Seorang Kristen Yang Baik adalah Seorang Kristen Yang Mati

Tak mungkin menyuap atau mengancam seorang yang telah mati

Judul dari artikel ini mungkin adalah sesuatu yang Anda harapkan diperkatakan oleh Komunis yang keras dari Korea Utara, atau oleh Fundamental agama yang radikal seperti ISIS. Tetapi bagaimana jika mereka benar? Bagaimana jika ini benar? Tetapi bagaimana seorang Kristen yang baik adalah seorang Kristen yang mati?

Yesus menyatakannya sangat jelas bahwa cara untuk kita dapat menjadi muridnya dan mengalami kehidupan yang berkelimpahan adalah bahwa pertama kita harus mati bagi diri kita sendiri:

  • Matius 16:24-27 – Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Paradoks yang luar biasa!  Cara untuk hidup adalah mati bagi diri sendiri. Jikalau kita ingin hidup, kita terlebih dahulu harus mati. Ada masalah di dalam dunia ini, dan manusia adalah bagian dari hal itu. Itu disebut dosa, dan dosa adalah mementingkan diri sendiri. Ketika kita memilih untuk menghidupi egoisme kita sendiri, kita memutuskan diri kita sendiri dari kehidupan Tuhan dan kita membawa kematian, rasa sakit, penderitaan dan kehancuran ke dalam dunia ini. Tuhan mau kita untuk menyangkal diri kita sendiri, untuk memakukan egoisme kita di atas kayu Salib, dan mengikut Dia. Tuhan memanggil kita untuk mati bagi diri sendiri. Saat kita melakukan hal itu, kita dapat berhenti menjadi bagian daripada masalah dan bekerja bersama Tuhan untuk menjadi bagian dari solusi di dalam dunia ini – untuk membawa kesembuhanNya, pemulihan, kebebasan, dan keselamatan. Pada dasarnya, untuk membawa KerajaanNya.

Injil sebagai suap & ancaman

Jadi egoisme adalah bertentangan dengan siapa Yesus itu dan bagaimana Dia memanggil kita untuk hidup sebagai pengikutnya. Tetapi seringkali kita memakai egoisme kita di dalam cara kita membagikan injil dengan orang lain. Kita akan mengatakan “Datanglah kepada Yesus dan Dia akan memberikan semua hal yang baik ini”. Tetapi apa yang kita sedang lakukan? Kita menarik keegoisan orang. Orang berpikir, “Wah, ini terdengar luar biasa, tentu saja saya ingin diberkati. Saya ingin hal-hal yang baik ini. Tentu saja saya akan mengikut Yesus.” Kita dapat menyebut hal ini injil sebagai suap. Kita menyuap orang untuk mengikut Yesus.

Cara lain kita meyatakan Injil adalah melalui ancaman. Kita akan mengatakan “Datanglah kepada Yesus, atau kamu akan terbakar di dalam neraka selamanya!” Kita memakai ketakutan untuk mempengaruhi orang untuk mengikut Yesus. Respon orang seperti ini, “Saya tidak mau masuk ke neraka. Saya tidak mau dihukum.” Jadi mereka memilih untuk mengikut Yesus. Tetapi apa yang sudah kita lakukan? Kita menarik keegoisan mereka lagi. Keegoisan saya mengatakan, “Tentu saja saya tidak ingin menderita dan terbakar di Neraka, saya tidak mau mengalami hal-hal yang buruk ini, jadi saya akan mengikut Yesus.” Jadi Injil sebagai suap dan injil sebagai ancaman keduanya menarik keegoisan. Dan kedua metode salah mengartikan karakter Tuhan.

Mengerti Karakter Tuhan – Dia adalah Kasih & Dia Kudus

Kebanyakan dari kedua metode ini mencerminkan penggambaran yang keliru dari karakter Tuhan. Saya pernah mendengar dikatakan Anda tidak pernah bisa terlalu menekankan aspek dari karakter Tuhan. Oleh karena Dia sangat mengasihi, baik, sabar, kudus, setia dan seterusnya kita dapat meguraikannya, bermegah dan menekankan setiap  aspek dari karakterNya. Tetapi apa yang akan membuat kita salah dari kurang memperhatikan aspek-aspek yang lain dari karakter Tuhan. Di dalam penekanan kita pada satu karakter Tuhan (seperti Dia kasih), kemungkinan kita kurang memperhatikan aspek yang lain dari KarakterNya (seperti kekudusanNya). Ketika kita melakukan ini, kita salah menggambarkan Tuhan.

Injil sebagai suap mungkin terlalu menekankan kasih Allah dengan mengorbankan kekudusan-Nya. Cara pandang terhadap Tuhan ini menunjukkan Dia sebagai Sinterklas besar yang penuh sukacita. Selalu tertawa, selalu senang, dan selalu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakNya. Ho, ho, ho! Tetapi cara pandang terhadap Tuhan ini tidak memperhatikan tentang dosa sama sekali, dosa yang menghancurkan kehidupan dan menghancurkan ciptaanNya. Cara pandang ini mengacuhkan ketidakadilan dan penindasan seperti prostitusi anak, rasisme dan genosida. Cara pandang ini hanya menertawai dosa kita, kejahatan kita, dan pemberontakan kita dan mengatakan “tidak apa-apa, tidak masalah, dosa tidak masalah.” Cara pandang terhadap Tuhan ini menyatakan Dia sebagai sangat mengasihi, sangat mengampuni, tetapi hal ini benar-benar mengacuhkan kekudusanNya dan keadilanNya.

Injil sebagai ancaman menyampaikan cara pandang yang berlawanan terhadap Tuhan, terlalu menekankan kekudusan-Nya dengan mengorbankan kasihNya. Cara pandang terhadap Tuhan ini menyatakan Dia sebagai hakim, atau murka, duduk di Surga dengan tongkat besar menunggu untuk menghukum kita ketika kita melakukan hal yang salah. “Jadilah anak baik atau saya akan melakukan hal yang buruk kepada kamu!” Cara pandang terhadap Tuhan ini mengakibatkan orang untuk hidup di dalam ketakutan dan teror, selalu merasa bersalah dan terhakimi. Tetapi apa yang perlu kita ingat adalah Tuhan 100% mengasihi dan 100% kudus. Untuk kita menjadi sehat, seorang Kristen yang seimbang, kita harus memiliki cara pandang terhadap Tuhan yang sepenuhnya menangkap baik kasihNya yang bergairah untuk kita dan kekudusanNya yang luar biasa.

Kita harus mati bagi diri sendiri

Masalah pada kedua metode ini – injil sebagai suap dan injil sebagai ancaman – adalah mereka menarik keegoisan orang. Melalui penyampaian injil kita, kita berakhir dengan menarik dan menguatkan hal yang paling Tuhan coba untuk kalahkan di dunia ini – egoisme!  Jika kita melihat bagaimana Yesus menyampaikan injil, Dia tidak pernah menyatakannya sebagai suap atau ancaman. Undangannya sangat sederhana dan radikal – “Engkau harus mati.” Dia mengundang kita untuk berhenti menjadi bagian dari masalah, untuk mati bagi diri sendiri, untuk menerima hidup baru, dan bekerjasama dengan Dia menjadi bagian dari solusi didalam dunia ini – untuk membawa kerajaanNya.

Suap dan ancaman adalah dua senjata setan yang terbesar di dalam dunia ini. Dia terus menerus memakai suap dan ancaman untuk membuat orang melakukan kehendaknya. Dia terus menerus mengambil keuntungan dari hawa nafsu dan ketakutan orang-orang untuk memperlebar kerajaan kegelapan. Melalui suap dan ancaman, setan memiliki banyak pengaruh atas kehidupan orang-orang di dalam dunia ini.

Tetapi apa yang terjadi ketika orang Kristen, pengikut Yesus, benar-benar mati bagi diri mereka sendiri? Apa yang terjadi ketika dia sunguh-sungguh menyerahkan hidupnya kepada Yesus? Kita harus memahami hal ini karena kita dipanggil untuk melakukan hal ini. Baptisan adalah semua tentang hal ini – saat kita masuk ke dalam air itu adalah pernyataan bahwa saya mati, bukan lagi saya yang hidup. Saat kita keluar dari air itu adalah pernyataan bahwa kita sudah dibangkitkan kepada hidup yang baru di dalam Kristus. Bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

  • Galatia 2:20 – Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Baptisan sebenarnya adalah penguburan kita, kita sekarang mati. Kita sudah memakukan hidup lama kita dan egoisme kita di kayu Salib dan menghidupi hidup kita untuk Yesus sekarang.

  • 2 Korintus 5:15 – Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Baptisan tidak bisa menjadi simbol atau latihan agama saja. Baptisan harus menjadi pernyataan di depan umum dari kenyataan bahwa hal itu sudah ada di dalam hati saya – Saya sudah mati bagi diri sendiri dan menyerahkan hidup ini kepada Yesus. Hal nyata yang baru ini atau ciptaan yang baru ini akan menjadi bukti di dalam kehidupan orang-orang. Kita akan melihat karakter Yesus yang lebih lagi di dalam hidup mereka. Kita akan melihat lebih banyak buah-buah roh (Galatia 5:22-23).

Bisakah Anda menyuap atau mengancam mayat?

Saat kita mati, saat kita mati bagi diri kita sendiri, setan tidak lagi memakai suap atau ancaman untuk mempengaruhi kita. Bayangkan ini, ada mayat di lantai di depan kita. Sekarang, bayangkan mencoba untuk menyuap mayat ini. “Jika kamu melakukan ini, saya akan beri banyak uang. Saya akan memberkati kamu, Saya akan berikan kepada kamu hal yang bagus.”  Apa tanggapan dari mayatnya? Tidak ada! Dia mati! Dia tidak akan duduk dan mengambil uangnya dan mengatakan, “Terimakasih!” Anda dapat menaruh satu juta dollar di samping dari mayat itu dan tentu saja tidak akan ada tanggapan karena dia mati!

Sekarang, apa yang akan terjadi jika anda mengancam mayatnya? “Sebaiknya kamu melakukan apa yang saya katakan atau saya akan melakukan hal-hal yang buruk ini kepadamu! Saya akan menyakiti kamu! Saya akan membunuh kamu!” Apa tanggapan dari mayatnya?  Tidak ada tanggapan lagi! Jika saya memukul mayatnya, dia tidak akan duduk dan berteriak “Kamu tidak bisa melakukan hal itu!” Dia tidak akan berteriak , “Saya tersinggung dengan apa yang baru saja kamu lakukan!” Dia mati! Saya dapat memukul mayat itu, saya dapat menendang mayat itu, saya dapat melakukan apa saja kepada mayat tersebut dan tanggapannya akan tetap sama – benar-benar tidak ada tanggapan! Karena dia mati! Mayat tidak dapat digertak atau diancam.

Saat kita mati bagi diri sendiri, musuh tidak dapat menyuap kita lagi atau mengancam kita. Kita akan menjadi orang Kristen yang penuh kuasa yang membawa teror kepada musuh dan pasukan dari kegelapan karena mereka menyadari dua senjata terbesar mereka tidak berguna untuk melawan kita. Kita tidak dapat disuap. Kita tidak dapat diancam. Kita sudah mati bagi diri kita sendiri dan hidup untuk Kristus. Kita butuh lebih banyak orang Kristen seperti ini di Indonesia. Kita melihat musuh memakai suap dan ancaman di bangsa ini untuk membuat orang Kristen lemah dan tidak memiliki kuasa.

Banyak sekali orang Kristen telah disuap oleh musuh. Mereka menjual jiwa mereka untuk uang. Sebagai pengikut Yesus, kita harus mati untuk cinta akan uang. Seharusnya kita tidak mungkin disuap oleh musuh. Kita harus melihat kepada hati kita dan jujur dengan diri kita sendiri – apakah ada bagian dari diri kita yang memiliki hawa nafsu untuk uang? Bisakah kita dibeli? Apakah kita rela menjual integritas kita untuk sejumlah harga?  Kita harus tahu di dalam hati kita bahwa kita tidak dapat disuap. Kita harus tahu di dalam hati kita jika seseorang menawarkan 10 juta rupiah untuk melakukan sesuatu yang salah, kita tidak akan melakukannya. Atau 100 juta. Atau 1 milliar. Atau 10 milliar! Jika kita benar-benar mati, maka 10 milliar tidak akan dapat mempengaruhi kita. Kita bahkan tidak akan memikirkannya. Seperti mayat, tidak akan ada tanggapan. Kita dapat mengatakan, “Simpan saja uang anda, saya tidak dapat dibeli. Saya mati. Saya sudah dibeli oleh Tuhan dengan sebuah harga besar. Harga yang tidak terbatas! Hidup ini sekarang milik Kristus.”

Bagaimana dengan ancaman? Banyak orang Kristen yang diancam dan dilecehkan. Apa respon kita? Apakah takut? Yesus menyatakan dengan jelas untuk tidak takut kepada mereka yang dapat melukai kita:

  • Matius 10:28 – Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Ketakutan tidak memiliki tempat di dalam hidup anak-anak Allah. Musuh akan memakai ketakutan untuk mempengaruhi kita untuk melakukan kehendaknya. Bagaiamana jika seseorang mengancam kita untuk melukai atau membunuh kita, apa respon kita? Kita dapat mengatakan – “Aku telah mati.” Kebenarannya adalah kita semua akan mati suatu saat nanti. Mari kita menghidupi hidup yang membiarkan Tuhan yang menentukan kapan  dan bagaimana hal itu akan terjadi.  Mari kita hidup dalam cara agar hidup kita dan kematian kita akan membawa kemuliaan bagi Dia.

Kita mungkin mengalami situasi dimana musuh mencoba memakai rasa takut untuk mempengaruhi kita untuk melakukan kehendaknya. Contohnya seperti jika bos kita meminta kita melakukan sesuatu yang salah atau berdosa. Kita tahu bahwa ketika kita menolak, kita akan kehilangan pekerjaan kita. Apakah kita menyerah kepada ketakutan dan melakukan pekerjaan musuh? Atau apakah kita hidup dengan iman dan keberanian yang datang dengan menjadi anak-anak Allah untuk mengalahkan setiap tantangan atau ancaman yang menghadang jalan kita?  Sebagai anak Allah, kita harus berani, teguh dan tidak dipengaruhi oleh ancaman musuh.

Kesimpulan

Jadi, mungkin ISIS benar. Seorang Kristen yang mati adalah seorang Kristen yang baik. Apakah kita sudah benar-benar mati bagi diri kita sendiri? Apakah kita sudah menghadiri pemakaman diri kita sendiri dan sunguh-sungguh memberikan hidup kita kepada Kristus? Apakah hidup kita milikNya? Kita membutuhkan lebih banyak lagi orang-orang Kristen di Indonesia yang tidak bisa disuap dan tidak bisa diancam. Tipe orang-orang Kristen seperti inilah yang membawa Kerajaan Tuhan ke dalam dunia ini. Tipe orang-orang Kristen seperti inilah yang membawa kehidupan, kasih, kesembuhan, pemulihan dan perubahan. Tipe orang-orang Kristen seperti inilah yang menakut-nakuti musuh. Kita membutuhkan lebih banyak lagi orang-orang Kristen yang mati di Indonesia. Karena seorang Kristen yang mati adalah seorang Kristen yang penuh kuasa.

Aplikasi

Dalam area apa dari kehidupan kita yang masih berjalan di dalam keegoisan? Mari bertobat dan berkomitmen untuk menyangkal diri kita, memikul Salib kita, dan mengikut Yesus.

Mari jujur dengan diri kita sendiri – dapatkah saya dibeli? Dapatkah saya disuap? Apakah saya memiliki harga? Apakah saya memiliki hawa nafsu akan uang? Mari bertobat dan memohon untuk lebih lagi takut akan Tuhan di dalam hidup kita yang berhubungan dengan uang. Mari berkomitmen untuk menjadi pria dan wanita yang tidak mungkin disuap.

Mari jujur dengan diri kita lagi – apakah ada ketakutan di dalam hidup saya? Saat musuh mengaum seperti singa, apakah saya lari atau berdiri teguh? Mari bertobat dari setiap ketakutan di dalam hidup kita dan minta Tuhan oleh Roh KudusNya untuk mambantu kita meresponi dan mewakili Dia dengan baik di dalam setiap situasi yang kita hadapi.

 

Catatan : konsep dari injil sebagai suap & dan ancaman disadur dari pengajaran oleh guru Alkitab Selandia Baru Winkie Pratney

 

%d blogger menyukai ini: