang lain, gairah untuk yang terhilang dan ketakutannya akan Tuhan. Cerita ini juga menantang kita bagaimana kita menjalani hidup kita hari ini. Apakah ada aspek-aspek Zakheus yang bisa kita identifikasi? Apakah kita membutuhkan kesembuhan, pemulihan, keselamatan? Apakah ada seseorang seperti Zakheus dalam kehidupan kita? Apakah kita mengenal orang-orang yang ditolak atau di luar? Mari kita peka terhadap Roh Yesus dalam bermitra denganNya untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Aplikasi

  • Apakah kita mempunyai hati untuk yang terhilang? Apakah kita mengasihi mereka yang sulit? Apakah kita mempunyai hubungan dengan non-Kristen? Mari kita mempunyai hati yang sama seperti Yesus yang menjangkau mereka yang hilang.
  • Yesus memanggil kita untuk menyembuhkan yang sakit (Matius 10:8, Markus 16:18, Lukas 10:9). Dari cerita ini kita melihat bahwa Yesus tidak hanya ingin menyembuhkan orang-orang dari penyakit fisik, tetapi juga yang menderita secara sosial dan relasional. Mari kita bergabung dengan Yesus dalam membawa kesembuhan bagi mereka yang tertolak dan kesepian.
  • Apakah kita merasa bersalah dengan menilai dan menolak orang lain? Mari kita bertobat atas sikap ini dan belajar untuk bertumbuh dalam menerima dan mengasihi orang lain.
  • Daripada cepat menilai orang lain, mari kita belajar untuk mendengar dan belajar lebih lanjut tentang mereka. Banyak orang yang sulit mengalami hal-hal yang mengerikan di masa lalu, baik melalui pilihan-pilihan mereka atau karena pilihan-pilihan orang lain. Ketika kita belajar lebih lanjut mengenai sejarah mereka, itu akan membantu kita untuk memahami mereka lebih lanjut. Melalui ini, Tuhan akan memberi kita anugerah dan kebijakan bagaimana kita bisa melayani mereka sebaik-baiknya.
  • Mari kita berkomitmen untuk menggunakan lidah kita untuk menguatkan, membangun orang lain dan membawa kehidupan. Mari kita berkomitmen untuk berhenti berbicara kata-kata yang negatif terhadap orang lain. Jika kita orang tua, mari kita berhati-hati untuk tidak berbicara kata-kata yang membandingkan anak-anak kita. Jika kita merasa bersalah berbicara kata-kata negatif terhadap  orang lain, mari kita bertobat dan meminta pengampunan dan menegaskan nilai mereka sebagai seorang anak Tuhan.
  • Apakah kita sadar akan kemiskinan rohani kita di hadapan Tuhan? Kita sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk mendapatkan kasihNya yang luar biasa. Biarlah pewahyuan anugerah Tuhan mengubah kehidupan kita. Di luar rasa syukur kita, mari kita berkomitmen untuk menyerahkan lebih lanjut hidup kita kepadaNya dan hidup bagi kemuliaanNya.
  • Apakah kita masih mempunyai dosa di dalam hidup kita? Apakah kita melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain? Apakah kita menjadi suatu bagian yang membawa ketidakadilan di dunia ini? Mari kita bertobat dan menyerahkan hidup kita kepada Yesus sebagai Tuhan. Jika kita telah membuat orang lain terluka, kemudian mari kita berkomitmen untuk meminta pengampunan dan memberikan restitusi yang sesuai. Mari kita menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan.
  • Mari kita mempunyai rasa takut yang lebih kepada Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah kita menyadari area-area kehidupan kita dimana kita khawatir berlebihan mengenai apa yang orang-orang pikirkan tentang kita? Apakah kita menolak orang-orang sehingga kita bisa melindungi reputasi kita terhadap orang lain? Apakah kita mencoba dan melindungi citra kita? Mari kita bertobat dengan takut akan Tuhan. Mari kita berkomitmen hanya peduli tentang pendapat Tuhan daripada pendapat manusia.
  • Apakah kita menilai orang-orang tertentu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lainnya? Mari kita berkomitmen untuk melihat setiap orang seperti Tuhan melihat mereka – sama dan tak terbatas nilainya.
  • Apakah kita mempunyai kata-kata negatif yang diucapkan atas kita di masa lalu? Apakah kata-kata ini masih mempengaruhi kita hari ini? Ini penting bahwa kita berurusan dengan hal-hal ini dalam kehidupan kita dan mengizinkan Yesus untuk membebaskan kita dan menyembuhkan kita. Sebagian dari kita, kata-kata ini masih memiliki banyak kekuatan dalam kehidupan kita. Beberapa kata-kata ini masih menyebabkan kita banyak menderita hari ini, meskipun mereka diucapkan bertahun-tahun yang lalu. Sebagian dari kita, penting untuk melibatkan orang lain untuk membantu kita dalam mengatasi ini. Bertanyalah kepada seorang saudara laki-laki/permpuan yang dewasa di dalam Kristus untuk membantu kamu dengan hal ini, atau bahkan kelompok kecil.  Identifikasi kata-kata yang telah diucapkan atasmu dan dampak yang mereka miliki terhadap kehidupanmu. Kemudian tolak kata-kata ini dan tegaskan realitas identitasmu sebagai seorang anak Tuhan – bahwa kamu berharga tak terbatas. Minta tolong orang lain berdoa untukmu dan tegaskan kebenaran-kebenaran ini dalam kehidupanmu. Pilih untuk melepaskan pengampunan terhadap mereka yang telah menyakitimu. Tuhan  bahkan membawa kamu untuk berbagi dengan orang-orang ini tentang bagaimana kata-kata mereka telah menyakitimu, tetapi mintalah masukan dari orang yang dewasa secara rohani dalam hal ini.

 

Lukas 13:30 – Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”

%d blogger menyukai ini: