Hati Allah Bapa – Anak yang Hilang bagian 2

Kuasa Pertobatan dan respons mengejutkan dari Bapa

Jadi, sebagai akibat dari dosanya, si anak bungsu berakhir di kandang babi. Menurut budaya Yahudi, yang menganggap babi sebagai binatang yang haram, situasi ini seperti neraka. Itu seperti halnya engkau hidup, namun rasanya seakan-akan engkau mati. Situasi tersebut adalah situasi yang buruk dan penuh penderitaan. Si anak bungsu tidak dapat berada di titik yang lebih rendah lagi. Si anak bungsu yang jahat, pembangkang yang tidak mengormati ayahnya dan telah menghabiskan separuh dari warisan ayahnya sedang mengalami konsekuensi dari pilihannya sendiri. Para pemimpin Yahudi mungkin berpikir, “Kisah yang bagus, Yesus. Poin yang bagus. Moral dari pelajaran ini adalah jangan menjadi seperti anak yang egois dan pemberontak ini.

Kuasa Pertobatan

Tapi Tuhan Yesus tidak berhenti di situ. Si anak bungsu melakukan sesuatu yang sangat dahsyat yang mengakibatkan sang bapa meresponi dengan cara yang akan sungguh-sungguh mengejutkan para pemimpin Yahudi. Si anak bungsu bertobat. Dia berbalik dari dosa-dosanya. Dia sedih dan hancur hati atas apa yang telah dia lakukan. Dia menyadari bahwa dia sudah salah dan telah membuat kesalahan yang sangat buruk. Dia berharap bahwa dia tidak pernah melakukan hal tersebut.

Petobatan secara harafiah berarti ‘perubahan pikiran.’ Si anak bungsu mendapatkan sebuah pewahyuan bahwa apa yang ia percayai sebelumnya (yaitu menjadi tuan atas hidupnya) adalah salah. Tapi pertobatan yang alkitabiah lebih dari sekedar merubah pikiran kita atau berbalik dari sesuatu. Pertobatan alkitabiah adalah berbalik dari dosa kita dan kembali  kepada Allah, menyepakati kebenaran-Nya. Ketika seseorang telah bertobat, mengalami perubahan pikiran, maka hal tersebut akan menghasilkan buah dalam hidup mereka. Akan ada bukti nyata. Kita dapat melihat hal ini dalam kehidupan si anak bungsu. Ada perubahan arah dalam hidupnya. Dia meninggalkan kandang babi dan mulai kembali ke rumah.

Si anak bungsu telah memiliki pewahyuan akan betapa miskinnya dia dalam roh, seperti yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Khotbah di Bukit:

  • Matius 5:3 – “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Contoh lain dari miskin dalam roh ditemukan dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14). Sang anak menyadari bahwa dia tidak memiliki apa-apa, dan dia tidak layak untuk mendapatkan apa-apa. Sesungguhnya, satu-satunya hal yang layak diterima oleh si anak adalah dibawa ke hadapan masyarakat dan dihukum mati. Dia menyadari bahwa dia tidak layak untuk diterima kembali sebagai seorang anak. Dia akan pulang ke rumah dan bertanya apakah dia dapat menjadi seorang hamba di rumah bapanya. Sekarang dia mau melayani bapanya dan memperlakukan dia sebagai seorang tuan. Dia tidak akan lagi menjadi tuan atas hidupnya sendiri. Ini adalah hal yang penting untuk kita ingat. Allah adalah Bapa yang Baik, akan tetapi ini berarti Dia juga adalah Tuhan kita. Kita ingin tinggal dalam rumah Bapa, tapi kita perlu menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan melayani-Nya. Kita tidak bisa terus menjadi tuan atas hidup kita dan tinggal di dalam rumah Bapa.

Jadi, sebagai hasil dari buah pertobatannya, perubahan pikirannya, si anak meninggalkan kandang babi dan pulang ke rumah. Perjalanannya yang sebelumnya, yaitu saat ia meninggalkan rumah, pastilah lebih mudah. Dosa pada awalnya terasa menyenangkan dan nikmat. Si anak mungkin penuh dengan semangat dan antisipasi akan hal-hal yang akan terjadi. Dia memiliki banyak uang yang bisa dia habiskan, jadi perjalanannya pastilah menyenangkan. Akan tetapi perjalanan pulang ke rumah pastilah jauh lebih sulit. Dia tidak memiliki uang sedikitpun. Dia pastilah kelaparan. Dia pastilah harus tidur di alam terbuka. Terkadang menindaklanjuti pertobatan kita itu sulit. Jika kita telah mendapatkan uang dengan cara yang tidak jujur, hal ini harus dihentikan. Hal ini bisa berdampak pada pendapatan kita. Kita mungkin telah terlibat dengan kelompok orang yang tidak bermoral dan merusak yang harus kita jauhi. Hal ini dapat menciptakan rasa kesepian. Jika kita pernah melukai atau mencuri sesuatu dari orang lain, kita harus datang kepada mereka dan meminta pengampunan dan melakukan sesuatu untuk membayar kesalahan kita. Ini bukanlah hal yang mudah akan tetapi ini penting untuk dilakukan. Jadi kita dapat melihat bahwa menindaklanjuti pertobatan itu mungkin sulit. Tapi sesulit apapun itu, kita harus mau bertekun dan menindaklanjuti pertobatan kita.

Di samping kekurangan uang dan makanan, sang anak bungsu juga pastilah berjalan dengan rasa takut dan ketidakpastian akan apa yang terjadi saat dia pulang ke rumah. Apakah sang bapa akan menerimanya kembali setelah segala hal buruk yang telah dia lakukan? Apa yang akan terjadi? Dia mungkin sangat was-was dan pastilah sulit tidur karena memikirkan apa yang akan menjadi respons bapanya.

Respons yang mengejutkan dari bapa

Tapi kita dapat melihat respons yang luar biasa dari bapa ketika sang anak mendekati kediaman bapanya. Dikatakan dalam Firman bahwa ketika si anak bungsu masih berada di kejauhan, bapanya melihat dia. Bapa sudah menanti-nanti dan memperhatikan, dia berdoa dan berharap bahwa anaknya akan bertobat, berbalik dari dosanya dan kembali ke rumah. Ini adalah hati dari Bapa surgawi kita, yang rindu untuk mengampuni kita dan menunjukkan belas kasihan kepada kita. Dia sedang menanti kita, Dia ingin sekali kita pulang ke rumah.

Dan kemudian sang bapa melakukan hal lain yang mengejutkan. Dia berlari kepada anaknya. Di masa itu, hanya para hamba dan anak-anak kecil yang berlari. Para pemimpin, orang kaya, kepala rumah tangga, dan orang-orang yang dihormati tidaklah berlari. Berlari adalah tindakan yang sangat memalukan. Salah satu alasan mereka tidak berlari adalah karena mereka mengenakan jubah yang panjang pada masa itu. Kita mungkin tidak familiar dengan pakaian seperti itu saat ini, tapi mungkin banyak perempuan yang mengetahui betapa sulitnya untuk berlari dengan mengenakan gaun yang panjang atau sarung. Jadi, bila sang bapa ingin berlari, maka dia haruslah mengangkat jubahnya sampai ke pahanya supaya dia tidak tersandung. Semakin cepat engkau ingin berlari, semakin tinggi engkau harus mengangkat jubahmu. Dan bapa ini ingin berlari secepat dia bisa. Jadi dia pasti mengekspos kaki dan pahanya dan pasti kelihatan sangat konyol.

Tapi bapa ini tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan. Dia mengangkat jubahnya, mengekspos kakinya dan mulai berlari. Pahanya yang putih pastilah berkilau terkena sinar matahari. Karena tidak terbiasa berlari, dia pastilah cepat berkeringat dan terengah-engah kehabisan nafas. Pastilah ini terlihat sangat memalukan. Para pelayan dan orang lain di rumahnya pastilah terkejut. Mengapa tuannya berlari? Mengapa tuannya mempermalukan dirinya seperti ini? Ini pastilah sesuatu yang sangat penting. Setiap orang pasti berhenti melakukan apa yang sedang mereka lakukan dan berdiri terdiam, melihat dengan terkejut saat sang bapa setengah berlari setengah tersandung menyeberangi ladang. Anak yang sulung pastilah merasa sangat malu. “Bapa, tolong, jangan berlari! Tolong tutupilah kakimu! Berlakulah sedikit terhormat! Engkau sedang mempermalukan keluarga kita!” Akan tetapi sang bapa tidak peduli betapa konyolnya dia terlihat. Anak bungsunya yang sudah dia nanti-nantikan, anaknya yang telah mati, anaknya yang telah hilang akhirnya telah kembali ke rumah. Dan bapa ini akan menghampirinya secepat yang dia bisa dan menyambutnya.

Jadi, setelah berlari sangat jauh, sang bapa sampai kepada anaknya. Mukanya merah. Dia terengah-engah kehabisan nafas. Dan sebelum anaknya bisa mengatakan atau melakukan apapun, sang ayah berlari dan memeluknya. Terjemahan secara harafiah mengatakan bahwa dia jatuh di leher anaknya, yang mengindikasikan bahwa sang bapa mungkin sedang menangis dan membenamkan mukanya di leher anaknya. Sang bapa mencium anaknya lagi dan lagi. Tapi dapatkah engkau membayangkan bagaimana rupa si anak saat itu setelah hidup di kandang babi? Dapatkah engkau membayangkan bagaimana baunya dia? Dia mungkin belum mandi selama berbulan-bulan. Dia baru saja menghabiskan waktu berhari-hari untuk berjalan pulang ke rumah dan tidur di sisi jalan. Dia pastilah sangat kotor. Dia pastilah sangat bau. Sang bapa sekali lagi tidak peduli tentang hal ini. Dia memeluk putranya yang kotor dan bau dan menciumnya lagi dan lagi.

Gambaran bapa ini menunjukkan bahwa Bapa surgawi kita berlari kepada kita dan memeluk kita saat kita bertobat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar, terlalu buruk, terlalu jelek yang tidak bisa Dia ampuni. Lihatlah sang anak bungsu ini. Dia berharap bapanya sudah mati. Dia mengutuk ayahnya. Dia memaksanya untuk menjual setengah dari propertinya. Ini pastilah kerugian yang signifikan bagi seluruh keluarga. Lalu dia menghabiskan semua uang itu untuk keinginan dan nafsunya – pesta, PSK, alkohol, dan hal-hal lainnya. Dia mengalami kesenangan yang semu dengan mengorbankan keluarganya. Dia telah menghabiskan semuanya dengan sia-sia. Dia hidup dalam kehidupan yang jahat dan tak bermoral yang pasti membawa rasa malu yang besar atas keluarganya. Tetapi, walaupun dosa yang dia lakukan begitu besar dan dia membawa rasa sakit dan malu yang hebat  atas keluarganya, sang bapa tetap rindu untuk mengampuni dia dan menyambutnya kembali ke rumah. Bahkan bila kita telah mengutuki Allah dan hidup dalam pemberontakan yang terang-terangan melawan Dia, bahkan jika kita telah melakukan hal-hal yang sangat memalukan, Dia masih rindu untuk mengampuni kita asalkan kita bertobat.

Gambaran ini juga menunjukkan kepada kita bahwa dalam pertobatan, sangatlah penting untuk jujur dan terbuka kepada Tuhan. Dosa kita itu memalukan. Kita mungkin lebih memilih untuk menutup-nutupi dan menyembunyikannya. Pertobatan menuntut kita untuk terbuka dan jujur dengan apa yang telah kita lakukan dan siapa diri kita sesungguhnya. Firman Tuhan berkata bahwa Dia mencurahkan kasih karunia-Nya pada orang yang rendah hati (Yakobus 4:6, 1 Petrus 5:5). Sayang sekali, banyak gereja saat ini yang menjadi tempat pertunjukan dimana kita berdandan dan berpura-pura di hadapan orang lain. Kita berpura-pura menjadi orang Kristen yang sempurna. Pandangan alkitabiah dari gereja adalah sebagai sebuah keluarga, gereja harusnya menjadi tempat dimana kita bisa terbuka dan jujur satu sama lainnya. Di lingkungan yang terbuka seperti inilah kita dapat menerima kesembuhan dan pemulihan identitas kita sebagai putra dan putri Allah.

Jadi kita dapat melihat bahwa tak peduli sekotor apapun kita, saat kita bertobat maka Bapa berlari kepada kita dan memeluk kita. Ini adalah gambaran dari kasih Allah yang tidak bersyarat – Dia mengasihi kita tidak peduli siapa kita atau apa yang telah kita perbuat. Tapi tentu saja, bapa tidak ingin anaknya tetap berada dalam kondisi yang buruk seperti itu. Bapa memiliki rencana untuk membersihkannya dan memulihkannya. Itu sama halnya dengan kita. Tuhan mengasihi kita sebagaimana adanya kita. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat Allah lebih mengasihi kita. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk membuat kasih-Nya kepada kita berkurang. Kasih-Nya untuk kita bukanlah berdasarkan performa kita. Tapi, justru karena kasih-Nya yang begitu besar terhadap kita, Dia tidak menginginkan kita untuk tetap berada dalam dosa-dosa kita, hidup dengan cara yang merusak yang menyakiti diri kita dan orang di sekeliling kita. Dia ingin merubah kita dari dari dalam ke luar. Dia ingin mentransformasi hati kita dan membuat kita serupa dengan gambar-Nya, yaitu gambar Kristus (Roma 8:29, Efesus 4:22-24, Kolose 3:9-10).

Bapa tidak menyambut kita di rumah-Nya sebagai hamba, melainkan sebagai putra dan putri-Nya

Jadi si anak bungsu diperhadapkan dengan kasih karunia dan belas kasihan yang luar biasa mengejutkan. Seharusnya dia mendapatkan penghakiman dan penolakan, akan tetapi dia malah disambut dan diterima. Si anak mencoba untuk mengutarakan serangkaian kata-kata yang sudah dia hafalkan sebelumnya. Dia mungkin sudah merefleksikan kata-kata yang akan dia utarakan kepada ayahnya, mengulangi kata-kata tersebut berkali-kali sambil dia berjalan selama berhari-hari. Dia berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Tapi sebelum dia bisa melanjutkan kata-kata yang sudah dia persiapkan baik-baik, sang bapa memotongnya. Itu seperti sang bapa sedang berbicara kepada si anak, “Cukup. Tutup mulutmu. Berhentilah bicara. Hanya ada satu cara untuk kamu dapat kembali ke rumahku, yaitu sebagai putraku, bukan sebagai hambaku.” Kamu lihat, ketika kita bertobat, dan kita bertekad bahwa kita akan kembali ke rumah Bapa dan melayani-Nya sebagai Tuan kita, Dia melakukan sesuatu yang luar biasa. Dia menolak untuk menerima kita kembali ke hadirat-Nya sebagai hamba. Satu-satunya cara Dia menerima kita adalah sebagai putra-putri-Nya.

Sang bapa berteriak kepada hamba-hambanya dan berkata, “Cepat!” Seperti sang bapa berlari kepada putranya, sekarang dia berseru kepada hamba-hambanya untuk berlari. Kita bisa mendapatkan gambaran dari sukacita dan hasrat dari Allah Bapa kita. Kasih-Nya bukanlah kasih yang lambat. Kasihnya bukanlah kasih yang segan-segan. Kasih-Nya adalah kasih yang berlari kepada kita ketika kita kembali kepada-Nya. Dalam perumpamaan, para hamba tidak membawakan perlengkapan hamba, tetapi mereka membawa barang-barang yang dikhususkan untuk anggota keluarga. Dan mereka membawakan barang yang terbaik. Mereka membawakan jubah yang terbaik. Mereka menaruh cincin di jarinya. Mereka mengenakan sendal di kakinya. Bertelanjang kaki adalah sebuah indikasi bahwa engkau adalah seorang hamba. Dan mereka menyembelih anak lembu tambun dan membuat perayaan. Sang bapa menolak untuk mengafirmasi identitas anaknya sebagai seorang hamba. Sebaliknya, sang bapa mengafirmasi identitasnya sebagai seorang anak. Bukannya menerima penghakiman, si anak malah dihujani oleh kasih karunia dan kelimpahan.

Kisah ini menunjukkan dinamika yang beragam dari keadilan, belas kasihan dan kasih karunia. Keadilan berbicara tentang mendapatkan apa yang sepatutnya kita terima. Si anak bungsu layak untuk dihukum, bahkan dibunuh atas dosa-dosanya. Belas kasihan berbicara tentang tidak mendapatkan apa yang sepatutnya diterima. Si anak pada akhirnya tidak mendapatkan penghukuman yang sepatutnya dia terima.  Sebaliknya, dia menerima pengampunan ayahnya. Tapi kasih karunia berbicara tentang menerima apa yang tidak sepatutnya kamu terima. Sang bapa tidak berhenti dengan memberikan belas kasihan kepada anaknya dan mengampuni dia. Sang bapa menghujaninya dengan berkat dan kelimpahan. Dia memberikan anaknya semua keiistimewaan yang dikhususkan untuk anggota keluarga walaupun si anak tidak layak menerima semua itu. Ini adalah kasih karunia. Dan ini adalah gambaran hubungan Allah dengan kita. Dia tidak hanya mau mengampuni kita, tapi Dia berlari dan mencurahkan kasih karunia-Nya pada kita dan terus memberkati kita sebagai anak-anak-Nya.

Saat kita bertobat dan disambut kembali ke rumah Bapa, Dia membuat sebuah perayaan. Dia bersukacita. Mereka menyembelih anak lembu tambun, karena setiap pesta harus mempunyai banyak makanan! Saya rasa ini adalah hal yang berlaku di seluruh bangsa dan budaya di seluruh dunia. Kita mendapatkan gambaran dari sukacita dan kegembiraan yang Bapa miliki atas kita. Ada sebuah ayat di Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa Tuhan bergirang karena kita dengan sukacita (Zefanya 3:17). Apakah engkau pernah membayangkan Tuhan melakukan hal ini? Membuat pesta, bersorak, bergirang dan menari karena engkau? Ini adalah respons dari Bapa surgawi kita ketika kita bertobat dan pulang ke rumah-Nya. Kita dahulu mati, tapi dengan kasih karunia-Nya, kita sekarang hidup. Dia dengan bersemangat menyambut kita kembali ke rumah.

Tapi Dia tetaplah Tuhan

Rumah Bapa adalah tempat terbaik bagi kita, tapi itu tetaplah tempat dimana Dia adalah bosnya. Sama seperti zaman dahulu kala, bapa adalah tuan atas rumah tangganya. Setiap orang harus melakukan apa yang dia katakan. Di rumah Bapa, Dia haruslah menjadi Tuan. Seperti anak-anak yang penuh rasa hormat, kita harus hidup dalam ketaatan kepada Dia dan menghormati-Nya.

Ini berarti bahwa jika kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya, kita akan pergi dan melakukan hal-hal yang Dia ingin kita lakukan. Kita akan melanjutkan bisnis keluarga dengan pergi dan memuridkan seluruh bangsa (Matius 28:18-20). Untuk membawa kerajaan-Nya yang baik ke atas dunia ini (Matius 6:10, 6:33). Tapi pelayanan perlu mengalir keluar dari hubungan kita dengan Bapa surgawi kita. Kita tidak melakukan pelayanan untuk mendapatkan tempat di rumah Bapa. Segala sesuatu, seluruh pelayanan perlu dimulai dengan hubungan kita dengan Bapa dan mengalir keluar dari hubungan kita dengan Bapa. Komitmen kepada pelayanan bukanlah hal yang pertama. Hubungan dengan Bapa adalah yang pertama, tapi kemudian dari hubungan itu mengalirlah pelayanan, perbuatan yang baik, dan sungai air kehidupan yang akan mengalir dan membawa berkat bagi banyak orang (Yohanes 7:37-38).

Aplikasi

  • Mari kita belajar untuk mencintai pertobatan. Mari kita berpaling dari setiap aspek dosa, kegelapan, dan ketidakmurnian di dalam hidup kita dan menerima kekudusan Allah. Pertobatan ini haruslah sungguh-sungguh. Pertobatan sejati di hati kita akan menghasilkan buah atau perubahan arah dalam hidup kita, dalam pilihan-pilihan kita, dan dalam perilaku kita. Juga, ketahuilah dan percayalah bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar, terlalu buruk atau terlalu jelek yang tidak bisa Tuhan ampuni. Tidak peduli betapa kotornya kita, Tuhan akan tetap berlari kepada kita. Jika kita mau bertobat, berbalik dari dosa kita dan kembali kepada-Nya, Dia mau dan setia untuk mengampuni kita dan membersihkan kita (1 Yohanes 1:9).
  • Mari kita bertekun dan berjalan kembali ke rumah Bapa. Mari kita menindaklanjuti setiap keputusan yang sulit yang harus kita ambil berkenaan dengan pertobatan kita. Jika kita sudah terbiasa mencuri atau menipu orang lain, ini harus dihentikan. Mungkin ada hubungan yang tidak sehat yang harus kita akhiri, orang-orang yang kita harus berhenti untuk temui karena mereka memimpin kita kepada dosa. Janganlah kita menipu diri kita sendiri dalam hal ini. Kita dipanggil untuk mengasihi orang lain, tapi kita perlu jujur jika orang-orang ini memiliki kuasa dan pengaruh atas hidup kita yang akan memimpin kita kepada dosa. Percayalah bahwa Allah sebagai Bapa yang baik ingin menyediakan hubungan yang sehat yang akan membawa kita mendekat kepada Dia. Jika kita sudah melukai orang lain, mari kita merendahkan diri kita, mengakui dosa kita dan meminta pengampunan. Jika kita sudah mencuri dari orang lain, mari kita mengatur bagaimana kita bisa menebus dan membayar kesalahan kita.
  • Mari kita berhenti untuk menjadi tuan atas hidup kita dan menundukkan diri kita kepada Tuhan. Mari kita kembali ke rumah dan berlutut di kaki Bapa. Mari kita pastikan bahwa hubungan kita dengan Allah ada dalam urutan yang benar- bahwa Dialah Tuhan dan saya bukan. Mari kita belajar untuk hidup dalam ketaatan dan percaya pada Bapa surgawi kita.
  • Adakah orang dalam kehidupan kita yang sulit, yang hidup dalam dosa, yang jauh dari Tuhan? Mari kita belajar dari sikap Bapa. Tidak ada penghakiman dan tuduhan dalam tindakan serta sikapnya kepada si anak. Marilah menjadi orang yang mau menderita, yang mau disinggung, dan mau dilukai. Mari kita meresponi dengan kasih karunia dan belas kasihan. Mari kita bersabar dan bertekun. Mari kita terus berdoa dan bersyafaat. Mari kita terus hidup dalam pengharapan bahwa mereka akan mengalami Tuhan, bertobat dan kembali ke rumah. Dan ketika mereka benar-benar bertobat, marilah kita menerima mereka kembali dengan sukacita dan kasih karunia.
  • Marilah kita belajar untuk masuk ke tempat perhentian dan menerima kasih Bapa yang melimpah. Bayangkan Dia berlari kepada kita saat kita bertobat dan kembali kepada-Nya. Rasakan pelukan-Nya. Rasakan Dia mencium kita lagi dan lagi. Dengarlah Dia saat Dia meminta jubah, cincin dan sandal terbaik untuk dikenakan pada kita. Alamilah pengampunan-Nya yang total dan sempurna. Alamilah kasih karunia dan belas kasih-Nya yang melimpah. Alamilah rasa kegembiraan-Nya. Dengarlah Dia bernyanyi dan bersuka atas hidup kita. Marilah kita menerima kesembuhan dan pemulihan dan menerima identitas kita sebagai putra dan putri Allah. Mari kita mengizinkan kasih Allah yang tak bersyarat untuk menyembuhkan kita dan mengubahkan kita dari dalam ke luar. Mari kita menerima dan meresapi gambar Bapa yang radikal ini yang mengasihi kita dengan cara yang gila, mengejutkan dan tidak dapat terselami. Ini adalah kasih yang secara manusiawi tidak dapat kita pahami. Kita tidak bisa melihat dan menemukan kasih seperti ini dimanapun di dunia. Tapi kabar baiknya adalah kita tidak perlu memahaminya, kita hanya perlu menerimanya.

 

 

%d blogger menyukai ini: