Yeremia menantang kita untuk mengejar Tuhan daripada mengejar kebijakan, kekuasaan dan kekayaan di dunia ini. Hubungan kita dengan Tuhan itu adalah hal yang lebih bernilai dan berharga yang kita miliki di dunia ini. Kita perlu mengenal dan mengerti Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk masuk dalam hubungan dengan Dia dimana kita bisa bertumbuh dalam pengertian dan pengetahuan tentang Dia setiap hari. Ketika kita lebih mengerti tentang Dia, kita belajar untuk lebih percaya dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Ketika kita belajar lebih lagi tentang karakter-Nya, kita bisa lihat bagian – bagian dari karakter kita yang harus diubahkan sehingga kita menjadi serupa dengan-Nya. Kita tidak bisa menjadi sama dengan Tuhan dalam sifat alami kita, kita tidak bisa menjadi nomor satu atau raja, walaupun manusia tetap terus mencoba hal ini. Tetapi kita bisa menjadi serupa dengan Tuhan dalam karakter kita – lebih mengasihi, lebih kudus, lebih berbelas kasihan, lebih baik, lebih lembut, lebih sabar dan sebagainya.
Kebalikan dari tiga hal di dunia yang orang sukai– kebijakan, kekuasaan dan kekayaan – Yeremia menggambarkan, tiga hal yang Tuhan sukai: kasih setia, keadilan dan kebenaran. Ini kebalikan dari situasi di Yerusalem pada saat Yeremia menubuatkan. Tidak ada kasih setia, keadilan dan kebenaran. Tetapi yang ada adalah korupsi, penindasan, penyembahan berhala, ketamakan dan tidak ada kepedulian terhadap orang miskin dan yang membutuhkan. Orang-orang hanya bergembira dalam keegoisan. Orang-orang hanya bergembira dalam diri mereka sendiri. Jika orang-orang benar-benar mengenal dan mengerti siapa Tuhan, mereka akan senang dengan hal-hal yang sama dengan yang Dia sukai. Kasih setia, keadilan dan kebenaran akan menjadi bukti dalam kehidupan mereka, didalam tindakan dan dalam kota mereka.
Menyukai kasih setia
Kasih setia (kata Ibrani – hesed) adalah salah satu kata yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan Tuhan dalam Perjanjian Lama. Kata itu juga digunakan terhadap orang-orang. Sebagai umat-Nya Tuhan, kita juga dipanggil untuk menjadi teladan dan merefleksikan kasih setia ini kepada orang lain. Kata bahasa Ibrani itu (hesed) mengindikasikan bahwa kasih itu bertahan, tidak bimbang, tidak menyerah, kasih mengejar dan penuh kemurahan atau berkemauan untuk mengampuni. Inilah adalah bentuk kasih yang menggerakkan Tuhan untuk mengejar orang-orang berdosa, membujuk mereka, memenangkan mereka. Inilah bentuk kasih yang membawa Tuhan ke Kayu Salib. Dan bentuk kasih seperti inilah yang hilang di Yerusalem.
Menyukai keadilan
Keadilan (kata Ibrani – mispot) artinya memerintah dengan adil, atau memerintah seperti Tuhan memerintah. Orang-orang yang tidak bersalah debenarkan dan dilindungi dan yang bersalah dihukum. Kadangkala kita melihat keadilan sebagai hal yang buruk. Tetapi jauh di lubuk hati, kita menginginkan dunia yang adil. Kita menginginkan dunia dimana kejahatan tidak bebas untuk memerintah dan orang-orang yang tidak bersalah tidak menderita. Kita merindukan kehidupan di sebuah dunia dimana kita tidak perlu takut kecurian, diserang, ditipu dan dibunuh. Kita menginginkan dunia dimana orang lemah, orang miskin, dan yang membutuhkan tidak ditindas. Kita menginginkan dunia yang penuh dengan damai-Nya (shalom) Tuhan.
Seringkali kata keadilan dalam Bahasa Ibrani dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kepedulian Tuhan terhadap yang miskin dan membutuhkan:
- Yesaya 1:17 – belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.
- Yeremia 5:28 – Di samping itu mereka membiarkan berlalu kejahatan-kejahatan, tidak mengindahkan hukum, tidak memenangkan perkara anak yatim, dan tidak membela hak (mispot)orang miskin.
- Yeremia 7:4–7 – Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan mengasihi keadilan dan meratap ketika tidak ada keadilan, khususnya ketika melibatkan penindasan terhadap orang yang lemah, miskin dan yang membutuhkan.
- Yesaya 59:15 – Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mata-Nya bahwa tidak ada hukum (mispot).
- Yesaya 61:8 – Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum (mispot),dan membenci perampasan dan kecurangan; Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu.
Sebagai orang-orang Tuhan, kita juga dipanggil untuk mengasihi keadilan dan menjadi suara untuk yang lemah, miskin dan yang membutuhkan. Tuhan bersuka dalam keadilan. Sedihnya, keadilan tidak ada di Yerusalem di masa nabi Yeremia.
- Yeremia 5:1 – Lintasilah jalan-jalan Yerusalem, lihatlah baik-baik dan camkanlah! Periksalah di tanah-tanah lapangnya, apakah kamu dapat menemui seseorang, apakah ada yang melakukan keadilan dan yang mencari kebenaran, maka Aku mau mengampuni kota itu.
Menyukai kebenaran
Hal ketiga yang menyenangkan Tuhan adalah dalam hal kebenaran-Nya (kata Ibrani – sedaqah). Dalam pengertian secara hukum, kebenaran adalah status seseorang yang telah dinyatakan tidak bersalah. Kita telah menyatakan untuk berdiri di sisi yang benar bersama Tuhan. Hal itu juga sebuah istilah yang dipakai berkaitan dengan perjanjian. Kebenaran atau tingkah laku yang benar akan didemonstrasikan oleh kehidupan yang menggambarkan persyaratan perjanjian tersebut. Tuhan selalu setia pada perjanjian dan selalu benar dan mendemonstrasikan tindakan perjanjian. Dia selalu baik, kudus, pengasih, adil, berbelas kasih, dll. Kita juga dipanggil untuk menjadi benar sama seperti Tuhan adalah benar, untuk menghidupi kehidupan yang menggambarkan tindakan perjanjian. Hal yang penting adalah kita dipanggil untuk menghidupi kehidupan yang sama seperti Yesus.
Keadilan dan kebenaran sering disebutkan secara bersamaan di dalam Alkitab. Kadang-kadang Yeremia mengkombinasikan dua konsep keadilan dan kebenaran, dan dia melakukannya dalam hal yang berkaitan dengan penindasan orang miskin dan yang membutuhkan:
- Yeremia 22:3 – Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!
- Yeremia 22:13–16 – Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan (tanpa keadilan) dan anjungnya berdasarkan kelaliman (tanpa kebenaran), yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya; yang berkata: “Aku mau mendirikan istana yang besar lebar dan anjung yang lapang luas!”, lalu menetas dinding istana membuat jendela, memapani istana itu dengan kayu aras dan mencatnya merah. Sangkamu rajakah engkau, jika engkau bertanding dalam hal pemakaian kayu aras? Tidakkah ayahmu makan minum juga dan beroleh kenikmatan? Tetapi ia melakukan keadilan dan kebenaran, serta mengadili perkara orang sengsara dan orang miskin dengan adil. Bukankah itu namanya mengenal Aku? demikianlah firman TUHAN.
Ayat yang kedua menyatakan bahwa jika kita benar-benar mengenal Tuhan, jika kita memiliki hubungan dengan Dia, kemudian kita akan melakukan keadilan dan kebenaran. Kita akan membela yang lemah, yang miskin dan yang membutuhkan. Kita melihat hubungan antara keadilan dan kebenaran digambarkan juga di Yesaya, sekali lagi berhubungan dengan penindasan orang lain:
- Yesaya 5:7 – Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.
Oleh karena Tuhan menyukai keadilan dan kebenaran, Dia selalu mencari hal itu. Sedihnya, di Yerusalem selama masa Yeremia, tidak ada keadilan dan kebenaran. Di dalam Yeremia, Tuhan berkata bahwa Dia akan membangkitkan seorang raja berikutnya, Mesias, Yesus, yang akan membawa keadilan dan kebenaran yang Tuhan rindukan di bumi:
- Yeremia 23:5 – Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.
- Yeremia 33:15 – Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.
Abraham dipilih oleh Tuhan untuk tetap memelihara jalan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan:
- Kejadian 18:19 – Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.”
Sebagai orang-orang yang memiliki iman Abraham dan yang dipanggil anak-anak Abraham, kita juga dipanggil untuk melakukan kebenaran dan keadilan dan untuk membawa hal-hal tersebut ke dalam dunia ini. Kembali pada jalur cerita di Yeremia, kita melihat bahwa Tuhan mempraktekkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi. Tuhan tidak suka hanya berbicara tentang itu semua. Dia tidak suka hanya berpikir tentang semua hal itu. Tuhan bersuka dalam melakukan semua hal itu. Konsep-konsep itu bukanlah secara teori tetapi secara praktek. Tuhan ingin melakukan hal-hal tersebut di bumi, yang secara nyata menyentuh, berdampak, mengubah dan memberkati kehidupan orang lain. Akan ada dampak yang nyata untuk mereka yang lemah, miskin dan membutuhkan. Dia ingin setiap orang, dimana pun, dari setiap suku, bahasa dan bangsa bukan hanya mengalami, tetapi juga menghidupi dan menjadi contoh dari kasih setia, keadilan dan kebenaran. Karena Tuhan ingin melakukan semua hal ini di bumi, Dia memanggil kita sebagai pelayanNya, anak-anakNya, tubuhNya, duta besarNya, untuk melakukan hal ini di bumi.
Kerajaan Allah dan kasih setia, keadilan dan kebenaran
Jika kita benar-benar merenungkan tiga sifat ini – kasih setia, keadilan dan kebenaran – kita melihat bahwa kita tidak bisa menjalaninya sendirian. Kita tidak bisa berdiam diri di dalam gua dan tinggal di sana selama bertahun-tahun dan kita berpikir bahwa kita akan bertumbuh atau melatih kasih setia, keadilan dan kebenaran. Sifat-sifat ini harus dilakukan di dalam komunitas. Tidak mungkin bisa mempraktekkannya dengan hidup terasing dari orang lain. Jika kita benar-benar akan melatih hal-hal ini, itu seharusnya diaplikasikan dalam konteks hubungan satu dengan yang lain di sekitar kita. Itulah sebabnya dua perintah besar yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama selalu berjalan berdampingan. Hubungan kita dengan Tuhan akan selalu memiliki dampak dalam keluarga, komunitas dan bangsa kita.
Ini adalah bagian dari arti dalam membawa Kerajaan Tuhan. Kita berdoa dan bekerja terhadap, “Kerajaan Tuhan datang, KehendakNya terjadi di bumi seperti di surga” (Matius 6:10). Ketika kita melihat sebuah pertambahan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi, kemudian kita sedang melihat pertumbuhan kerajaan Tuhan. Ini adalah hal-hal yang membawa kehidupan dan berkat. Itulah kenapa Tuhan bersuka atasnya. Dengan mengenal Tuhan, kita dapat membawa kerajaanNya di bumi ini. Kita dapat menambahkan pengetahuan tentang Tuhan di antara bangsa-bangsa di dunia sampai bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut. (Yesaya 11:9, Habakuk 2:14)
Tuhan lebih tertarik dengan kasih setia, keadilan dan kebenaran daripada kegiatan agamawi kita
Di dalam Yeremia, dikatakan bahwa Tuhan mencari kasih setia di Yerusalem, keadilan dan kebenaran. Dia akan menerobos kota itu mencari tiga hal yang menyenangkan hatiNya. Dia mencari orang lain yang membagikan tiga kesukaanNya itu. Tuhan tidak mencari aktivitas agamawi. Di Yeremia pasal tujuh, kita melihat orang-orang berdatangan ke Bait Allah dan meletakkan kepercayaan mereka kepada Bait Allah. Untuk kita jaman sekarang, hari Minggu kita pergi ke gereja dan berpikir kita baik-baik saja. Tetapi Tuhan tidak akan terkesan, jika hidup kita tidak menggambarkan kasih setia, keadilan dan kebenaran.
Atau segera setelah jalur cerita yang kita pelajari di Yeremia 9:25-26, dia menegur mereka yang bersunat secara daging tetapi hati mereka tidak. Orang Yahudi percaya bahwa sunat menandakan mereka sebagai umat Tuhan dan dibenarkan. Tetapi Alkitab berulang kali mengatakan sunat secara daging tidak berarti apa-apa. Sunat hati itulah yang penting. Hati yang bersunat adalah hati yang sudah di sentuh dan diubah oleh Roh Tuhan. Buktinya adalah sebuah perubahan hidup atau ciptaan baru. Hati yang bersunat menggambarkan karakter Yesus dan menghasilkan buah Roh Kudus. Hati yang bersunat akan melatih kasih setia, keadilan dan kebenaran.
Kasih setia, keadilan dan kebenaran harus dicerminkan dalam kehidupan kita
Kita menikmati menjadi penerima kasih setia, keadilan dan kebenaran. Kita menikmati ketika orang lain mengekspresikan kasih tanpa syarat kepada kita dalam perkataan dan perbuatan. Kita menikmati tinggal di lingkungan masyarakat yang memiliki hubungan, damai sejahtera dan keadilan. Kita menikmati hubungan masyarakat yang bebas penindasan dan ketidakadilan. Kita menikmati berada di sekeliling orang-orang yang benar – orang-orang yang terlihat dan bertindak seperti Yesus. Tetapi walaupun kita bersukacita dalam merasakan manfaat dari tiga hal ini, kita tidak berkeinginan melakukan tiga hal itu sendirian. Kasih setia, keadilan dan kebenaran menuntut biaya dari kita. Hal itu melibatkan menyangkal diri kita sendiri dan memikul salib kita. Hal itu melibatkan pengorbanan keegoisan diri kita sendiri, harga diri dan keinginan kedagingan kita. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita harus melatih hal-hal ini untuk membawa Kerajaan Allah. Lebih dari itu, kita perlu belajar menikmati dalam melakukan hal-hal ini. Inilah sikap hati Yesus.
Jadi daripada mengejar kebijakan, kekuasaan atau kekayaan, mari kita mengejar kasih setia, keadilan dan kebenaran. Kebijakan, kekuasaan dan kekayaan sering kita kejar untuk memberkati diri kita sendiri. Kasih setia, keadilan dan kebenaran akan membawa berkat kepada diri kita sendiri, tetapi lebih dari itu juga dirancang untuk memberkati orang lain. Tiga hal pertama dapat memperkuat keegoisan kita. Tiga hal yang kedua dapat memperkuat kerendahan hati kita dan menyelaraskan kita kepada karakter Yesus. Kasih setia, keadilan, kebenaran adalah bagian dari karakter Tuhan. Itulah mengapa hal-hal itu juga harus menjadi bagian dari karakter kita.
Aplikasi:
Apakah kita bermegah di dalam kasih setia, keadilan, dan kebenaran? Apakah kita hanya berpikir tentang hal-hal ini atau berbicara tentang hal-hal ini, atau apakah kita benar-benar melatih hal-hal ini? Mari bertobat dari keegoisan dan belajar untuk merangkul dan meneladani karakter Tuhan untuk orang lain.
Bagaimana hidup kita menguntungkan orang miskin dan yang membutuhkan? Mari bertanya kepada Tuhan, apa yang dapat kita lakukan untuk mengekspresikan kasih setiaNya untuk yang lemah, miskin, yang paling kecil, terakhir, dan terhilang.
Apa yang sedang terjadi di dalam komunitas atau bangsa kita? Apakah kita melihat tingkatan ketidakadilan, penindasan, atau korupsi? Apakah kita melihat yang lemah dan yang miskin menderita? Mari bermimpi dengan Tuhan tentang bagaimana kita dapat bekerjasama dengan Dia dalam melihat hal-hal ini mengubah dan menciptakan sebuah komunitas yang menggambarkan kasih, keadilan dan kebenaran-Nya.